Malam Panas With Big Boss

Jam makan siang Nuna nampak sedang menunggu seseorang, tapi yang di tunggu tak kunjung datang.

"Kenapa lama sekali" gerutu Nuna tak melihat Haidar keluar.

Nuna yang kesal menunggu akhirnya memilih pergi tapi saat dia akan meninggalkan meja kerja nya sekilas Nuna mendengar suara orang yang berbisik menggosipkan nya.

Karyawan lain masih belum puas membicarakan vidio Nuna yang tersebar beberapa hari lalu, dan gosip malah semakin menyebar dengan pernikahan Liana yang tiba-tiba menikah dengan Rama.

"Aku rasa Rama menikahi kamu karena dia merasa jika Nuna tidak baik, atau Rama memang mencintai kamu dari pada Nuna Lia" kata salah satu karyawan.

"Dia memang mencintaiku, buktinya dia mengajak ku menikah dengan cepat lain dengan Nuna yang hanya di pacari tapi tidak di nikahi, kami berbeda" balas Liana sombong.

"Kamu benar Lia, pria yang baik akan mengajak menikah bukan hanya memacari saja. kasihan Rama mungkin sudah tahu Nuna wanita murahan maka dari itu dia tidak menikahi nya" timpal karyawan lain.

Liana tersenyum semakin naik ke awan dia mendengar banyak dukungan kepadanya.

Lain dengan Nuna yang sadari tadi diam kini wajahnya nampak kesal.

"Jelas kita berbeda, aku bukan pengkhianat yang mengatas nama kan kecewa" gumam Nuna dengan wajah kesalnya.

Nuna yang akan makan siang pun menjadi tak berselera, dia melewati karyawan dan Liana yang sedang membicarakan nya itu.

Dan saat Nuna melewati mereka Liana dengan sengaja berkata..

"Kalian tau Rama akan menghadiahkan aku rumah, bahkan kemarin ibu nya sudah memberikan aku cincin turun temurun katanya cincin nya baru di kasih ke aku saja, kalau yang sebelum nya sih nggak karena ya gitu mungkin feeling seorang ibu kuat banget " ucap Liana dengan suara yang sengaja di keraskan.

Nuna menghentikan langkah kaki nya, lalu dia mendekati Liana yang di temani beberapa karyawan julit.

"Wah seperti nya ada yang kepanasan nih" salah satu karyawan memanasi.

"Duh, AC nya kurang dingin kayanya" timpal yang lain nya.

Nuna menatap tak suka ke arah dua karyawan julit yang sudah berteman dengan Liana itu.

Lalu matanya melihat ke arah Liana yang menatap nya dengan wajah angkuh, sungguh miris persahabatan mereka hanya sampai di sini dan hanya karena seorang pria.

"Selamat, kapan kamu menikah?" tanya Nuna.

"Kenapa? aku nggak niat ngundang kamu loh. mertua ku ngelarang soalnya" ucap Liana dengan nada bicaranya yang arogan.

"Tidak masalah, aku memang tidak akan hadir di pernikahan kalian" balas Nuna membalas dengan nada ketusnya.

"Ya sudah, lalu kenapa kamu bertanya. atau jangan-jangan kamu mau gagallin pernikahan aku dan Rama kaya yang lagi viral banyak pernikahan gagal karena mantan yang nggak Terima" Liana menuduh.

Nuna menggeleng dengan senyum nya.

"Semula aku berniat memberikan kado, tapi jika kamu sudah menuduh seperti itu ya sudah aku akan mengurungkan niatku, oh iya biasanya pernikahan di dasari dengan ketidakbenaran itu tidak akan bertahan lama, tapi aku tidak sejahat itu sampai mendoakan mu yang jelek-jelek aku berharap pernikahan kamu langgeng selamanya " ucap Nuna dengan wajah santainya.

Lalu setelah itu Nuna meleos pergi, Liana yang melihat itu kesal karena tidak bisa membalas Nuna.

"Sialan, lihat saja aku akan membuktikan padanya jika aku akan sangat bahagia di atas penderitaan nya" batin Liana dengan tangan mengepal.

****

Tok..tok..

"Masuk"

Nuna langsung membuka pintu, dan terlihat Haidar yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya.

Nuna berjalan ke arah Haidar yang sedang bekerja, dia menarik kursi dan kembali menatap Haidar.

"Tumben? apa kamu merindukan ku?" tanya Haidar.

"Iya, Ehk tidak" balas Nuna gelagapan.

Membuat Haidar membenarkan kaca mata nya, lalu kembali lalu mengalihkan tatapan mata nya ke wajah Nuna yang terlihat seperti kesal.

Haidar memutar otak nya akan apa yang membuat Nuna datang ke ruangan nya, dan setelah berpikir beberapa menit Haidar yakin jika kemarahan di wajah Nuna adalah karena Liana.

"Sudah makan?" tanya Haidar.

Nuna menggeleng.

Haidar menelpon Jhon, dia meminta Jhon untuk mengirimkan makanan untuk makan siang nya.

"Aku tak lapar" kata Nuna.

"Makanan yang aku pesan bukan untuk mu tapi aku yang ingin makan" balas Haidar yang membuat Nuna langsung diam.

Nuna bangkit dari duduknya berniat pergi tapi tangannya di tahan oleh Haidar.

"Aku akan kembali bekerja" kata Nuna.

"Ini masih jam makan siang" balas Haidar lagi.

"Aku akan ke cafe" Nuna memberikan alasan lain agar segera di lepaskan.

Tapi tentu saja tak semudah itu, Nuna yang sudah datang tidak bisa keluar dengan mudah setelah membuat nya menginginkan Nuna.

Dengan satu tarikkan Nuna jatuh ke pelukan Haidar, dan bukan Haidar jika tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Hemph..

Haidar menarik tengkuk Nuna hingga membuat keduanya menjadi berciuman.

Semula Nuna hanya diam menikmati ciuman mereka, tapi setelah merasakan tangan nakal Haidar yang mulai agresif membuat Nuna seketika mendorong tubuh Haidar.

"Jangan aneh-aneh, ini kantor" kata Nuna tegas.

Tapi siapa yang akan menurut Haidar kembali menarik Nuna dan mengajak istrinya kembali berciuman.

Hemphh..

Kembali ke-duanya berciuman dan kali Haidar akan memastikan Ciuman kali ini akan berakhir di ranjang.

Ceklek..

"Tuan, ini makanan nya" ucap Jhon yang seketika mematung di ambang pintu.

Haidar melotot ke arah Jhon, tapi terlambat sudah Nuna yang mendengar suara Jhon kembali mendorong dada Haidar.

"Soal!" umpat Haidar pelan.

Sedangkan Nuna dia nampak salah tingkah karena Jhon melihat nya sedang berciuman.

Haidar melewati Nuna dan duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerja nya, Jhon mendekat dengan ragu meski dia tahu dia akan mendapatkan masalah karena telah menganggu bos nya yang akan bersenang-senang.

"Lain kali ketuk pintu dulu" kata Haidar dingin.

"Maaf tuan" Jhon menyimpan semua makanan di meja.

Nuna berniat pergi tapi belum dia melangkah Haidar dursh memanggil nya.

"Aku mau di suapi" kata Haidar.

"Saya belum selesai makan siang tuan "Jhon menolak.

Membuat Haidar seketika melirik ke arah Jhon.

" Siapa yang ingin di suapi oleh pria, aku ingin di suapi istriku" ketus Haidar.

"Saya tidak mengatakan saya mau tuan" balas Jhon yang langsung pergi.

Dan kini tinggal Nuna dan Haidar, Nuna masih setia berdiri tak jauh dari sofa yang Haidar duduki.

"Kemarilah" ucap Haidar lagi.

Hufh..

Nuna pun akhirnya mendekat dia berniat duduk di sofa yang lain tapi tangan nya langsung di tarik oleh Haidar.

"Aku ingin merasakan sensasi rasanya di suapi seorang istri" kata Haidar.

"Boleh saja asal bayar" balas Nuna langsung memilih satu menu makanan.

"Berapa?" tanya Haidar yang langsung mendapatkan satu suapan dari Nuna.

Haidar menerima suapan nya, dan mulai mengunyah makanan nya.

Nuna yang melihatkan makanan tak bisa menahan diri untuk tidak makan, rasanya perut nya terasa memanggil meminta di isi makanan di depan nya.

Dengan ragu-ragu Nuna akhirnya makan, dan melihat itu Haidar menaikan sebelah alisnya ke atas.

"Bukan kah kamu tidak lapar?" goda Haidar lebih ke meledek.

"Aku hanya ingin memastikan makanan ini tidak terkena racun" balas Nuna sambil kembali menyuapi makan.

"Enak bukan?" tanya Haidar.

Nuna hanya diam sambil kembali makan dan di lanjut lagi menyuapi suaminya.

Dan itu terus berlanjut sampai semua makanan nya habis, setelah selesai makan Nuna pun akhirnya menyodorkan minum.

"Terimakasih" kata Haidar.

Belum pernah dia makan sebanyak ini, dan bisa di bilang ini pertama kalinya Haidar bisa merasakan makan dalam porsi banyak setelah sekian lama nya.

"Sama-sama, ini sudah jam kerja lagi aku harus kembali" balas Nuna yang langsung beranjak dari duduknya.

Kali ini Haidar tak menahan Nuna pergi, hingga akhirnya Nuna keluar dan saat Nuna keluar saat itu juga Liana yang akan kembali ke meja kerjanya dia melihat Nuna yang keluar dari ruangan bos.

"Baru ngapain dari ruangan bos?" tanya Liana.

"Bukan urusan kamu" ketus Nuna yang langsung berjalan ke arah lift.

Dan melihat kepergian Nuna tentu saja membuat Liana tanda tanya.

"Sebenarnya apa yang dia lakukan dari ruangan bos, apa dia sengaja menggoda Bos untuk membuat posisi ku tersingkir? jika itu benar awas saja aku tak akan mengampuni nya" gumam Liana dengan wajah jengkel.