NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 31

"BANG GABRIELLL!"

Pintu markas terbanting keras disusul teriakan seorang laki-laki memasuki ruangan tersebut dengan napas memburu.

Penampilannya tampak kacau menjadikannya objek tatapan mereka yang ada di ruangan tersebut.

Cowok itu berjalan cepat menuju GS yang melongo melihat tingkahnya.

Sepulang sekolah mereka memilih melakukan rapat sebentar, namun selang beberapa jam tidak ada rapat yang terjadi.

"Bang.... itu anu.." ujarnya terbata-taba. Takut kalau ucapannya akan memancing amarah ketua dalam waktu singkat.

"Kenapa lo? Datang-datang bukannya ketuk pintu dulu malah langsung masuk ajah. Baju lo juga napa tuh!"

Seseorang bertanya padanya dari dekat jendela. Sementara Gabriel masih terus memandang wajah lelah adik kelasnya itu.

"Kenapa, Ram? Pelan-pelan ajah gak usah takut. Kenapa?" tanyanya membuat laki-laki itu menarik napas dengan ekspresi wajah kelelahan.

"I–itu bang.. bang Adit tadi gue lihat di keroyok anak buah Samuel depan rumah bang Soip. Komplotan mereka banyak bang, jadi gue gak bisa bantu."

"Anak buah Samuel?" celetuk Haris bangkit dari duduknya.

"Iya Bang. Mereka berhasil lumpuhin anggota yang lain bang, bang Bobby juga masih berjuang ngelawan mereka."

"Cari mati juga mereka..." sarkas nya bangkit dari duduknya lalu berjalan meraih jaket kulitnya yang tersampir di kursi panjang dekat Haris.

Melihat Gabriel mengenakan jaketnya, anggota inti yang lain juga buru-buru memakainya sesaat melihat GS berjalan ke luar kantin.

"Kumpulin anak-anak yang lain bilang mereka nyusul ke sana, segera!!" titahnya pada cowok tadi.

Anggota yang tersisa di markas berkisar lima belas orang. Sementara musuh seperti kata anak buahnya memiliki anggota cukup banyak. Tidak ada istilah kalah sebelum berjuang begitu juga dengan Gabriel. Tidak akan jadi masalah kalau anggotanya saat ini tidak banyak menghadapi lawan mereka.

Rombongan Gabriel melaju kencang di jalan Anggrek. Dengan tangan kosong mereka siap meluluh lantakkan lawan karena berani mengganggu salah satu pasukan inti Vesarius.

Gabriel memimpin jalan mereka, mengenakan bandana merah bergambar tengkorak. Sementara laki-laki tadi sudah menyusul jauh di belakang Gabriel dan lainnya.

Sepuluh meter dari tempat mereka berhenti, Adit terkapar dengan keadaan mengenaskan dipinggir jalan. Bersimbah darah dengan seragam sekolah benar-benar tidak layak pakai.

Apa yang mereka saksikan benar-benar membuat darah dalam tubuh Gabriel mendidih. Kedua bola matanya benar-benar tersulut emosi ketika Bobby jadi samsak dari salah satu anak buah Samuel.

Samuel benar-benar mengibarkan bendera perang kepada mereka. Gabriel mengeraskan rahangnya lalu turun dari motor dengan sorot mata menyala. Keberadaan Gabriel sama sekali belum mereka tau, hingga sebuah botol kaleng terlempar ke punggung seorang cowok yang menarik kerah seragam Bobby.

"Gue pastikan lo semua gak bakalan bisa pulang setelah ini," ancam Gabriel mengayunkan kedua kakinya mendekat kearah mereka. Diikuti temannya yang lain dari belakang.

"Woaahh... Harus dengan cara begini ya biar lo bisa keluar dari kandang lo itu," sarkas seseorang tersenyum meremehkan menatap kedatangan Gabriel.

"Lihat... pasukan lo gak seberapa dengan pasukan gue. Mending lo bawa teman-teman sialan lo ini, kasian gue lihatnya."

"Tarik ucapan lo sebelum gue buat mulut lo menyesal mengatakan hal itu."

"Pengecut!" decak Rama spontan meninju anak buah Samuel dengan keras membuat cowok tersebut terpelanting dengan hidung mengeluarkan darah. Adit tampak menghela napas setelah melihat teman-temannya sudah datang.

"Siap-siap kalah lo semua, anjing!" Bobby meremehkan menatap cowok tersebut ketika menoleh padanya.

"SERANG!!" titah Gabriel membuat semua anak Vesarius maju menyerang musuh bebuyutan mereka selama ini. Pertarungan kembali terjadi setelah tiga tahun geng mereka tidak bertemu.

Sesekali Gabriel mengedarkan pandangannya mencari sosok ketua yang gemar membuat ulah di jalanan dengan memancing anggotanya. Sosok tersebut tidak ada disana membuat Gabriel menyimpulkan bahwa Sam tidak ikut perkelahian dan malah membuat si pengkhianat Brian memimpin geng Attrock.

Puluhan anak Vesarius maju menghajar habis-habisan anak Attrock. Pukulan demi pukulan mereka layangkan menumbangkan satu persatu anak buah Samuel. Melihat Vesarius mulai mengerumuni mereka, Brian—salah satu anggota Attrock memerintah untuk segera mundur. Brian si pengkhianat berdiri didepan Gabriel dengan tatapan menusuk.

"Jadi lo yang mimpin perkelahian ini hah?! Mana bos lo?"

"Gak usah bangga jadi suruhan orang kayak Samuel, eh gue ralat. Memang sih keliatannya lo pantas disuruh-suruh gini."

Gabriel tersenyum sambil menyeka keringat di keningnya. Sementara Brian tertawa mengejek lalu berujar, "mending lo turun jabatan ajah. Gaya lo doang banyak, tanggung jawab lo masih kurang bangat."

"Ketua apa yang gak bisa jaga satu cewek sampai meninggal gitu.." kelakar Brian.

Bobby dan Haris yang tidak jauh dari tempat mereka saling berbicara menoleh.

Sadar atau tidaknya Brian dengan sosok ketua Vesarius sebenarnya telah membuat laki-laki itu mengepalkan tangannya.

Brian tidak tahu seperti apa marahnya Gabriel ketika dipancing dengan masalah masa lalunya. Dengan langkah tegap Gabriel maju lalu dan melayangkan bogeman ke wajah Brian membuat cowok tersebut oleng saking kerasnya pukulan Reyhan.

"Kalau ngga tau apa-apa, baiknya lo jaga ucapan Lo! Jangan sampai orang yang belum lo kenal buat hidup lo lebih sengsara!"

Brian mendesis tajam, ia tidak menyukai siapapun dengan lantang menilai dirinya. Tak ingin hanya dia terluka Brian bangkit lalu melayangkan dua pukulan keras di rahang juga perut Gabriel, sontak GS berjongkok mengangkat kepala menatap Brian setelahnya ia membuang ludah sembarangan.

"Segitu doang kemampuan lo hah?!" tantang Brian.

Gabriel mengusap sudut bibirnya menggunakan punggung tangannya dengan kasar. Tanpa aba-aba ia melayangkan pukulan keras membuat Brian limbung dan jatuh ketanah dengan keadaan hidung berdarah mengalir dari dagunya menuju leher.

Bengisnya cara menatap Gabriel mencuat ke permukaan ketika ucapan Brian terngiang di pikiran cowok itu. Siapa dia beraninya mengatakan hal seperti itu padanya?

"Jangan pernah mengukur kemampuan lawan dengan cara ngeremehin. Belajar lo dari Sam biar lo kenal kemampuan bertarung gue," seru Gabriel memuji dirinya sendiri kemudian dengan cepat ia menendang perut Brian dengan keras membuat cowok itu memuntahkan darah segar.

"Kita impas. Pulang lo semua!" hardik Gabriel menatap tajam anak-anak Atrrock. Sekali lagi Gabriel menendang punggung Brian kasar membuat cowok itu meraung kesakitan.

***

Setelah kepergian mereka, Gabriel berjalan gagah menuju Adit, memandang sekujur tubuh sahabatnya tersebut tampak membiru. Lihat wajah yang tadinya putih bersih kini penuh dengan lebam.

"Naik... cepat!" Gabriel meminta Adit untuk naik kepunggungnya.

"Anjir! gue masih bisa jalan!" ujar Adit. Ia sudah tahu pasti dengan Gabriel bakalan memberikan punggung lebarnya pada orang didekatnya demi melindungi mereka.

"Naik gue bilang atau gak lo mau gue nyuruh mereka ninggalin lo sendiri disini. Udah tahu ngga bisa jalan masih ajah lo batu!"

"Yaelah Dit naik ajah lo susah gimana mau jalan," tutur Bobby melihat Adit kesusahan meraih lengan kokoh Gabriel. "Jarang bangat lagi ngadem di punggungable kayak gitu."

"Diam lo semua!"

"Buruan! Gak enak gue jongkok begini kayak mau berak gue rasa," cecar Gabriel membuat semuanya tertawa ngakak. Adit mengaitkan kedua tangannya dileher mulus cowok itu

"Ringan iya lo..."

"Mulut!" maki Adit. Ia merasa ilfeel dengan sikap Gabriel yang terlalu berlebihan padanya.

Semenjak perkelahian yang membuat puluhan anak Vesarius terluka banyak, mereka semua kembali ke markas dengan keadaan babak belur. Sayangnya tak ada satupun yang bisa mengobati mereka karena semuanya sedang terluka sampai waktunya, pintu markas terbuka membuat semuanya bersorak kegirangan.

Mereka Zion dan Kalea. Tangan gadis itu membawa dua kantong plastik berisikan obat dan beberapa kotak makanan.

"Sana lo obatin Adit dulu."

Kalea mengangguk kemudian berjalan menuju Adit yang tampak senang menatap kehadirannya. Saat Kalea berjalan ke arah Adit, ia sempat beradu tatap dengan GS ketika melewati meja disebelahnya.

"Bukannya lo dah pulang ya, ngapain kesini?" tanya Adit menatap Kalea yang mengeluarkan kotak P3K.

"Gue udah lama pulang kak, entah kenapa itu orang mendadak ngajak gue kesini katanya sih genting. Tau-taunya gentingnya karena habis tawuran."

Adit meringis kecil ketika Kalea mulai membersihkan lukanya menggunakan kapas berisi alkohol. Sementara Gabriel yang duduk sofa, terus saja menatap setiap pergerakan kecil gadis tidak jauh dari hadapannya.

"Jangan kelamaan lah Lea, kita juga butuh tangan lo buat buat obatin luka kita," kata Bobby.

"Iya iya sebentar ini juga udah mau selesai kok, sabar ya Kak."

Dengan telaten Kalea mengobati mereka yang sedang terluka hingga orang terakhir yang harus ia obatin adalah Gabriel. Laki-laki yang sejak dua hari ini tidak pernah bertegur sapa dengannya semenjak kejadian di kafe.

"Ini..." Kalea menyodorkan obat merah, kapas dan alkohol kepada cowok itu. Gabriel malah menatap penuh padanya, apa gadis ini tidak berniat untuk mengobatinya?

"Obatin bisa gak? gak kelihatan soalnya," ujar Gabriel dengan wajah polosnya membuat Kalea merotasikan kedua bola matanya.

"Disana ada kaca tuh..." Kalea menunjuk sebuah cermin kecil tergantung dekat jendela membuat Gabriel menarik napas dan pasrah. Andai perempuan ini bukan adik sahabatnya pasti ia akan memasukkannya dalam karung.

"Lo jahat bangat? Memang gak niat obatin gue?"

"Itu tau."

Adit yang mendengar itu ikut terkekeh saking gemasnya dua sejoli yang duduk di depan televisi. Baru kali ini ia melihat sosok Gabriel merengek pada gadis seperti Kalea. Biasanya Kalea akan keras kepala bahkan cowok itu sangat jarang meminta tolong dengan cara manja seperti itu.

Melihat Kalea menolak untuk mengobatinya, Gabriel pun memilih mengalah. Di tuangnya alkohol pada kapas lalu membersihkan luka pada wajahnya.

"Argh!" pekiknya kesakitan. Kalea yang menyaksikan itu dengan mata nyalang merasa jengkel mendengar suara ngaduh dari mulut Gabriel.

Ia mengalah untuk pertama kalinya pada sosok yang belum ia kenal, yang notabenya tidak pernah seperti itu. Kalea pun menarik napas dalam lalu memiringkan tubuhnya.

"Lembek bangat sih astaga. Sini biar gue obatin."

Kalea merampas kapas dari tangan Gabriel dengan cepat. Melihat ekspresi perempuan dihadapannya, Gabriel tersenyum tipis seraya menatap wajah cantik Kalea.

"Jangan pernah berubah ya. Gue nyaman kalau lo kayak gini sama gue," bisik Gabriel memajukan sedikit tubuhnya untuk berbisik tepat ditelinga Kalea. Spontan Kalea melirik kakaknya yang tampak mengawasi mereka.

"Tau tempat bang kalau berduaan. Banyak jomblo nih disini," tutur Rama duduk di tikar yang digelar seraya bersandar pada meja.

"Masih gue pantau!" timpal Zion baru saja keluar dari kamar mandi lalu menyugar rambutnya yang basah kebelakang.

Sementara Kalea tersenyum kecil ketika sebuah ide terlintas dalam pikirannya. Melihat cowok itu fokus menatap layar televisi membuatnya spontan menekan kuat luka di wajah cowok itu dan membuat Gabriel meringis lalu menatap tajam.

"Lebih kuat lagi kalau bisa..."

"Sakit ya?"

"Bukan sakit lagi yang gue rasa. Lo juga buat perut gue ngilu."

"Bisa gitu ya? Setahu gue luka lebam gini gak bakalan bikin perut lo sakit kok."

Reyhan menepuk jidatnya, entah darimana konsep pemikiran seperti itu dengan gamblangnya terucap dari mulutnya.

"Woi Zion! lo kasih makan apa adik lo ini kenapa polos bangat sih jadi perempuan..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!