NovelToon NovelToon
KAU DI HATI KU

KAU DI HATI KU

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berondong / CEO / Pengganti
Popularitas:1.5M
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

🏆 Novel Lomba Menulis Tahun 2022 🏆

Kisah seorang ratu yang bereinkarnasi ke masa depan menjadi gadis biasa yang lugu untuk menebus segala dosanya yang telah lalu akibat kegemarannya yang suka berperang dan membunuh ribuan orang dalam perang kerajaan yang di pimpinnya.

Bertemu seorang pria berondong yang bodoh yang tak sengaja ia temukan di depan toko roti tempatnya bekerja.

Ternyata pria tersebut seorang CEO Amnesia yang tidak diketahui identitas pribadinya sampai CEO Amnesia itu mendapatkan ingatannya kembali setelah jatuh dari toilet.

Tetapi CEO itu hanya mengingat wanita lain dan menganggap gadis itu sebagai pengganti wanita lain itu.

Bagaimana kisah kasih ideal mereka akankah keduanya bersama dan menikah ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20 TERPELESET

TERPELESET 

Keesokan harinya Jian yang tidak dapat tidur terasa pusing di kepalanya akibat ingatan yang samar itu datang ke dalam pikirannya sedangkan Batang Dewi harus kembali bekerja di Toko Roti Italia 1912 setelah liburan.

"Selamat pagi...", sapa Batang Dewi.

"Pagi...", sahut Jian.

Pria amnesia itu masih terbaring di tempat tidur seraya memijit keningnya.

"Apa kamu baik-baik saja ?", tanya Batang Dewi yang sedang bercermin.

"Iyah...", sahut Jian terpejam.

"Apa tadi malam kamu bisa tidur ?", tanya Batang Dewi dari arah cermin.

"Iyah...", ucap Jian.

"Aku sudah menyiapkan sarapanmu, apa perlu aku membawakan sarapan itu kemari ?", kata Batang Dewi.

"Tidak perlu... Aku akan mengambilnya sendiri...", sahut Jian.

"Benarkah !?", kata Batang Dewi.

"Hmmm...", gumam Jian.

Jian terlihat masih terbaring dan tidak beranjak dari atas tempat tidur sambil masih memijit kepalanya.

"Apa kamu akan masuk kerja ?", tanya Jian menolehkan kepalanya.

"Hmm, iya, ada apa kamu menanyakannya ?", sahut Batang Dewi.

"Bolehkah aku meminta tolong padamu membawakanku obatku sekarang ?", pinta Jian.

"Mmm, baiklah, tunggu sebentar, selesai aku berdandan", sahut Batang Dewi.

Batang Dewi lalu mengoleskan lipstiknya ke bibirnya yang mungil dan mematut kembali di depan cermin, melihat adakah yang kurang dari riasannya.

"Apa ada yang lainnya selain obat untukmu ?", tanya Batang Dewi lalu memutar duduknya ke arah Jian.

Batang Dewi sedari tadi memperhatikan Jian dari arah cermin, dia merasakan ada sesuatu yang lain dari Jian karena sejak dia bangun pria amnesia itu tidak beranjak dari tempat tidur.

Jian menoleh ke arah Batang Dewi sambil menggelengkan kepalanya pelan dan menjawab ucapan gadis itu.

"Tidak...", sahut Jian lalu terpejam.

Batang Dewi bergegas keluar dari kamar tidur dan berjalan menuju ruangan tengah tempat dia biasa menaruh obat-obat milik Jian.

Setelah itu dia pergi ke dapur mengambil sarapan untuk Jian serta segelas air hangat dan jus buah.

"Aku bawakan obat serta sarapan untukmu, aku taruh di meja riasku dan jangan sarapan terlebih dahulu sebelum kamu meminum obat", kata Batang Dewi berpesan pada Jian.

Tidak ada suara dari Jian ketika Batang Dewi masuk kembali ke kamar tidur, gadis itu mendekat ke arah tempat tidur memastikan pria amnesia itu tidur.

"Rupanya dia tertidur lagi, tapi aku sudah membawakannya sarapan", ucap Batang Dewi.

Batang Dewi lalu berjalan ke arah meja riasnya hendak mengambil kembali sarapan Jian, dari arah tempat tidur terdengar suara pria amnesia itu.

"Taruh saja sarapannya di meja, nanti aku akan memakannya", kata Jian.

"Apakah aku perlu membawanya ke tempat tidur ? Terus terang aku merasa khawatir dengan kesehatanmu", ucap Batang Dewi.

"Tidak perlu, terimakasih", kata Jian.

"Baiklah aku pamit kerja dulu dan jangan lupa untuk meminum obatnya", ucap Batang Dewi.

Batang Dewi segera pergi dari rumah barunya dengan mengendarai vespa merah mudanya menuju ke tempat kerja. Dan meninggalkan Jian, pria amnesia itu di rumah.

Di rumah itu akhirnya Jian harus sendirian dan harus menghadapi rasa traumanya tanpa ditemani oleh Batang Dewi.

"Ukh !?", pekik Jian.

Jian tampak meringis kesakitan ketika dia masih terbaring di tempat tidur.

"Kenapa dengan kepalaku...", ucap Jian.

Dia memegangi kepalanya yang terasa di hantam palu dan berdenyut-denyut kencang sehingga menyebabkan rasa sakit yang berlebihan di kepalanya.

Rasa pusing yang teramat itu menyebabkan Jian kesulitan untuk beraktivitas.

"Ukh !? Sakit...", ucap Jian menahan rasa nyeri di kepalanya.

Jian berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya dengan bermaksud mengambil obat serta sarapannya.

Dia mencoba melangkahkan kakinya ke meja untuk mengambil sebotol obat miliknya ketika dia berhasil meraih botol obat itu kemudian Jian langsung meminum obat miliknya dengan cepat, sebelum rasa sakit di kepalanya datang semakin parah.

Jian merasakan pandangannya kabur tetapi dia memaksakan untuk tetap berjalan ke toilet karena merasakan perutnya mual.

"Ukh...", rintih Jian kesakitan.

Jian melangkahkan kakinya menuju toilet dengan langkah tertatih-tatih, dan hampir terjatuh.

"Akh !?", keluh pria amnesia itu.

Jian memegangi kepalanya dengan salah satu tangannya sedangkan satu tangannya berpegangan di dinding toilet.

"Ukh !!!", rintih Jian lagi.

Pada saat ia ke toilet, Jian terpeleset di sana sehingga kepalanya terbentur dinding toilet dan membuatnya jatuh pingsan.

"Akh !", pekik Jian lirih.

BRUK...

Jian tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai toilet tanpa seorangpun yang mengetahui kejadian yang menimpa diri pria amnesia itu.

"Kenapa aku sejak tadi terus memikirkan pria amnesia itu ? Apakah sebaiknya aku pulang ke rumah memastikan keadaannya ?", ucap Batang Dewi.

Batang Dewi yang merasakan hatinya tidak enak sejak tadi dari rumahnya memutuskan untuk kembali ke rumah.

Dia melajukan vespa merah mudanya dengan sangat cepatnya ke arah rumah, dia berharap cemas dan mulai mengkhawatirkan Jian.

"Lebih baik aku melihat Jian dulu...", kata Batang Dewi sesampainya di rumah.

Batang Dewi buru-buru memarkir vespa merah mudanya di halaman rumah dan dia segera berlari ke arah rumahnya.

BRAK...

Batang Dewi tidak melihat Jian di kamar tidurnya maupun ruangan tengahnya, dia tertegun sesaat lalu berjalan pelan ke dalam ruangan kamarnya tetapi dia tidak melihat Jian disana.

Ketika Batang Dewi melihat ke arah meja riasnya, dia memperhatikan botol obat milik Jian terjatuh dari nampan dan sarapan pria amnesia itu masih utuh.

Batang Dewi lalu berlari keluar kamar dan mencari Jian di toilet. Benar dugaannya, dia menemukan pria amnesia itu tidak sadarkan diri, gadis itu dengan terburu-buru menelpon ambulans.

"Oh tidak ! Bertahanlah, aku mohon !", bisik Batang Dewi cemas.

Batang Dewi lalu memanggil Rajawali sistem untuk keluar dan membantunya menemani dirinya.

KLING...

KLING...

KLING...

Rajawali sistem lalu muncul di ruangan rumah dengan mengepakkan kedua sayapnya dan terbang.

"Tolong bantu aku mengangkat pria amnesia ini ke ruang tengah rumah !", kata Batang Dewi.

"Kenapa dengannya ?", tanya Rajawali sistem.

Muncul cahaya terang membantu Batang Dewi mengangkat tubuh pria amnesia itu dan mendorong keduanya hingga ke ruang tengah.

Batang Dewi lalu merebahkan tubuh Jian di atas sofa.

Sekitar sepuluh menit kemudian terdengar sirene ambulans dari arah luar rumah Batang Dewi.

Batang Dewi langsung berlari ke luar rumah dan memberitahukan keadaan Jian yang terjatuh terpeleset di toilet serta telah membaringkan Jian di sofa.

Beberapa petugas medis segera berlari ke dalam rumah menuju ruangan tengah dan disana terlihat pria amnesia itu terbaring pingsan diatas sofa, petugas medis bertindak sigap dengan cepat mengangkat pria amnesia itu ke atas tandu untuk di bawa ke rumah sakit.

Petugas paramedis rumah sakit telah memberikan obat serta memasangkan alat bantu pernapasan kepada pria amnesia itu dan menyuntikkan cairan infus untuknya.

Hampir satu jam berlalu dan tidak ada tanda-tanda dari Jian untuk bangun ataupun sadar dari pingsannya.

"Oh Tuhan tolong selamatkanlah dia...", ucap Batang Dewi.

Dia duduk disamping ranjang rumah sakit tempat Jian dirawat dengan terus menerus berdoa untuk pria amnesia itu.

Jian perlahan-lahan membuka kedua matanya dan dia mulai tersadar, terdiam sejenak lalu menolehkan kepalanya ke arah samping.

Pria amnesia itu melihat seorang gadis tengah duduk terpejam dengan kedua tangan ditangkupkan ke arah mukanya.

"Ehk...", ucap pria itu.

Pria itu mengggerakkan tangannya ke arah Batang Dewi lalu menyentuh tangan gadis itu, sontak saja membuat Batang Dewi langsung tersadar dari lamunannya dan melihat Jian telah bangun dari pingsannya.

"Dokter ! Dokter !", teriak Batang Dewi.

Batang Dewi langsung berlari keluar dari ruangan kamar rumah sakit, memanggil dokter.

Selang beberapa menit kemudian tampak dokter dan petugas paramedis telah berada di dalam kamar untuk memeriksa keadaan pria amnesia itu. Untungnya kondisi Jian dalam keadaan baik-baik saja dan dia dengan cepat tertangani oleh dokter.

Setelah dokter dan petugas medis rumah sakit pergi dari kamar tempat Jian dirawat, pria amnesia itu lalu berkata pada Batang Dewi.

"Maaf, telah merepotkanmu...", ucap pria itu.

"Tidak apa-apa, sudah seharusnya aku melakukannya untukmu", sahut Batang Dewi.

"Terimakasih", kata pria itu tersenyum.

"Apakah kondisimu baik-baik saja ?", tanya Batang Dewi.

"Ya...", sahut pria itu.

Batang Dewi memperhatikan kepala Jian yang tengah dibalut perban sedangkan alat bantu pernapasannya telah dilepas dan hanya selang infus yang masih terpasang di tangannya.

"Syukurlah..., maafkan aku, seharusnya aku tidak meninggalkanmu sendirian di rumah dalam kondisi kurang sehat, dan lebih memperhatikan keadaanmu...", ucap Batang Dewi.

"Tidak apa-apa...", kata Jian.

"Istirahatlah...", ucap Batang Dewi.

"Hmmm...", gumam pria itu.

Hampir seminggu Batang Dewi bolak balik rumah sakit untuk menjenguk Jian, dokter belum mengizinkan pria itu untuk pulang.

Setelah dokter dan perawat rumah sakit selesai memeriksa Jian, dokter lalu memberitahukan kondisi Jian yang mulai kuat serta mengizinkan pria itu untuk pulang ke rumah.

"Kita sudah pulang ke rumah, aku harap keadaanmu lebih baik setelah dirawat dari rumah sakit", kata Batang Dewi.

"Iya", sahut Jian.

"Aku akan menyiapkan makanan untukmu, karena dokter menganjurkan kamu untuk menghabiskan obat ini dan menjaga kesehatanmu", ucap Batang Dewi.

"Tunggu !", kata pria itu.

"Iya...", ucap Batang Dewi.

"Ada yang ingin aku katakan kepadamu, duduklah dulu !", kata Jian.

"Mmm, bagaimana kamu mengatakannya setelah makan ?", tanya Batang Dewi.

"Tidak, bukankah aku sudah sarapan di rumah sakit sebelum pulang ke rumah", sahut Jian.

"Oh, iya, aku baru ingat", kata Batang Dewi.

Batang Dewi lalu duduk di sebelah Jian seraya tersenyum kepada pria itu.

"Baiklah ! Aku sudah siap untuk mendengarkan ceritamu sekarang", kata Batang Dewi.

"Ingatanku sudah pulih sediakala...", ucap Jian.

"Oh iya, benarkah ?", tanya Batang Dewi.

"Benar dan aku minta maaf padamu soal itu, dan aku baru memberitahukannya tentang ingatanku kepadamu", jawab Jian tertunduk.

"Tidak apa-apa, dan menurutku itu kabar baik", kata Batang Dewi.

"Apakah kamu senang mendengarkan berita ini ?", tanya pria amnesia itu.

"Iya...", sahu Batang Dewi.

"Tapi aku harus pergi dari sini dan kembali pulang ke rumahku", ucap Jian.

"Oh...", sahut Batang Dewi.

Keduanya terdiam dan suasana menjadi hening setelah itu, Batang Dewi hanya mampu menundukkan kepalanya tanpa berani menatap Jian.

"Apakah kamu tidak ingin menanyakan namaku yang sebenarnya ?", tanya Jian sambil melirik Batang Dewi.

"Apa itu perlu ?", sahut Batang Dewi.

"Yah, setidaknya kamu tahu nama asliku", ucap Jian.

"Terserah kamu, kamu akan mengatakannya atau tidak itu terserah padamu", sahut Batang Dewi.

"Namaku Magani Ogya...", ucap pria itu. "Aku adalah seorang CEO yang memiliki perusahaan besar...", sambungnya.

Batang Dewi hanya melongo mendengar ucapan pria itu dan hampir tidak mempercayai apa yang dia dengar.

Magani Ogya atau Jian, pria amnesia yang ingatannya telah pulih kembali itu lalu menceritakan pada Batang Dewi semua kejadian yang dia alami sebelum dia amnesia.

Dia juga mengingat kembali bagaimana dirinya hingga amnesia karena luka di kepala akibat perkelahian yang membuatnya hilang ingatan.

"Sekelompok orang datang kepadaku ketika aku baru keluar dari sebuah restoran terkenal setelah selesai rapat penting dengan kolegaku", kata Magani Ogya. "Mereka lalu menyerangku tanpa sebab dan mengeroyokku", sambungnya.

"Apakah tidak ada yang menolongmu saat itu ?", tanya Batang Dewi.

"Aku datang sendirian dan hanya ditemani oleh supir pribadiku yang saat itu berada di mobil", sahut Magani Ogya.

CEO amnesia itu kemudian mengingat orang-orang yang telah memukulnya dengan kayu besar sehingga menyebabkan dirinya gegar otak dan mengalami amnesia.

"Seandainya aku berada disana, pasti aku sudah menghajar mereka semuanya", kata Batang Dewi geram.

Magani Ogya hanya tersenyum mendengar ucapan Batang Dewi dan dia sangat yakin dengan yang gadis itu katakan bahwa Batang Dewi pasti akan menghajar mereka semuanya.

Pria yang lebih muda usianya dari Batang Dewi lalu menceritakan semua kisahnya kepada Batang Dewi siapa dia yang sebenarnya.

Mengakui bahwa dia seorang CEO yang amnesia dan memiliki perusahaan besar dan seorang anak mafia besar.

"Kamu anak mafia ?", tanya Batang Dewi terbengong.

"Iya, kenapa ? Apakah kamu takut padaku ?", tanya Magani Ogya.

"Tidak", sahut Batang Dewi.

Magani Ogya langsung tertawa mendengarkan jawaban Batang Dewi bahwa dirinya tidak pernah merasa takut kepada mafia besar.

"Itu artinya kamu tidak takut kepada ayahku", kata Magani Ogya.

"Mmm..., bukan begitu maksudku...", sahut Batang Dewi.

"Baiklah, lainkali aku akan mengajakmu ke rumahku untuk bertemu dengan ayahku serta keluargaku yang lainnya", kata Magani Ogya.

"Aku ???", tanya Batang Dewi sambil menunjuk kepada dirinya sendiri.

"Iya, lalu siapa ?", tanya balik Magani Ogya kepada Batang Dewi.

"Hah..., hah..., hah...!?", sahut Batang Dewi kaku.

"Aku akan pulang ke rumahku hari ini", ucap Magani Ogya sambil menatap Batang Dewi.

"Iya, aku mengerti...", sahut Batang Dewi.

Akhirnya Magani Ogya kembali pulang ke rumahnya dengan mengendarai taksi yang dia pesan.

Batang Dewi hanya melihat kepergian taksi yang dinaiki Magani Ogya atau Jian dari arah halaman rumahnya dengan menatapnya sendu, ada rasa kehilangan ketika pria itu harus pergi meninggalkan Batang Dewi dan rumahnya yang terlanjur terbiasa dengan kehadiran pria itu.

1
kalea rizuky
kasian barang dewi keknya cm di jadiin cadangan doank pergi aja lah barang dewi
Reny Rizky Aryati, SE.: benar, cadangan serep ☺️👍
total 1 replies
LoL öz
❤️❤️❤️❤️❤️
stumble guy
🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯🍯
Manno Riky
🎂🎂🎂🎂🎂🎂
Reny Rizky Aryati, SE.
🎂🎂🎂🎂🎂💝
Reny Rizky Aryati, SE.
/Scowl/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!