assalamualaikum,
hai jumpa lagi dengan saya vera
novel ini menceritakan perjalanan seorang wanita yang menantikan pendamping hidupnya.
lailatul zahwa seorang wanita karir yang berencana menikah setelah wisuda S2 nya. ia pun pergi ke acara wisuda dengan membawa setumpuk undangan dan dibagikan kepada teman temannya juga beberapa orang dosen.
namun takdir berkata lain, laila harus kehilangan calon suaminya beberapa hari sebelum janur kuning melemgkung. laila terpuruk dan mengurung diri hingga ia mendapat teguran dari perusahaan tempat ia bekerja.
ahirnya dengan berat hati laila melepaskan pekerjaan yang ia dapat sebagai bonus dari predikat comlude sarjana nya. ia dipanggil bekerja dengan posisi yang cukup bergengsi, bukan sebagai karyawan biasa.
ahirnya laila memutuskan menjalankan usaha mama dan menjemput jodoh disana. sudah banyak pernikahan orang yang ia rancang dan laksanakan sehingga menjadi meriah dan meninggalkan kesan bahagia yang bisa di kenang seumur hidup.
dan laila pun berharap ia juga bisa menata pernikahannya sedemikian rupa dengan lelaki yang mencintainya. dan mampu mendampinginya sampai ajal memisahkan mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vera irmayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENJEMPUT IBU BAPAK
Setelah sholat subuh, tiba - tiba saeful teringat kedua orang tuanya. lalu saeful menelfon ibunya di kampung halaman.
"assalamualaikum bu" sapa saeful
"waalaikumsalam Le, gimana kabarmu nak" jawab ibu di seberang telfon.
"saeful alhamdulillah sehat bu, ibu bapak gimana kabarnya, lagi sibuk apa pagi - pagi" tanya saeful balik
"ibu bapak alhamdulillah sehat, bapak lagi beres - beres rencananya pagi ini ibu bapak mau kerumahmu" ucap ibu
"lusa ada acara haul orang tua kiyai mahfudz bu" ucap saeful
"iya ibu dan bapak akan hadir di acara itu makanya ibu dan bapak ke jakarta pagi ini" jawab ibu
"ibu bapak mau ke jakarta pagi ini?" jawab saeful sedikit terkejut mendengar kedua orang tuanya akan mengunjunginya ke jakarta.
"ibu kangen nak, bapak mu sudah janji kalau sudah selesai panen mau ngajak ibu main ketempatmu" jelas ibu
"iya bu, ibu naik kereta jam berapa" tanya saeful
"ibu lupa jam berapa, kata bapakmu jam empat sore sudah sampai di jakarta" kawab ibu lagi
"baiklah bu, nanti saya jemput di stasiun jam empat sore" jawab saeful.
"sudah dulu ya, bapakmu sudah nggak sabar tuh nunggu di depan, dari tadi teriak - teriak ngajak berangkat, takut ketinggalan kereta assalamualaikum" jabwab ibu menjelaskan keadaan dirumah yang penuh dengan suara bapak yang mengajak berangkat pagi - pagi sekali karena mengingat jarak tempuh rumah mereka ke stasiun bisa memakan waktu satu jam, bahkan bisa lebih jika ada kemacetan.
"waalaikumsalam bu, hati - hati di jalan salam sama bapak" ucap saeful
"iya" sahut ibu lalu suara telfon di ahiri
Saeful sedikit termenung. Ibu dan bapaknya akan datang. Ia berfikir apa yang harus ia lakukan. Ahirnya saeful memutuskan keluar untuk membeli beberapa potong ayam dan sayuran untuk dimasak sore nanti sebagai jamuan ketika ibu dan bapak datang. Sesampainya di rumah ia memasukkan ayam dan sayur mayur yang dibeli kedalam lemari pendingin. Lalu saeful bergegas ke halaman pesantren dan membantu para ustadz dan santri yang sedang kerja bakti di halaman sebelum tenda dipasang.
Saat sedang membantu pegawai laila memasang dekorasi, terlihat laila datang bersama seorang laki - laki paruh baya dan menaiki mobil mewah.
"mas itu yang sama mbak laila siapa ya" tanya saeful pada pegawai tenda yang ada didekatnya
"ooo itu pak ramdani ustadz, papa nya mbak laila" jawab pegawai laila
"hhmm pak ramdani itu ayah nya mbak laila" ucap saeful lirih
"ustad tau pak ramdani?" tanya pegawai laila
" yaa saya taunya pak ramdani itu salah satu donatur tetap di yayasan ini mas" jawab saeful
Setelah selesai memasang tenda, semua pegawai laila berpamitan. Tak lupa kiyai mahfudz mengucapkan rasa terimakasih juga kepada para pegawai tenda laila yang sudah banyak membantu. Setelah itu para ustadz duduk bersama kiyai mahfudz, pak ramdani dan laila.
Mereka semua membahas keperluan acara selanjutnya. Salah seorang ustadz menjelaskan bahwa seragam dan souvenir yang dikirim pak jono dan pak zainal sudah siap di salah satu ruang kelas yang kosong.
Sepanjang pembicaraan kiyai mahfudz, pak ramdani dan beberapa ustadz senior, saeful sesekali mencuri - curi pandang ke arah laila dan pak ramdani.
Tanpa ia sadari ibnu, idris bahkan sampai ustadz ayubi pun memperhatikan gerak geriknya yang sering mencuri pandang ke arah laila dan pak ramdani yang duduk berhadapn dengan saeful berjarak tiga meter.
"hmm jadi ini ayah mbak laila ya, mereka mirip sih" batin seful berkata saat ia menatap pak ramdani dan laila bergantian
Tak lama kemudian laila beranjak dari duduknya. Ia berpamitan kepada pak ramdani dan kiyai mahfudz akan melihat area dapur masak.
Saeful sedikit kecewa terhadap kiyai mahfudz yang tidak memintanya mengantarkan laila ke halaman belakang pesantren. kiyai mahfudz justru meminta idris dan ibnu yang mengantarkan laila ke halaman belakang peaantren. entah kenapa saat itu saeful merasa sangat kecewa dan menjadi kecil hati.
"mungkin aku memang tifak di takdirkan untuk memilikinya, mendekatinya saja sulit sekali, bahkan terkesan tak ada kesempatan" ucap saeful dalam hati.
Saeful terus memperhatikan laila yang mengikuti langkah idris dan ibnu yang melewati lorong di antara bangunan pesantren hingga laila tak terlihat lagi di ujung jalan.
Ia merasa kecewa karena tak bisa mencuri pandang ke arah laila lagi. Dan kini ia melihat wajah pak ramdani yang ada di hadapannya. Terdapat garis wajah yang sama, karena laila memang mewarisi wajah ayahnya.
Semua pembicaraan dan canda tawa terhenti oleh adzan zuhur. Semua orang yang sedang duduk ataupun beraktifitas beranjak ke arah mushola.
Saat hendak mengambil wudhu, saeful sempat melihat laila yang masuk ke mushola lebih dahulu. Lalu ia mengambil wudhu dan bergegas masuk kedalam mushola.
Saat saeful mencari shaft yang kosong tiba - tiba ada seseorang yang menarik tangannya dari arah belakang.
"ayo dicari kiyai, disuruh jadi imam sholat" ucap ustadz ayubi terburu buru
"eehh iya ustadz" jawab saeful terbata bata
"nah ini dia ustadz saeful al hafidz imam sholat dzuhur kita" ucap kiyai mahfudz memperkenalkan saeful pada pak ramdani
Saeful pun menganggukkan kepala dan diiringi senyuman. Ada rasa bahagia tersendiri ia di perkenalkan secara pribadi kepada pak ramdani.
Setelah selesai sholat dzuhur, pak ramdani dan laila berpamitan. Kiyai mahfudz, bu nyai, dan para ustadz pun mengantar sampai gerbang pesantren.
saat laila dan pak ramdani hendak berpamitan, saeful tak hentinya memandangi laila. ia merasa berat melepas kepulangan laila. saeful terus mencuri pandang ke arah laila sehongga tanpa di sengaja pandangan mata saeful dan laila pun bertemu. lalu mereka sama - sama membuang pandangan ke arah lain.
setelah mobil mewah pak ramdani sudah tidak terlihat, kiyai mahfudz, laila dan para ustadz pun kembali kerumah masing - masing. Saat sampai dirumahnya, saeful lantas memasak ayam dan sayur mayur yang ia beli pagi tadi. Jadi ia berfikir apabila orang tuanya sampai dirumah ia tinggal menyajikan makanannya. meskipun saeful anak laki - laki bungsu namun ia sangat pandai memasak. karena ia sering memperhatikan ibu dan ketiga saudara perempuannya ketika memasak di dapur saat ia libur pesantren dan pulang kerumah.
Setelah selesai menyiapkan makanan dan membersihkan rumah, saeful bersiap - siap dan berpamitan kepada kiyai mahfudz yang masih duduk di teras mushola. saeful memberitahukan kedatangan kedua orang tuanya pada kiyai mahfudz, Lalu ia memesan taxi online, untuk menjemput ibu bapak di stasiun.
Saeful sedikit cemas karena jalanan terlihat sedikit macet. Hingga saat ia sampai di stasiun, ibu dan bapaknya sudah ada di luar stasiun kebingungan mencarinya.
Saeful pun memanggil bapak dan ibunya. mereka bersalaman dan berpelukan melepas rasa rindu. Lalu mereka memasukan barang bawaan bapak dan ibu kedalam mobil dan sholat di mushola yang berada di pintu masuk parkiran stasiun.
setelah itu mereka memutuskan untuk langsung pulang ke pesantren. ibu dan bapak merasa senang dapat melihat tugu monas dan gedung - gedung tinggi.
ibu dan bapak juga menceritakan pengalamannya pertama kali naik kereta menuju jakarta. Mulai dari kakek nenek yang naik kereta kelas eksekutif sampai ketika bapak tidak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita muda karena bapak berjalan sambil membawa banyak barang dan melihat kesana kemari mencari keberadaan saeful.
Sesampainya dirumah saeful, ibu dan bapak di suguhi makanan yang dimasak saeful sebelum berangkat ke stasiun. Dan setelah sholat maghrib saeful mengajak ibu dan bapaknya berkunjung kerumah kiyai mahfudz.
ibu dan bapak pun sangat bahagia. ia tak menyangka jika anak laki lakinya bisa sangat mandiri sehingga bisa menyiapkan makan malam untuk ibu dan bapak sebelum menyusul ke stasiun.
saat malam hari saeful ibu dan bapak berbincang bertiga di ruang tamu kediaman saeful yang sudah di gelari karpet. ia sengaja sudah menggelar karpet dan menaruh bantal guling, karena dirumah ini hanya ada satu kamar dan akan menjadi tempat tidur ibu dan bapak selama ada dirumahnya. sedangkan saeful tidur di ruang tamu beralaskan karpet.
ibu yang masih di selimuti rasa rindu, terus memandang wajah anak ragil nya itu. dan tiba - tiba saja ibu menemukan bekas luka jahitan di pelipis mata saeful.
"ini kenapa le" tanya ibu sambil memegang pelipis mata saeful
" hhmm ini bekas luka jahitan bu, saya pernah jadi korban tabrak lari beberapa bulan yang lalu bu, tapi sudah tidak apa - apa, tidak parah kok bu" jelas saeful dengan panjang lebar karena baginya percuma saja jika ia nekat berbohong ibu tidak akan mudah mempercayainya.
"ya allah, kenapa kamu ndak ngabarin ibu sama bapak kalau kamu kecelakaan le?" sahut bapak yang tak kalah terkejutnya dengan ibu saat saeful menjelaskan kejadian waktu itu.
"saya ndak mau ibu dan bapak panik, lagi pula disini banyak yang bantu, banyak yang mengutus saya di rumah sakit sampai sembuh pak" jawab saeful yang kini ada di pelukan ibu yang masih shock mendengar pernyataan saeful.
ibu merasa tak percaya jika anak nya akan menyembunyikan kejadian itu. karena ia tak memiliki saudara di sini. hanya teman - teman yang kebetulan sama sama mengajar di pesantren ini.
"semua tabungan saeful habis pak, buat memperbaiki sepedah motor ustadz ayubi yang saeful pinjam saat kecelakaan itu, juga buat biaya rumah sakit. bahkan masih belum terbayar semua" jelas saeful lirih ia khawatir kecemasan ibu semakin menjadi
"siapa yang membantu biaya rumah sakitmu le" kali ini ibu mulai ikut bicara
"mbak laila bu, kebwtulan tempat usahanya tidak jauh dari saeful jatuh" jelas saeful
"sebenarnya saeful ingin sekali menikah bulan syawal nanti pak, tapi allah berkehendak lain, semua uang tabungan sudah habis buat biaya perbaikan sepedah motor dan perawatan rumah sakit pak" jelas saeful lagi
"kamu ingin menikah dengan siapa le, apa kamu sudah punya calon pendamping?" tanya ibu yang merasa heran dengan anak laki lakinya.
"belum bu, tapi saya mulai tertarik sama satu wanita tapiii....." ucapan saeful terhenti
"tapi apa?" suara bapak sedikit meninggi
"saeful nggak tau dia mau menerima saeful atau tidak pak" jawab saeful cepat karena ia tau bapak tidak alan suka jika ia terlihat lemah.
"siapa perempuan itu, alumni pesantren mana dia?" tanya bapak lagi
"dia bukan anak pesantren pak bu" jawab saeful lirih
"kamu hafidz le, apa kamu yakin mau menikah dengan wanita kota yang bahkan tidak pernah mendapat pendidikan dari pesantren?" tanya ibu sembari mengerutkan dahinya merasa heran dengan pilihan anaknya.
"insyaallah meskipun dia bukan seorang santri tapi saya bisa menjamin bahwa ia memiliki hati yang baik bu, dia wanita baik baik bu, " jelas saeful
"kamu yakin le, terus apa dia bisa mendidik anak anak menjadi hafidz, apa kamu tidak ingin meneruskan hafidz mu ke anak keturunanmu? " sahut ibu lagi dengan serentetan pertanyaan
" insyaallah yakin bu, besok dia ada disini, ibu sama bapak bisa lihat dia, dia selalu menjadi bayang bayang di hari hariku bahkan tidurku pak" ucap saeful
"yasudah kalau begitu, besok ibu dan bapak akan lihat dia dari kejauhan dulu, sekarang kita istirahat sudah malam dan ibu pasti masih capek" ucap bapak menutup pembicaraan malam ini.