NovelToon NovelToon
Mantan Suamiku Ternyata Bosku

Mantan Suamiku Ternyata Bosku

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:330.1k
Nilai: 5
Nama Author: m anha

Vany yang di paksa menikah oleh keluarga pamannya tempat ia tinggal, berniat ingin kabur dari rumah. Ia menolak menikah dengan pria tua dan di jadikan istri ke 3, semua itu untuk melunasi hutang pamannya. Akan tetapi ia malah di pertemukan dengan Agam dalam sebuah kecelakaan.

Agam, pengusaha muda yang berkunjung ke kampung halamannya untuk urusan bisnis.

Akankah Vany bisa menghindari pernikahan tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon m anha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia Vany

Kini Vany dan Adelia berada di ruangan Agam, sementara Agam sendiri masih berada di luar kantor.

"Adelia, Adelia senang punya ayah?" tanya Vany, dimana saat ini mereka sedang duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Iya, Bu. Adelia suka. Adelia senang, nanti aku ingin memperkenalkan Ayah pada teman-temanku. Jadi, mereka takkan mengejekku lagi," cicinya.

"Bagaimana jika kita merahasiakannya?erehasiakan jika Adelia sudah punya ayah?"

"Kenapa?" tanya Adelia menatap ibunya dengan alis yang sedikit berkerut dan memanyunkan bibirnya, tanda jika ia tak suka.

"Adelia sayang nggak sama ayah?" tanya Vani lagi? Menggenggam kedua tangan anaknya, membuat Adelia pun mengangguk.

"Nanti gimana jika ada yang ingin mengambil ayah Adelia?" ucap Vany kembali mengusap-ngusap tangan anaknya.

Adelia langsung menggeleng cepat, "Nggak mau, itu ayahnya Adelia. Kenapa ada yang mau mengambil, aku nggak mau, Bu. Adelia sayang sama ayah, dia hanya ayahnya Adel. Pokoknya nggak boleh ada yang ngambil."

"Nah! Jadi, mulai sekarang kita harus rahasiakan jika Adelia sudah punya ayah dan ayah Adelia itu adalah pak Agam. Ok! Nanti ada yang mengambilnya bagaimana?"

Anak itu berpikir sejenak kemudian menatap ibunya dengan tatapan bingung, "Kenapa?" cicitnya lagi yang masih belum mengerti maksud ibunya.

Vany mengalah napas, dia berpikir bagaimana caranya menjelaskan agar pitrinya bisa mengerti jika ia harus merahasiakan jika Adam adalah ayahnya ke sembarang orang, khususnya para karyawan di kantor ini dan mengatakan kepada siapapun jika dia adalah ibunya.

"Ya sudah. Adelia boleh katakan kepada orang-orang jika Adelia ini adalah anak ayah, tetapi Adelia harus merahasiakan kepada mereka semua jika Ibu ini adalah ibunya Adelia."

"Kenapa?" tanya Adelia lagi masih dengan wajah bingungnya.

"Nggak apa-apa, pokoknya Adelia jangan bilang jika Ibu ini adalah ibunya. Adelia bilang saja jika Ibu adalah teman ayah Adelia, ya," jelas Vany membuat Adelia mengangguk. Namun, tetap masih dengan ekspresi bingung.

"Sepertinya menjelaskannya langsung lebih dimengerti Adelia daripada berbelit-belit," gumam pelan Vaniy.

"Memangnya kenapa jika orang tahu, jika kamu adalah ibunya Adelia dan aku ayahnya?" ucap Agam tiba-tiba datang dan berjalan menghampiri mereka.

"Pak Agam, kamu itu mengejutkanku saja," ucap Vany memegang dadanya, ia sangat terkejut saat mendengar suara Agam secara tiba-tiba, padahal Ia tak mendengar pintu terbuka atau langkah kaki masuk ke dalam ruangan itu.

"Aku rasa nggak masalah jika mereka semua tahu jika kamu adalah ibu dari Adelia. Kita pernah menikah. Dia bukan anak dari hubungan yang tidak sah. Mengapa harus malu?"

'"Aku bukannya malu, Pak..Tetapi lebih baik kita rahasiakan saja dulu untuk saat ini dari semua karyawan. Biarkan mereka mengetahui jika kita ini hanya teman dan tak pernah memiliki hubungan apa-apa, apalagi orang tua bagi Adelia."

"Terserah kamu saja, jika memang kamu keberatan untuk mengakui Adelia sebagai putrimu pada karyawan kantor, yang jelas mereka sudah tahu jika Adelia ini adalah putriku. Aku bangga memiliki putri yang cantik sepertinya," ucap Agam?" ucap Agam duduk di samping Adelia, mengusap rambut putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Ayah, nanti ketemu teman-temanku, ya. Aku juga ingin memperkenalkan Ayah pada teman-temanku. Teman-temanku itu suka mengejekku, Yah! Karena tak punya ayah. Biar mereka lihat jika aku sudah punya ayah."

"Iya, Nak. Tentu saja. Sekarang kamu punya, mereka tak berhak mengejekmu. Jika ada yang kembali mengejekmu katakan pada ayah, ayah akan … memberitahu mereka jika ayah ini ayahmu." Hampir saja Agam keceplosan mengatakan jika dia akan menghajar mereka. Namun, ia baru mengingat jika orang-orang yang dimaksud oleh Adelia adalah teman-temannya itu berarti adalah para bocah-bocah, mana mungkin dia menghajar mereka.

"Ya sudah, aku kembali bekerja ya, Pak." Vany melihat jamnya dan sekarang memang sudah waktunya kembali bekerja, jam istirahat sudah usai.

"Iya, Oh. Apa kamu ingin ikut kami ke rumah sakit?"

"Oh iya, nanti Adelia bertemu dengan kakek dan nenek, ya,"ucapnya membuat Adelia pun menganguk dengan seyuman lebarnya. "Vany, apa kamu ingin ikut?"

Vany berpikir sejenak. Apakah dia harus ikut atau tidak. Namun, ia mengingat bagaimana kebaikan ibu Agam dan sepertinya tak masalah jika ia ikut.

"Iya, Pak. Aku ikut."

"Berhenti memanggilku, Bapak! Panggil saja Agam jika hanya kita berdua, panggil bapak juga di depan yang lain.

Mendengar itu Vany pun mengangguk dan berdiri dari duduknya.

"Adelia, Ibu kerja dulu, ya. Ingat, mulai sekarang Ibu ini teman ayah, ya," ucapnya sebelum beranjak dari sana, membuat gadis kecil yang lahir dari rahimnya itu pun mengangguk dengan patuhnya.

"Anak pintar," ucap Vany mencium kedua pipi putrinya dan ia pun keluar dari ruangan itu, sementara Adelia kembali bermain di sofa karena kakinya masih cedera. Jika tidak mungkin dia akan berlarian kesana kemari di dalam ruangan itu.

Vany bernapas lega setelah keluar dari ruangan itu, kemudian langsung menuju ke ruangannya sendiri. Ia mengerjakan beberapa pekerjaannya, sesekali telinganya masih mendengar gosip-gosip tentang siapa sebenarnya Vany, Ibu dari Adelia. Mereka penasaran seperti apa wajahnya.

"Syukurlah, mereka semua mengenalku dengan nama Febri," gumam Vany kembali fokus pada pekerjaannya.

Sepulang bekerja Agam kembali menggendong Adelia untuk menuju ke parkiran, sore ini mereka akan langsung ke rumah sakit untuk mempertemukan Adelia dengan kakek dan neneknya.

Agam berjalan sambil mengirim pesan kepada Vany, jika mereka sudah ada di parkiran dan akan berangkat. Mereka menunggunya di sana dan memintanya untuk segera datang..

"Baik. Aku bereskan dulu pekerjaanku, sedikit lagi," jawabannya yang dijawab emoticon jempol oleh Agam. Dengan cepat Vany membereskan pekerjaannya. Yang lain sudah ada yang pulang, tinggal ia dan Vanessa serta Dimas yang berada di ruangan..

"Pak Dimas, Vanessa aku pulang duluan, ya," ucap Vany yang sudah menenteng tas kantornya.

"Hmm," jawab Dimas yang masih dengan fokus pada layar laptopnya, sementara Vanessa juga ikut berdiri dan merapikan barang-barangnya.

"Kita barengan, ya," ucapnya.

Vany bingung harus menjawab apa. Bagaimana jika Vanessa melihatnya bersama dengan Agam.

Mereka pun berjalan menuju ke lift. Vany berpikir bagaimana harus meminta Vanessa untuk pergi lebih dulu. Ia masih belum siap ada yang melihatnya bersama dengan Agam dan juga Adelia. Biarlah gosip jika Vany adalah ibu Adelia bukan dirinya.

"Vanessa, kamu duluan saja, ya. Perutku sakit. Aku mau ke kamar mandi dulu," ucapnya yang langsung berlari menuju ke kamar mandi yang ada di lantai 1 itu. Vanessa hanya mengangguk dan kembali melangkahkan kakinya.

Vany masuk ke kamar mandi sebentar, kemudian tak lama ia kembali keluar dan melihat Vanessa yang sudah berjalan menjauh. Ia pun bernafas lega dan kembali berjalan keluar menyusul Vanessa di belakangnya, dia bisa melihat Vanessa sudah naik ke mobilnya dan melaju pergi meninggalkan kantor.

"Syukurlah," ucapnya kemudian dia pun berlari menuju ke mobil Agam.

Agam yang melihat Vany langsung membukakan pintu dari dalam. Vany naik dan memasang sabuk pengaman. Mereka pun pergi meninggalkan kantor menuju ke rumah sakit.

"Mereka itu dekat apa, sih. Pak Agam bahkan menunggu Febri," gumam Dimas terus memperhatikan mobil mereka yang maju meninggalkan perkiraan kantor.

"Vany." Dimas mengingat jika ia pernah mendengar nama Vany, tetapi di mana nama itu disebut.

"Tunggu! Bukankah saat itu pak Agam memanggil Febri dengan sebutan Vany? Apa Vany yang dimaksud anak Agam adalah Febri?" Dimas masih memperhatikan mobil mereka hingga menghilang dari pandangannya.

"Apakah anak itu anak Fabri dan Pak Agam?" gumam Dimas bertanya-tanya.

1
Jessica
Luar biasa
Evi lidia Sari
maaf thoor kata aku ganti paman thoor,,
Lusi Seksi
Luar biasa
Lusi Seksi
Lumayan
Supiah Susilawati
Luar biasa
far@way244345🍉🌱🏠🇵🇸
sudah follow.. cerita nya bagus ... mentari di uji punya suami curang dan suka main perempuan
neny
Luar biasa
Nanik Lestyawati
bagus ceritanya
Melki
akhirnya.....
sur yati
bintang 5 semangat Thor karya bgs bgt aku suka bgt jadi bacanya tdk sambil mewek the best
sur yati
suka bgt ceritanya tdk bertele-tele tdk banyak bawang suka bgt thor
sur yati
lbh cepat lbh baik vany lgi kasian ankmu toh Adel ank sah Agam
sur yati
semoga di persatu kan lgi biar Adel dpt ksh syg papanya
sur yati
good luck Febri
sur yati
semoga ja banyak dpt pengganti yg lbh dpt kehidupan yg lbh baik Thor
Zainab Ddi
alurnya sederhana tapi enak dibaca
Zainab Ddi
Alhamdulillah ditamatkan dengan akhir yg semuanya bahagia 💪🏻💪🏻💪🏻😍😍😍untuk selalu berkarya
Zainab Ddi
lanjut baca
Zainab Ddi
jangan dikasih Nilam ibumu culas
Zainab Ddi
Dodi bener tuh mendidik istrinya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!