NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: pinkberryss

Akibat kenakalan dari Raya dan selalu berbuat onar saat masih sekolah membuat kedua orangtuanya memasukkan Raya ke ponpes. setelah lulus sekolah.

Tiba disana, bukannya jadi santri seperti pada umumnya malah dijadikan istri kedua secara dadakan. Hal itu membuat orangtua Raya marah. Lalu apakah Raya benar-benar memilih atau menolak tawaran seperti orangtuanya?

Tingkah laku Raya yang bikin elus dada membuat Arsyad harus memiliki stok kesabaran yang banyak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkberryss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masih berlanjut

Siangnya acara resepsi dimulai tepat jam dua. Raya dan Arsyad duduk di pelaminan, namun Raya sangatlah canggung sekali, malu-malu kucing seperti bukan dirinya karena hari ini dia sangat anggun menjadi ratu seharian.

Burhan dan Diana duduk di kursi paling depan bersama dengan Bu Sofiyah dan pak Umar. Mereka tadi sudah duduk di pelaminan bersama pengantin.

Di sana Raya nampak mengantuk karena semalam baru bisa tertidur jam satu malam dan dua jam kemudian dia dibangunkan karena MUA nya sudah sampai.

Arsyad yang melihatnya pun tiba-tiba menggenggam tangannya membuat Raya melebarkan matanya dan melihat sampingnya.

"Gus, lepasin nggak!" bisiknya.

"Kalau di lepasin nanti kamu ngantuk lagi bahkan bisa tertidur disini," bibir Raya mengerucut menatap sebal ke arah Arsyad. Tangannya masih setia digenggam erat Arsyad bahkan dengan jahilnya menggelitik tangan Raya yang membuatnya kegelian.

"Stop Gus..." Raya ingin sekali menggigit tangan Arsyad supaya berhenti.

"Auu... Kamu ngapain injak kaki saya?" dia meringis kecil saat kakinya diinjak oleh Raya.

"Hanya itu yang bisa di lakukan biar diam!!!"

Arsyad menghembuskan napas kasarnya, dia menatap datar ke depan. dahinya mengernyit melihat dua orang perempuan yang datang memakai pakaian yang sangat ngepas dengan tubuh mereka.

Raya yang menyadari kedatangan sahabatnya dengan berpakaian seperti itu pun langsung melotot tak percaya. Dia menepuk dahinya sendiri, padahal sudah diberitahu bahwa resepsi digelar di lingkungan ponpes dan banyak sesepuh yang datang.

"Dasar Sena dan Alin, huh."

"Oh... Sahabat kamu?" Raya mengangguk.

"Gue udah bilangin biar pake tertutup walaupun nggak pake hijab tapi setidaknya pakaian mereka nggak sependek itu." keluhnya melihat Sena memakai dress hanya sebatas paha dan itupun sangat press body.

Banyak mata memandang mereka berdua dan merekapun menyadari tapi tetap bodo amat. Mereka duduk di kursi yang kosong. Sesaat kemudian waktunya sesi foto, Sena dan Alin mendahului membuat Raya menahan malunya. Punya besti kenapa gini amat, pikirnya.

"Ya ampun Raya gue pangling banget lo pake kerudung begini," ucap Alin terharu menatap Raya dan langsung memeluknya.

"Iya ih kek bukan Raya yang kita kenal, tapi lo nggak bakal langsung jadi alim kan Ray?"

"Apaan sih kalian... Heh gue marah ya sama kalian berdua. Ngapain pake baju begitu kek ngga ada yang lain, pake celana kulot juga nggak papa lah ini,"

"Ssssttt diam besti, gue kira bakalan ada di gedung gitu ya walaupun masih dilingkungan pondok begini sih, eh ternyata outdoor mana panas banget lagi cuacanya," Sena menimpali.

"Iya kan kita aja makeup dari jam 11 loh! Kita adanya pakaian begini." mereka langsung foto bersama beberapa kali hingga akhirnya mencoba makanan prasmanan dan langsung balik pulang.

Acara sesi foto sangatlah lama karena banyaknya anggota keluarga dan sanak saudara yang datang dari jauh. Raya hampir saja pingsan kalau tidak di pegangin oleh Arsyad, duh romantis sekali walau tipis-tipis.

"Lelah?" dijawab Raya anggukan.

"Copot saja sandalnya,"

"Heels Gus namanya heels, kan ada hak tinggi nya,"

"Iya itu maksud saya." Namun tiba-tiba Arsyad mencopot tanpa persetujuan dari Raya dan membuatnya kaget sedikit karena menyentuh kaki dia.

Heels milik Raya pun disingkirkan di samping kursi, sekarang Raya hanya nyeker alias kakinya tanpa alas. Tapi rasanya lega sekali kakinya kram karena lelah memakai heels. Dan ada lecet sedikit di area tumitnya.

"Sudah saya bilang tadi mending copot saja kalau luka begini siapa yang kesakitan,"

"Lah ya gue lah yang kesakitan, masak gitu doang tanya sih!" Arsyad menghela napas, dia akhirnya duduk kembali begitupun dengan Raya.

...----------------...

Malam harinya, Raya sedang berbincang dengan Fira dan Farah. Namun atensi mereka terganggu karena ketukan pintu dari luar. Farah membukanya dan itu adalah Bu Sofiyah. Beliau membawakan sebuah minyak urut ditangan sebelah kiri.

"Nanti kalau selesai acara bisa kamu urut nak, atau sekarang?"

"Nggak umi, apa nggak tambah sakit ya kalau diurut?"

"Nggak Ray, malah enak tau," sahut Fira.

"Iya nak, habis ini kamu turun lagi kan? menemui beberapa tamu, nggak banyak kok, mereka dari jauh baru sampai juga," Raya mengangguk dia siap-siap untuk turun tapi dengan merapikan penampilan terlebih dahulu.

Setelahnya Raya turun dan mendapati Arsyad di bawah. Sungguh rasanya canggung sekali namun bagaimana lagi dia sudah dibawah, banyak pasang mata menatapnya dari atas hingga bawah.

Dia lalu menggandeng Arsyad demi bisa terlihat pengantin yang saling mencintai, padahal dalam hati Raya sedang mengumpat.

"Lama sekali!" bisiknya mereka duduk di atas tikar yang digelar di ruang tamu.

"Dikira persiapannya perempuan cepat? Ya butuh waktu lah!"

"Oh saya kira sedang ghibah bersama Fira dan Farah." Raya langsung mencubit pinggang Arsyad hingga dia memekik kesakitan.

"Kejam sekali kamu, padahal baru saja menikah, apa tidak nanti saat dikamar?" astaga demi apa rasanya Raya ingin menghajar suaminya ini, tiba-tiba sekali dia mesum begini, tidak-tidak ini bukanlah Arsyad yang sesungguhnya.

"Nanti gue yang tidur di kasur!"

"Ya kan kita berdua,"

"Ogah, kan ada sofa di dalamnya atau nggak dibawah deh,"

"Enak saja." mereka tetap saja berbisik-bisik tanpa mengenal tempat dimana, padahal sedang ada beberapa tamu yang berkunjung.

"Cantik sekali menantu dari sofiyah," ucap salah satu wanita paruh baya, seumuran dengan Bu Sofiyah alias teman.

"Alhamdulillah punya menantu cantik dan beda seperti dia," jawabnya.

Tamu-tamu berdatangan hingga sudah malam sekali, Raya yang mengantuk tak tahan untuk tidur, hingga dia tertidur pulas kepalanya hampir jatuh kedepan namun Arsyad yang menyadari langsung meletakkannya pada pundak lebarnya.

Malik menyadari akan hal itu tak kuasa untuk menggoda adiknya yang jarang sekali berperilaku seperti yang dilihatnya.

"Ehem ehem," Inayah langsung mencubit tangan suaminya.

"Aduh kenapa dicubit umi,"

"Jangan memulai ya! Kita pulang sekarang sudah selesai semuanya," Malik pasrah saja walaupun di lubuk hatinya ia masih belum puas menjahili adiknya itu.

"Farah, ayo nak pulang, besok lagi." Farah menurut beda jauh dengan abinya yang harus butuh usaha keras agar menurut.

"Nak baringkan saja Raya di kamarnya," pak Umar menatap wajah lelah sang menantu. Begitupun dengan Bu Sofiyah yang tak tega karena tadi habis melihat kaki Raya sampai lecet.

Arsyad dengan cekatan menggendong Raya dengan penuh kehati-hatian. Menaiki beberapa anak tangga pelan agar tidak membuat Raya merasa ada pergerakan. Setelah memasuki, pintu kamar ditutup dengan kakinya karena tangannya membawa tubuh Raya. Untung saja dia tak terusik walau suara dari menutup pintu lumayan keras.

""Kalau begini wajahnya tenang sekali, kalau bangun seperti biasanya mirip singa, galak tapi yang ini sangat cantik." saat bicara begitu tadi Arsyad belum menyadari bahwa dia memuji secara terang-terangan Raya sangat cantik. Setelahnya ia tersadar dan menepuk pelan bibirnya.

"Bisa-bisanya ngomong begitu tadi,"

"Tapi memang benar." lanjutnya.

1
Sena Kobayakawa
Gemesin banget! 😍
_senpai_kim
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!