MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Mendengar apa yang diucapkan Zetta pada Keenan, Helia marah dan tak bisa menahan emosinya lagi.
"Kamu benar-benar sudah keterlaluan, Zetta. Aku sudah meminta maaf di hadapan banyak orang atas kesalahpahaman video itu, tapi kenapa kamu malah merasa tidak puas dan ingin merampas hadiah pertunangan yang Keenan berikan padaku?" sergah Helia tak terima. Wajah gadis itu yang sebelumnya terlihat lembut, kini menunjukkan ekspresi yang cukup membuat orang bergidik ngeri.
"Apa? Aku mau merampas pemberian Keenan padamu?" tanya Zetta dengan wajah yang tak kalah mengerikan. "Apa kamu tidak sadar kalau kamulah yang sebenarnya sedang merampas milik orang lain."
Mata Helia terlihat membeliak tak terima.
"Aku dan Keenan baru saja bercerai beberapa hari yang lalu, tapi di sini kamu dan keluargamu telah menggelar acara pertunagan dengah mantan suamiku ini. Tanpa djelaskan pun semua orang yang memiliki otak akan tahu kalau kamu telah menjalin dengan Keenan sejak dia masih menjadi suamiku. Dan tentu saja, itu artinya kamu adalah perempuan perebut suami orang. Sekarang, siapa di sini orang yang keterlaluan?" tanya Zetta.
Dada Helia turun naik karena emosi, tapi dia tak berhasil menemukan kata-kata yang tepat untuk membalas cercaan Zetta.
"Lagipula, kamu sendiri yang memintaku menerima hadiah darimu, bukan aku yang ingin diberi hadiah. Aku juga terpaksa memilih kalung itu sebagai hadiah, karena kupikir hanya itu yang layak disebut sebagai hadiah. tapi kalau kamu tidak mau memberikannya, ya sudah. Tidak udah sok mau memberi orang hadiah," tambah Zetta lagi.
Helia terdiam tanpa bisa mengatakan apapun. Suasana pun menjadi hening untuk sesaat.
Keenan kemudian berinisiatif mengambil kalung yang diminta oleh Zetta, lalu membawanya ke hadapan perempuan itu.
"Ini, ambilah," ujar Keenan sambil menyerahkan kalung tersebut.
Wajah Helia langsung berubah pias melihatnya. Kalung itu adalah kalung yang dipesan Keenan khusus untuknya, tapi sekarang malah Keenan berikan pada Zetta. Dia tak terima, tapi juga tak bisa melarangnya.
Zetta melirik Helia sekilas, lalu menerima kalung yang disodorkan Keenan sambil tersenyum tipis. Melihat wajah pucat Helia sekarang benar-benar membuat Zetta puas sampai rasanya dia ingin tertawa.
"Keenan, kalungnya ...." Helia bergumam tak rela.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Nanti aku akan pesankan yang lebih bagus daripada kalung itu," ujar Keenan menghibur Helia.
Helia pun tersenyum dan merasa sedikit lebih baik mendengar ucapan Keenan barusan.
Dalam hati, Zetta berdecih melihat pemandangan di depannya itu. Sungguh kemesraan memuakkan yang membuat matanya sakit. Baru saja dia sedikit merasa senang melihat wajah pias Helia, Keenan malah mengacaukan kembali suasana hatinya.
Dengan kesal, Zetta meraih gelas anggur dari nampan salah seorang pelayan di pesta jamuan tersebut. Dia berniat menyesap isinya dengan sekali tenggak, tapi urung dia lakukan karena tak ingin terlihat konyol di hadapan orang-orang.
"Aku sudah memberikan kalung yang kamu inginkan, jadi aku harap kamu tidak akan menyinggung masalah video itu lagi. Kita anggap masalah ini selesai," ujar Keenan pada Zetta.
Zetta mengangkat wajahnya, lalu menyesap anggur di tangannya dengan elegan. Dia kemudian tersenyum ke arah Keenan.
"Selamat atas pertunanganmu. Semoga kalian langgeng," sahut Zetta sambil meletakkan kembali gelas anggur di tangannya.
"Ayo, Theo. Urusan kita sudah selesai. Saatnya kita pergi." Zetta membalikkan badannya dan berlalu begitu saja meninggalkan aula pesta, diikuti oleh Theo dari belakang.
Setelah berada di luar gedung, Theo tampak merangkul Zetta sambil terkekeh.
"Wah, tadi itu kamu keren sekali. Bahkan Jordan Fernandez sampai tidak bisa melakukan apa-apa," puji Theo dengan bangga.
Zetta hanya tersenyum menanggapi pujian sahabatnya itu. Dalam hati dia juga memuji dirinya sendiri. Dia tak menyangka jika sekarang dia bisa menjadi sosok yang berani dan kuat, tidak lagi menjadi pecundang budak cinta seperti saat dirinya masih menjadi istri Keenan dulu.
Alex yang ternyata sedang menunggu di dalam mobil pun langsung turun saat menyadari Theo dan Zetta telah kembali. Pemuda itu menyambut keduanya dengan tersenyum senang karena kelihatannya rencana mereka berjalan dengan lancar.
"Ini, ambil," ujar Zetta sambil melempar kalung yang diberikan Keenan tadi pada Theo.
Dengan sigap Theo menangkapnya, meski wajahnya terlihat sedikit bingung.
"Jual dan ambil saja uangnya untukmu. Hitung-hitung sebagai hadiah karena kamu tadi juga keren," ujar Zetta lagi.
Theo tak menolak kalung tersebut dan mengatakan pada Alex jika itu adalah pemberian dari Keenan.
Mendengar itu, Alex merasa sedikit khawatir. Dia jadi bertanya-tanya kenapa Zetta masih menerima pemberian dari mantan suaminya itu, meskipun pada akhirnya benda tersebut diberikan pada Theo. Tapi tetap saja, sepengetahuan Keenan, Zetta tak menolak pemberian darinya.
Dalam hati, Alex jadi bertanya-tanya, apakah sebenarnya Zetta masih menyimpan perasaan untuk Keenan?
"Kak Zetta, maaf sebelumnya kalau Kakak menilai aku lancang. Kenapa Kakak masih menerima hadiah pemberian mantan suami Kakak? Apa mungkin Kak Zetta sebenarnya tidak benar-benar melepaskan mantan suami Kakak itu?" tanya Alex kemudian. Dia tak bisa menahan dirinya untuk tak bertanya.
Jika hanya dipendam saja, Alex takut dia tak bisa tidur karena ada pertanyaan yang mengganjal di hatinya.
Di luar dugaan, Zetta malah terkekeh.
"Harga kalung itu satu milyar, tahu. Sayang sekali kalau aku menolaknya. Dijual, kan, lumayan." jawab Zetta di sela kekehannya. "Tenang saja, sekarang aku benar-benar sudah tak memiliki perasaan apapun pada Keenan. Aku tidak akan menjadi orang bodoh untuk ke dua kalinya."
Mendengar itu, Alex terlihat senang, begitu pula dengan Theo.
"Kalau begitu, bagaimana kalau setelah ini, aku kenalkan kamu dengan beberapa rekan bisnisku. Siapa tahu ada yang cocok denganmu," celetuk Theo.
"Kak Zetta baru saja bercerai, bagaimana bisa langsung berhubungan lagi dengan lelaki baru. Pasti Kak Zetta perlu waktu untuk menata perasaan dulu. Iya, kan, Kak?" Alex langsung menyela.
Zetta kembali tertawa kecil sambil mengiyakan perkataan Alex.
Theo melirik ke arah Alex dan langsung mengerti kalau pemuda ini menaruh hati pada Zetta.
"Kenapa malah kamu yang merasa keberatan? Apa jangan-jangan kamu menyukai Zetta?" tanya Theo.
Alex sedikit tergagap mendengar pertanyaan Theo yang terlalu to the point.
"Kamu bicara apa, sih? Anak kecil jangan sok tahu urusan orang dewasa," sahut Alex mengalihkan pembicaraan.
"Yang anak kecil itu kamu, Bocah! Bukan aku," balas Theo. Bisa-bisanya dia dibilang anak kecil oleh seorang pemuda yang memiliki usia jauh di bawahnya.
Zetta hanya bisa menggelengkan kepalanya menyaksikan itu. Tak lama kemudian, seseorang menghubungi Alex lewat panggilan telepon. Setelah menerima telepon tersebut dan berbicara selama beberapa saat, Alex pun mengatakan jika yang meneleponnya tadi adalah menagernya, dan dia harus pergi ke suatu tempat.
Zetta dan Theo langsung bersiap untuk mengantar Alex ke tempat yang dimaksud. Tapi kemudian, Zetta melihat sesosok lelaki tengah berdiri di pinggir jalan sambil memandang orang yang berlalu lalang. Seketika Zetta seperti sedang melihat sosok Keenan delapan tahun yang lalu.