Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senioritas
Wanita Pengganti Bagian 20
Oleh Sept
Bukan cuma Farel yang shock kala itu. Aira juga merasakan hal yang sama. Kenapa pria itu bilang tidak mungkin? Lalu anak siapa yang ia kandung? Sedangkan selama ini dia tidur sendiri. Dan tidak pernah sekalipun berhubungan dengan laki-laki lain selain Farel. Apa artinya pria itu menyangkal kalau dia hamil anaknya?
Dua orang itu masih berhadapan, kemudian selang beberapa menit, Farel langsung menelpon istrinya. Ia meninggalkan Aira seorang diri.
Tut Tut Tut
Berapa jengkelnya Farel, Nita ditelpon tidak diangkat. Sampai ia langsung menulis pesan singkat pada assisten pribadi Nita.
[Suruh bosmu angkat telponnya!]
Lima menit kemudian, ponsel Farel berdering.
"Hallo, iya Mas. Ponsel aku batrenya abis!" kata Nita di telpon.
"Pulang sekarang!" titah Farel tegas.
"Iya, ini on the way."
Tut Tut Tut
Ponselnya mati. Di dalam kamar, Farel mondar-mandir. Ia berkacak pinggang, kemudian mengusap wajahnya dengan kasar.
"Tidak mungkin aku membuatnya hamil!" rutuk Farel benci. Seolah tidak rela Aira mengandung dari benih premium miliknya.
Suasana semakin gaduh, ketika Nita tiba di rumah beberapa waktu kemudian.
Bukannya sedih suaminya membuat hamil wanita lain, Nita malah merasa lega dan sedikit puas. Setidaknya, Aira tidak usah lama-lama tinggal di sana. Ya, meskipun sudah mirip pembantu. Namun, dia juga khawatir. Nanti suaminya malah keterusan. Padahal, Farel sama sekali tidak berselera pada wanita kampung tersebut. Farel masih memandang Aira dengan sebelah mata, menganggap gadis itu wanita murah, yang menjuall diri demi uang.
'Bagus, misi complete. Tinggal nunggu dia lahiran, trus mas Farel gak akan nuntut anak lagi. Dan aku bebas berkarir. Wah, sesuatu apa yang aku mau,' batin Nita yang merasa rencananya sudah berhasil.
"Besok akan aku bawa dia periksa ke dokter, setelah itu, dia akan aku suruh pindah ke apartment milikku. Bagaimana menurut Mas Farel?" tanya Nita kemudian, sambil menatap suaminya yang masam.
"Terserah!" jawab Farel ketus.
Pria itu kemudian ke balkon. Berteman dengan kepulan asap seperti biasanya untuk mengusir suntuk serta setres dan penat dalam jiwanya. Dia memang ingin punya anak. Namun, harus dengan Nita. Bukan wanita penjuall diri seperti Aira. Tidak punya harga diri. Jelas dia ingin ibu dari anak-anaknya itu wanita baik-baik.
Andai dia tahu, sebaik apa wanita yang ia cintai. Wanita yang menyukai dunianya sendiri. Mungkin Farel sedang dibutakan cinta. Membuatnya tidak berpikir secara logis.
***
Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Bunda.
"Jadi benar-benar positive, Dok?" tanya Nita, dia hanya ingin yakin dengan hasil pemeriksaan dokter.
"Benar, Bu."
Nita manggut-manggut, kemudian permisi pada sang dokter. Sepanjang lorong, Nita kemudian bicara pada Aira.
"Tugas kamu sudah selesai, sekarang jangan dekat-dekat suami saya lagi. Kalau sampai kamu ketahuan menggoda suami saya, kamu saya tuntut!" ancam Nita.
"Satu lagi, kamu mulai hari ini pindah ke apartment saya. Di sana kamu akan tinggal sama ART saya. Meskipun begitu, jangan manja. Lakukan apapun sendiri!" tambah Nita dengan galak.
Wanita itu kemudian melangkah mendahului Aira. Berjalan melewati lorong rumah sakit dengan gaya seperti pragawati. Melengak-lengok seperti berjalan di atas catwalk. Sepatu tinggi, rok belahan tinggi, ditambah ketiaknya kelihatan. Nita ini kata raya, tapi pelit kalau beli baju. Sampai bahannya hanya sedikit dan minimalist.
***
Beberapa minggu kemudian.
Genap 21 hari Aira tidak di rumah Farel. Rumah itu kembali seperti kuburan, sepi. Tidak ada keributan sama sekali. Farel pun murung, tidak pernah ngomel-ngomel lagi. Sedangkan Nita, ia masih sibuk show kadang ke luar negeri. Tiga hari lalu saja dia dari Paris, menghadir event terbesar di sana selama sepekan.
***
Di apartment mewah milik Nita.
Aira sedang mengepel, di sana ia malah dijadikan pembantu oleh ART yang selama ini merawat apartment tersebut. Itu karena Nita tidak mengatakan apapun. Dia hanya mengatakan Aira pembantu di rumah lamanya. Makanya ART senior bertindak semaunya. Apalagi, kehamilan Aira belum kentara. Jadi, tidak ada yang tahu kalau dia hamil. Aira pun enggan mengatakan kalau dia sedang hamil.
"Yang bersih! Jangan malas-malasan! Itu masih kotor banyak debunya!" kata Ijah, ART Nita.
Sambil mengusap dahinya yang basah, Aira kembali mengulangi ngepel lagi. Padahal perutnya sudah lapar, tapi Ijah memintanya ngepel dulu. Begitulah keseharian Aira selama ini. Mendapat tekanan dari ART Nita.
***
Di perusahaan
Farel yang biasanya selalu fokus, wajahnya tampak gelisah. Hampir sebulan dia tidak bertemu wanita yang selalu membuatnya jengkel. Bukan kangen, ia hanya penasaran.
Akhirnya Farel telpon apartment. Masih siang, pasti tidak melakukan aktifitas apapun.
"Hallo, selamat siang?" sapa Ijah.
"Ini saya! Farel," kata Farel di telpon.
"Eh ... iya, Tuan besar. Ada apa? Ada yang bisa saya bantu?"
"Apa di sana ada Aira?"
Dahi Ijah mengkerut.
"Ira? Ada Tuan ... tapi sedang repot. Kalau Tuan membutuhkan sesuatu, biar saya saja."
"Sedang apa dia?" sela Farel yang tidak suka Ijah ngomong panjang lebar.
Ijah ragu-ragu, tapi Aira kan bukan siapa-siapa, gadis itu sama pembantu seperti dia. Ijah pun menoleh ke belakang. Kemudian menjawab pertanyaan Farel dengan apa adanya.
"Emm ... lagi gosok kamar mandi, Tuan."
Farel menaha napas dalam-dalam.
BERSAMBUNG
Oalah Ijah .....
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀