Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-19
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Kanti menggeleng kepala melihat putrinya yang masih tertidur nyenyak. Padahal jam sudah hampir menunjuk pukul 7 pagi. Benar-benar definisi gadis pemalas.
Kanti memercikan air pada wajah putrinya. Agar putri manjanya itu terbangun.
"Hujan... Hujan... Hujan....". Sontak Aluna terbangun dan langsung bersilat seperti orang yang takut basah.
Kanti bercakak pinggang menatap putrinya tajam.
"Hehhe Bunda". Aluna nyengir kuda ketika melihat Kanti yang sudah memasang wajah kesal akibat dirinya.
"Liat ini jam berapa?". Kanti menujukkan jam waker putrinya.
"Astaga, jam 7".
Dengan menggila Aluna berhambur ke kamar mandi.
Brakkkkkkkkkkk
"Awwwwwwww". Rintihnya saat jidatnya menabrak pintu.
"Dasar pintu gak ada akhlak. Bisa-bisa elu nyium jidat gueee". Gerutunya sambil mengetok-ngetok pintu kamar mandi berkali-kali.
Kanti hanya bisa menggeleng gemes melihat tingkah putrinya. Pintu kamar mandi yang disalahkan, padahal dia sendiri yang menabrak nya. Benar-benar membuat Kanti tak habis pikir, entah mengidam apa dulu dia sehingga bisa melahirkan gadis seperti Aluna?
Kanti keluar dari kamar putrinya. Dia sudah lelah mengomel setiap pagi melihat Aluna yang tak pernah bangun cepat. Sejak kecil Aluna memang selalu bangun kesiangan, akibat insomia yang dia cerita membuatnya setiap hari harus kesiangan.
"Mana Aluna Bunda?". Tanya Santoso pada istrinya.
"Biasalah. Putri kesayangan Ayah itu, selalu aja buat Bunda naik darah. Dia yang nabrak pintu, ehhh malah pintunya yang diomeli". Seru Kanti menggeeleng.
Mereka terkekeh mendengar cerita Kanti. Aluna memang selalu saja membuat sang Ibu mengomel panjang lebar setiap pagi.
"Pagi semua". Aluna mendekati meja makan dengan senyuman sumringah dan bahagia.
"Pagi Dek".
"Sarapan dulu". Suruh Santoso.
"Hai kesayangan Bunda". Aluna mencium pipi Bryan dan Bara bergantian.
"Pagi Bunda". Kedua bocah kembar itu membalas ciuman Aluna.
"Aluna sarapan dikantor aja ya. Udah telat". Dia mengambil selembar roti dan melirik arloji ditangannya.
"Berangkat sama siapa sayang??". Tanya Santoso.
"Yuyur dan Mimir Yahhhh". Jawab Aluna.
Kanti menggeleng "Mereka udah pergi duluan. Hampir satu jam mereka nungguin kamu tapi kamu gak bangun-bangun ya udah Bunda suruh duluan aja". Ujar Kanti.
"Ihhh Bunda jahat banget sihhh. Trus Aluna berangkat sama siapa donkkk?". Gerutu Aluna duduk dengan wajah lemesnya.
"Biar Bara anterin Bunda". Ucap Bara memegang tangan Aluna.
"Gak sayang kamu masih kecil. Bunda gak di mobil-mobilan kamu itu". Celetuk Aluna kesal.
Mereka semua terkekeh gemes. Apalagi ketika melihat Brayn dan Bara yang menenangkan Aluna dengan wajah menggemaskan nya.
"Sama Ayah aja. Kebetulan Ayah, mau ketemu sama investor baru kedai kita". Santoso berdiri dari duduknya
"Yeeee... Ayo Yah.. Udha telat".
"Aluna berangkat semua". Pamitnya "Sayang Bunda kerja dulu yaa... Kalian sekolah yang rajin".
"Siappp Bunda".
Santoso mengantar putrinya ke kantor. Santoso menggeleng gemes melihat Aluna yang memasang make up dimobil. Sudah tak aneh dan tak heran melihat tingkah putrinya itu.
Sampai digendong pencakar langit Aluna langsung turun setelah berpamitan pada Ayahnya. Tak lupa kecupan dia berikan pada pipi Ayah nya. Dia memang manja pada Santoso sangat manja malah. Maklum anak bungsu dan memang Aluna nya yang manja kelewatan.
Aluna masuk. Semua karyawan sudah sibuk pada pekerjaan mereka masing-masing. Aluna lah yang datang paling terakhir.
"Pagi Pak Andre". Sapa Aluna masuk kedalam ruangan "Pagi Bu Indah, Kak Lara, Bang Wawan dan Bang Benny". Sapanya pada semua orang yang satu ruangan dengannya.
"Pagi juga Aluna". Sahut mereka semua tersenyum ramah.
Sudah tak heran, walau pun Aluna terkenal paling lambat tapi dia selalu menjadi yang pertama jika masalah pekerjaan. Saat meeting menjelang akhir dan awal bulan, semua orang disibukkan untuk menyiapkan data meeting. Maka berbeda dengan Aluna, gadis itu malah sempat-sempatnya tidur dimeja dan anehnya dia malah menyelesaikan pekerjaannya secepat kilat setelah bangun tidur.
"Lun". Andre berjalan ke meja Aluna.
"Iya Pak". Aluna berdiri.
"Ini data yang kamu kirim ke supplier kemarin dan mereka setuju, kalau mulai Minggu depan proyek kita dimulai. Jadi ntar kamu sama saya tangani langsung dan terjun ke lokasi". Ujar Andre.
"Ohhh iya Pak. Rebes itu". Aluna mengajungkan jempolnya
"Oke sipppp... Ohhh saya boleh minta tolong kamu gak buat taken laporan ini ke Pak Presdir, soalnya saya lagi kerjain data processing Time kita nanti". Andre menyerahkan setumpukkan kertas.
"Harus saya ya Pak. Suruh Bu Indah aja dehhh". Tolak Aluna sambil menunjuk wanita paruh baya yang meja nya tidak jauh dari Aluna.
"Saya lagi ngatur budget Lun". Sahut Indah.
"Bang Benny, Atau Kak Lara, suruh Bang Wawan aja". Ujar Aluna. Sumpah dia rasanya tidak mau bertemu Alvaro.
Mereka semua menggeleng dan mengatakan sibuk dengan pekerjaan mereka. Karena mereka tahu Aluna jarang sibuk dikarenakan dia sudah mengerjakan semua pekerjaan nya hanya dalam hitungan menit.
"Bantar aja kok Lun. Setelah itu ntar kamu bawa lagi ke sini dan bantu saya koreksi ya?". Bujuk Andre.
Aluna menghela nafas pelan. Dia memang sering diminta untuk meminta tanda tangan pada Presdir. Karena dari dulu Aluna memang cukup dekat dengan para pemimpin perusahaan. Karena kecerdasan dan kecepatan nya dalam bekerja membuat para direksi menyukai gadis itu
"Iya dehhh Pak". Sahut Aluna pasrah dia mengambil tumpukkan berkas itu ditangan Andre "Sekarang ya Pak?".
"Iya Lun". Andre tersenyum gemes dan menggeleng sambil terkekeh kecil.
Dengan mengomel dan protes dalam hati, akhirnya Aluna setuju untuk pergi keruangan Alvaro. Meski dia sebenarnya jenggah bertemu Presdirnya itu.
Tok tok tok tok
"Masuk".
Sonny membuka ruang Alvaro, meja Sonny berada tepat didepan ruangan Alvaro
"Silahkan masuk Bu Aluna". Suruh Sonny sopan. Gadis ini sungguh imut dan lucu apalagi dengan wajah kesal begitu
"Terima kasih pak Sonny". Aluna memberikan hormat dan masuk kedalam ruangan Alvaro.
Tampak Alvaro sedang serius dengan berkas ditangannya. Sesekali dia menyesuaikan dengan data di laptopnya.
"Selamat pagi Pak".
Namun Alvaro tak mengindahkan dia juga tidak melihat Aluna sama sekali.
Aluna mengendus kesal. Namun tetap harus ditahan, sebagai karyawan yang baik dia harus menghormati atasan. Bukankah begitu?
"Pak, ini ada beberapa berkas yang harus anda tandatangani". Ujar Aluna mulai jenggah.
"Taro aja situ". Suruh Alvaro menatap menatap lawan bicaranya.
"Iya Pak". Aluna meletakkan berkas ditangannya dan dia harus pergi dari ruangan ini.
"Siapa yang suruh kamu keluar?". Langkah Aluna terhenti
"Kan Bapak lagi sibuk, pasti belum sempat kan buat tanda tangan berkasnya? Ntar aja saya balik lagi kalau Bapak udah selesai". Sahut Aluna.
"Duduk". Tintah Alvaro.
Aluna menarik nafas dalam. Dia meniup-niup poninya menahan kesal juga geram.
"Iya Pak". Aluna duduk dikursi depan Alvaro dengan wajah kesalnya.
Bersambung.......