Nilam rela meninggalkan panggung hiburan demi Indra, suaminya yang seorang manager di sebuah pusat perbelanjaan terkenal. Sayangnya, memasuki usia dua tahun pernikahan, sang suami berulah dengan berselingkuh. Suaminya punya kekasih!
Nilam yang kecewa kepada suaminya memutuskan untuk kembali lagi ke panggung hiburan yang membesarkan namanya dulu. Namun, dia belum mampu melepaskan Indra. Di tengah badai rumah tangga itu, datang lelaki tampan misterius bernama Tommy Orlando. Terbesit untuk balas dendam dengan memanfaatkan Tommy agar membuat Indra cemburu.
Siapa yang menyangka bahwa lelaki itu adalah seorang pengusaha sukses dengan masalalu kelam, mantan pemakai narkoba. Mampukah Tommy meraih hati Nilam yang terlanjur sakit hati dengan lelaki dan bisakah Nilam membuat Tommy percaya bahwa masih ada cinta yang tulus di dunia ini untuk lelaki dengan masa lalu kelam seperti dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemari Kertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbongkar!
Hari sudah sangat senja ketika Yuki dan juga Nilam sampai di Bandung. Mereka kini sedang mengikuti panduan dari maps yang akan membawa mereka ke hotel di mana tempat Indra dan juga selingkuhannya menginap saat ini. Nilam saat ini berdebar tak karuan, dia memang sedang mempersiapkan hatinya tetapi ada rasa ragu yang seketika terasa, mungkin karena sebentar lagi dia akan segera dihadapkan dengan pemandangan menggelikan di antara suaminya juga selingkuhannya itu.
"Kita akan segera sampai. Kau harus mempersiapkan dirimu ya, Lam. Aku ingin kau menjadi orang yang kuat jangan sampai menangis di depan mereka," kata Yuki kepada Nilam, menguatkan Nilam. Nilam hanya menggangguk saja, padahal sebenarnya di dalam hati dia sudah menangis dan meraung.
"Mbak, aku yakin aku pasti kuat." Suaranya terdengar bergetar. Apalagi setelah hotel terlihat semakin jelas di pelupuk mata, jantung Nilam berdebar berdegup kencang tak karuan.
Mereka berdua saat ini masih berada di dalam mobil, terlihat di seberang sana mobil Indra sendiri terparkir dengan rapi. Nilam sedang mempersiapkan hatinya lagi yang tiba-tiba amblas begitu saja.
Sebentar lagi malam akan segera datang, maghrib segera menyambangi. Tadinya Yuki ingin mengajak Nilam untuk segera turun, tetapi Nilam masih menahannya, ia ingin menenangkan diri dahulu di dalam mobil, jadi selama satu jam mereka masih berada di dalam mobil itu.
Barulah ketika waktu menunjukkan pukul tujuh malam, akhirnya Nilam memberanikan diri untuk segera turun dari mobil itu.
"Kau sudah betul-betul siap?" tanya Yuki memastikan kepada Nilam yang akhirnya segera menggangguk.
"Sudah, Mbak, ayo kita turun, lebih cepat lebih baik."
Yuki menepuk-nepuk bahu Nilam, kemudian keduanya turun. Langkah Nilam memang tegak, tegar, dia tampak begitu menerima nasibnya sekarang. Dia memang lebih banyak diam. Yuki segera menggenggam jemari sahabat sekaligus artisnya itu untuk segera menuju ke lobby hotel.
"Kami mencari kamar yang ditempati oleh pak Indra dan dan juga Marissa," ujar Nilam kepada seorang resepsionis yang sedang bertugas. Resepsionis itu memandang Nilam dengan hati-hati. Tentu saja privasi bagi customer hotel itu menjadi tanggung jawab mereka. Jadi mereka tidak ingin sembarangan memberikan informasi apapun mengenai tamu yang menginap di hotel itu.
"Maaf, Mbak, kami tidak bisa memberikan informasi apapun mengenai tamu yang sedang menginap di sini termasuk dengan nomor kamar menginapnya karena itu termasuk pelanggaran privasi dan kami akan dikenakan hukuman juga mungkin sanksi pemecatan," tolak resepsionis itu dengan halus. Yuki memandangnya dengan tidak senang, tapi Nilam dengan tenang menjelaskan kepada resepsionis itu.
"Mbak harus memberikan informasi itu kepada saya karena saya adalah istri dari pak Indra. Saya punya bukti-buktinya. Ini." Nilam segera menunjukkan foto-foto pernikahannya dengan Indra, resepsionis itu akhirnya tidak bisa tidak menuruti keinginan Nilam, karena dia bisa saja dilaporkan ke polisi karena menutupi suatu hal tindak perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya.
"Baik, Mbak, kami akan memberikan kunci kamar pak Indra kepada Mbak, tetapi Mbak harus ditemani oleh seorang staf keamanan kami ya, hanya untuk berjaga-jaga," kata resepsionis itu lagi. Nilam merasa tidak keberatan sama sekali, akhirnya dia mengangguk.
Bersama seorang security dan juga Yuki, akhirnya Nilam melangkah menuju kamar di mana suami dan selingkuhan suaminya itu sedang mereguk kemesraan di atas ranjang.
Nilam berusaha mengatur nafasnya yang saat ini mulai sesak. Yuki juga berusaha untuk menenangkan dan menguatkannya agar tidak mundur. dia tidak ingin Indra semakin mempermainkan Nilam terlalu lama.
"Kau pasti kuat, Lam, Ayo buka pintunya."
Nilam memejamkan matanya sesaat, kemudian dengan bantuan security yang sudah diberitahu oleh resepsionis tadi keperluan Nilam, pintu itu akhirnya mulai dibuka. Saat benda itu terbuka, tersaji pemandangan menjijikan yang membuat Nilam mual seketika.
Indra yang adalah suaminya dan juga Marissa saat ini, sang selingkuhan, sedang melakukan hubungan layaknya suami istri bahkan dengan posisi yang begitu menjijikkan di mata Nilam. Yuki segera mengalihkan pandangannya sementara Indra segera meraih selimut dan menutupi tubuh Marissa yang polos dan penuh dengan tanda merah di sekujur tubuhnya saat ini.
Nilam mematung melihat Indra yang saat ini wajahnya panik dan sedang memakai celana.
"Nilam!" Indra tampak terkejut, mendekati Nilam tapi Nilam setelah menepis tangannya.
"Kau bilang hari ini ada acara apa, Ndra? Kau bilang ada acara family gathering dengan rekan-rekan di tempatmu bekerja! Family gathering bersama perempuan sundal ini ternyata." Nilam menunjuk Marisa yang hanya melengos dan tampak tidak merasa bersalah sama sekali. Ia hanya menutup tubuhnya dengan selimut, di matanya tampak kemenangan walaupun nyatanya saat ini dia juga malu karena Nilam menggerebeknya bersama dengan orang lain. Apalagi Yuki sudah sigap dengan kamera ponselnya, membidik bukti perselingkuhan itu. Indra berusaha untuk mengambil kamera Yuki, tapi Yuki tentu lebih sigap.
"Aku bisa menjelaskannya kepadamu, Lam!" kata Indra dengan panik.
"Ya, jelaskan juga kepada istrimu itu, Ndra, bahwa aku sudah mengandung anakmu, sekarang usia kandunganku sudah tiga bulan!" timpal Marissa penuh kepuasan.
Nilam sendiri saat ini sedang mati-matian menahan emosinya. Indra berusaha untuk terus memeluk Nilam, hal itu disaksikan Marissa, yang membuat perempuan itu berang, ia beranjak kemudian hendak mendorong Nilam yang saat ini sedang berusaha dipeluk oleh Indra.
"Apa yang akan kau lakukan?!" seru Yuki membentak Marissa yang seketika terkejut dan membuatnya menghentikan langkah dan menghentikan aksinya hendak mendorong Nilam. Yuki menyimpan ponselnya, sedari tadi dia sudah menyimpan video penggerebekan itu.
"Aku bersyukur bisa melihatmu dan dia dalam keadaan durjana seperti ini, Ndra. Aku sudah cukup puas melihatnya," kata Nilam dengan sengit dan satu buah tamparan di pipi Indra.
"Dan kau, terlalu murah!" tunjuk Nilam kepada Marissa yang seketika melotot. Nilam lalu pergi dari tempat itu.
Indra berusaha mengejar, tetapi Yuki dengan sigap menghalangi lelaki itu. Yuki menyusul Nilam yang saat ini sudah menuju keluar dari lobby hotel. Desampainya di mobil, barulah Nilam mengurai air matanya. Dia memang tidak ingin terlihat menangis tadinya di depan Indra maupun selingkuhannya, setelah ini dia tahu Indra pasti akan merayunya dengan berbagai cara untuk tetap membuat Nilam berada di sisi lelaki itu.
"Aku tidak akan mengotori tanganku, Mbak dengan menyakiti perempuan itu. Meskipun aku ingin sekali mengoyak wajahnya. Tapi aku mempunyai cara yang lebih baik untuk membalas semua perbuatan Indra kepadaku selama ini."
"Kau tidak memikirkan perceraian, Lam?
"Tentu, Mbak, tapi aku tengah mengurus surat rumah juga harta-harta yang aku punya di rumah itu. Aku tidak sudi, apa yang aku beli akan digunakan perempuan sundal itu. Karena itu, aku akan perlahan mengurus perceraian itu, tapi yang jelas saat ini aku ingin memikirkan diriku sendiri dan aku setuju untuk kembali menjadi artis lagi."
Yuki menyambut itu dengan sumringah. Beberapa hari ini dia juga sudah dihubungi beberapa produser dan sutradara yang menginginkan Nilam kembali untuk bermain di project film mereka.
Luka Nilam memang akan dimulai setelah hari ini. Ia terluka mendengar selingkuhan Indra sudah hamil anak suaminya itu, tetapi dia juga mempunyai cara yang lebih elegan untuk membalas semua perlakuan Indra terhadapnya sebelum menendang lelaki itu dari kehidupannya.
"Aku harus mengurus surat-surat rumah, Mbak, karena ada hakku di sana. Aku tidak ingin semua harta jatuh ke tangan selingkuhan Indra."
"Aku pasti akan membantumu mengurusi itu semua, Lam, aku kenal pengacara terkenal, kau bisa mengandalkan aku,"
Hal itu disambut dengan senyuman oleh Nilam, mereka kembali menuju Jakarta.
Meskipun kecewa dan sakit hatinya setelah membongkar semua kelakuan Indra dan juga selingkuhannya itu, Nilam juga merasa lega, sebentar lagi dia akan segera membalas semua perlakuan Indra dengan menunjukkan siapa dia yang sebenarnya.