Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Mereka berdua sampai di rumah Aslan. Rumah Aslan yang memang sudah dibeli satu tahun yang lalu akhirnya dia tempati bersama Fara.
Fara mengedarkan pandangannya melihat rumah yang cukup mewah itu dengan dua lantai. Baru masuk rumah, sudah ada pembantu yang membawa tasnya dan Aslan.
"Kamar aku dimana?" tanya Fara.
"Di atas ada dua kamar, di bawah juga ada dua kamar. Terserah kamu mau tidur dimana." kata Aslan sambil berjalan pelan menuju anak tangga.
Fara jelas memilih kamar atas, dan yang ada roof topnya. Dia menaiki tangga dengan cepat lalu membuka kedua pintu kamar itu.
Dia memilih kamar yang luas dengan pintu kaca yang menghadap ke rooftop. Dia menatap kagum pemandangan yang tersaji dari atas sana sampai lupa menutup pintu kamar itu.
Aslan mengikutinya masuk ke dalam kamar. "Pilihan yang tepat sekali, ini juga kamar aku." Aslan menutup pintu kamar itu yang membuat Fara seketika menoleh.
Bulu kuduk Fara seketika merinding, dia harus bersiap-siap kabur sebelum diterkam oleh singa. "Pak Aslan pilih kamar lain saja."
"No, ini kan rumah aku." Aslan justru merebahkan dirinya di atas ranjang. "Kalau kamu mau tidur di sini gak papa. Sini, di sebelah aku." Aslan menepuk ranjang sebelahnya yang masih luas itu.
Kali ini Fara mengalah. Dia juga tidak mau tidur seranjang dengan Aslan. Dia akan melangkah keluar tapi dihentikan oleh Aslan.
"Ambil baju kamu dulu di lemari. Sudah dibelikan Mama kamu tinggal pakai."
Fara membalikkan badannya dan mengambil pakaian yang ada di lemari. Lumayan banyak juga bajunya dan masih baru semua. Mulai dari dres, t-shirt, celana, piyama, underwear dan baju dinas malam.
"Iuh, baju haram." Fara menyembunyikan lingerie itu di tumpukan baju paling bawah.
"Baju haram?" mendengar hal itu Aslan bangun dan mendekati Fara. "Baju haram gimana? Coba lihat." tangan Aslan mengulur untuk mengambil lingerie yang ada di tumpukan paling bawah.
Fara menepis tangan Aslan. "Gak penting."
"Emang bajunya kayak gimana? Ada yang gak cocok, semua ini Mama yang beli." Aslan semakin mengintimidasi Fara hingga dia berhasil mengambil lingerie itu.
Aslan terpaku menatap lingerie yang sekarang dia gelar, gaun tidur yang sangat tipis dan transparan berwarna merah berenda yang sangat minim dengan tali di kedua pundaknya. Ada lubang juga di bagian dada untuk mempermudah. Tentu saja satu set dengan g-string. Pikiran Aslan langsung terbang jauh, hanya membayangkannya saja sudah membuat hawa panas di sekitarnya.
Pipi Fara merona malu. Pasti sekarang Aslan sedang berpikir yang tidak-tidak tentang baju itu.
Setelah mengambil piyama, Fara segera keluar dari kamar Aslan sebelum Aslan semakin berfantasi dengan tubuhnya.
"Far?" Aslan menoleh Fara yang sudah keluar dari kamarnya dan menutup pintu. Dia menghela napas panjang. "Sial! Otak aku jadi travelling kemana-mana."
Aslan mengembalikan lingerie itu ke dalam lemari. Dia kini merebahkan dirinya di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya. Hingga larut malam mata itu masih enggan untuk terpejam.
Beda dengan Fara, tubuhnya yang terasa capek membuatnya tidur begitu mudah bahkan sangat nyenyak sampai pagi.
Fara memang sudah terbiasa bangun saat Subuh. Dia mandi lalu sholat Subuh setelah itu dia keluar dari kamar dan berjalan menuju taman samping untuk menghirup udara sejuk di pagi hari sambil berolahraga kecil.
Tak sadar, jika dirinya terus diintai Aslan dari atas. Aslan sedang berdiri di atas rooftop sambil tersenyum melihat Fara yang sedang berolahraga kecil sambil memakai piyamanya.
Setelah 30 menit, Fara kembali masuk ke dalam rumah. Dia kini duduk di meja makan dan sudah ada segelas susu yang terhidang.
"Bi, lain kali biar saya buat sendiri ya." kata Fara sambil meminum susu hangat itu.
"Tidak apa, Non. Tidak usah sungkan, ini sudah menjadi pekerjaan bibi. Non Fara mau sarapan apa?"
"Apa saja, Bi." jawab Fara lalu dia melihat ponselnya yang menggantung di lehernya.
Bibi Sri segera memasak untuk kedua majikannya. Sebenarnya dia ingin memanggil nyonya pada Fara, tapi Fara terlalu muda, mungkin Non Fara panggilan yang sesuai untuknya.
Aslan turun dari kamar lalu dia ikut duduk di dekat Fara. "Rajin banget udah bangun. Masa olahraga pakai piyama."
Fara hanya melirik Aslan sesaat. Kini dia kembali fokus dengam ponselnya. Dia justru menelepon Arsyad, tak peduli ada Aslan di dekatnya.
"Iya, aku hari ini gak masuk, Ayah keluar dari rumah sakit hari ini." Fara tersenyum kecil.
Hal itu jelas membuat Aslan kesal, dia meminum susu di gelas Fara yang tinggal separuh itu.
"Iya, makasih udah perhatian." lagi, lagi Fara hanya tertawa. Entah apa yang dikatakan Arsyad yang jelas Aslan tidak bisa mendengarnya. "Sampai ketemu besok ya.." Fara mematikan panggilannya. Dia masih saja menundukkan pandangannya dan menatap layar ponselnya.
Aslan mengambil tisu lalu dia usap keringat yang mengalir di pelipis Fara. Seketika Fara menatap Aslan dan mengelak dari usapan Aslan.
Aslan hanya tersenyum. Gadis yang berada di dekatnya itu memang cantik meski wajah tanpa bedak dan berkeringat.
"Gak usah sok perhatian." Fara akan mengambil gelas susunya lagi tapi gelas itu telah kosong. "Ih, kok diminum sih. Kalau mau saya buatin."
Aslan masih saja tersenyum, "Ya udah buatin lagi satu gelas nanti kita paruhan lagi."
"Idih, gak jelas." Fara berdiri. Dia kini melangkah menuju tangga. "Saya mau ke kamar Pak Aslan, mau ambil baju dan dipindah semua ke kamar saya," ucapnya sambil menaiki anak tangga.
Fara mengerutkan dahinya melihat ranjang Aslan yang berantakan. "Dasar anak Mama. Rapiin tempat tidur sendiri aja gak mau." sejak ditinggal Mamanya, Fara memang lebih rajin dan mandiri. Dia kini menata ranjang Aslan sampai rapi. Kemudian dia beralih mengambil baju-bajunya.
Aslan yang berdiri di ambang pintu lagi-lagi hanya tersenyum menatap Fara. Bocah yang dia sangka manja itu ternyata lumayam rajin. Dia berjalan mendekat dan berdiri di belakang Fara.
"Sini aku bantu."
"Astaga." Fara terkejut dengan kedatangan Aslan yang tiba-tiba itu hingga membuat baju yang berada di tangannya terjatuh. "Ngagetin aja sih. Jadi berantakan nih." Fara berjongkok dan merapikan kembali baju yang jatuh di lantai itu.
Aslan juga ikut berjongkok dan membantunya tapi Fara justru semakin mendumel.
"Pak Aslan gak usah bantu. Sana deh. Duh, malah berantakan. Benar ya, kalau di rumah jadi mode kucing orange. Anak Mama emang." setelah menumpuk kembali bajunya dia keluar dari kamar Aslan.
"Cerewet, gemesin." Aslan berdiri dan masih saja mengikuti Fara.
💞💞💞
.
Gemes banget sama Pak Guru satu ini...
Like dan komen ya...
sayang ama papa aslan