Ayana Yunita, wanita berusia 32 tahun dan sudah menjadi janda sejak 3 tahun lalu. Dia terpaksa menikahi pria yang 5 tahun lebih muda darinya dan juga dipaksa merahasiakan pernikahan itu. Karena pria yang menjadi suaminya itu malu memiliki istri seorang janda dan sudah berumur.
Namun, pesona Ayana mampu menggetarkan hati Handi sejak awal pertama melihat Ayana. Handi juga sudah menyukai Ayana jauh sebelum Ayana menjanda. Dan setelah tahu Ayana menjada, Handi pun bertekad untuk mendapatkan hati Ayana. Dia bahkan menyediakan waktu 24/7 untuk Ayana.
Mampukah Ayana bertahan dengan suami rahasianya?
Atau, Ayana malah berpaling pada Handi yang begitu baik dan tulus menyukainya?
Saksikan kisahnya dalam serial novel :
((SEBENARNYA AKU ISTRI DIA))
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RahmaYesi.614, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Sasaran amarah Farraz 2
Ayana hendak bangkit dari posisi itu, tapi tangan Farraz menahan tubuhnya dengan erat. Bahkan tangan Farraz kini sudah melingkar dipinggangnya dan Farraz juga meletakkan dagunya di ceruk leher Ayana.
"Apa yang anda lakukan pak Farraz?" Protes Ayana tidak nyaman dengan posisi itu.
"Ini bayaran yang harus kamu berikan sebagai imbalan bantuanku yang bersedia berpura pura menjadi suami yang baik dihadapan kakakmu." Bisiknya ditelinga Ayana.
Ucapan Farraz barusan membuatnya marah dan merasa direndahkan. Sehingga Ayana semakin berusaha kuat untuk lepas dari Farraz.
"Jangan bergerak terlalu banyak, kamu akan membuat sesuatu bangun di bawah sana." Bisik Farraz yang membuat Ayana merasa semakin direndahkan dan dile ceh kan.
"Pak saya mohon, lepaskan saya. Bagaimana kalau orang orang melihat?" Ucap Ayana memohon.
"Biarkan saja mereka melihat. Agar mereka tahu, kalau Ayana yang mereka puji puji adalah seorang janda Peng-Go-Da." Berbisik tegas ditelinga Ayana.
Plaakkkk
Tangan Ayana menampar keras pipi Farraz. Saat Farraz merasakan perih dipipinya, dia melonggarkan lingkaran tangannya di pinggang Ayana. Sehingga Ayana menggunakan kesempatan itu untuk melepaskan diri dari Farraz.
"Jangan memperlakukan saya seperti wanita rendahan, Farraz Ehsan." Teriak Ayana marah.
"Ingat, saya bukan wanita rendahan seperti yang anda pikirkan." Bentaknya kesal.
"Jika bukan wanita peng go da, lalu, sebutan apa yang pantas untuk wanita seperti kamu, hah!" Farraz menunjuk wajah Ayana.
"Bukannya kamu sendiri yang bersedia membantu Mama untuk menjebakku hingga akhirnya aku terpaksa harus menikahi wanita tua dan janda sepertimu?" Lanjutnya semakin keras berteriak meluapkan amarah yang menguasai dirinya.
"Saya sama sekali tidak tahu menahu tentang jebakan itu. Terserah anda menuduh saya seperti apa. Saya tidak peduli." Ucap Ayana menegaskan.
Lalu, dia melangkah hendak meninggalkan Farraz yang sedang dipengaruhi amarah dan menjadikan dirinya sebagai sasaran amarah tersebut.
"Semua kekacauan ini karena kamu. Kamu yang menjebakku!" Teriaknya sambil menarik pergelangan tangan Ayana yang hendak melangkah keluar dari ruangan itu.
"Lepas… Kamu gi la Farraz. Lepaskan saya!" Teriak Ayana mencoba berontak.
Farraz tidak membiarkan Ayana lepas darinya. Dia bahkan kini menarik Ayana menuju kamar mandi khusus di ruangannya.
"Farraz… apa yang kamu lakukan! Lepaskan saya." Teriaknya sambil berontak. Bahkan kaki sepatu Ayana patah saat dia mencoba berontak.
Tapi, Farraz terus menarik paksa tubuh Ayana dan menghempaskannya ke dinding kamar mandi. Lalu, Farraz menindih tubuh Ayana didinding. Farraz terlihat sangat bernafsu hendak menyentuh Ayana.
"Saya mohon lepaskan saya, Farraz Eh…" Mulut Ayana langsung dibekap oleh Farraz dengan mulutnya.
Ayana terkejut dan tidak terima, sehingga dia menggigit bibir Farraz dan menendang bagian bawah Farraz.
"Aaakkhhgg…" Teriak Farraz kesakitan, pada saat itu jugalah tangannya tidak sengaja menekan tombol shower hingga airnya turun dan menyiram tubuh mereka.
Ayana yang sudah basah kuyup lansung berlari dengan cepat meninggalkan Farraz yang masih kesakitan dan kebasahan di bawah guyuran air shower.
Dan Ayana berlari menuju lift setelah meraih tasnya yang ada dimeja kerjanya. Dengan bajunya yang basah dan juga kaki sepatunya yang patah, Ayana terus melangkah tanpa peduli dengan penampilannya yang kacau itu.
"Ayana, Kamu harus kuat. Jangan menangis!" Menyemangati dirinya sendiri yang hampir menangis merasakan sakit dihatinya atas perlakuan Farraz padanya.
Saat tiba di lantai bawah, Ayana dengan percaya diri melangkah keluar dari lift. Air dari bajunya menetes dilantai, tapi dia tidak peduli. Dia hanya terus melangkah seakan tidak terjadi apa apa. Padahal, kakinya terasa sakit karena berjalan dengan satu kaki sepatu yang patah.
Semua mata menatap padanya. Mereka saling berbisik khawatir. Bahkan ada beberapa yang hendak menyapa Ayana, tapi dengan cepat Ayana menunduk lebih dulu dan tersenyum seperti biasa.
Beberapa detik kemudian, Handi keluar dari lift di lantai yang sama dengan Ayana. Betapa terkejutnya dia melihat kearah Ayana yang berjalan pincang karena kaki sepatunya yang patah.
"Ayana!" Panggil Handi lantang.
Dia berlari untuk mengejar Ayana yang pada saat itu menoleh padanya.
"Apa yang terjadi? Kenapa bajumu basah?" Tanya Handi khawatir.
Ayana tersenyum getir. Mendengar Handi menghawatirkannya membuat air matanya terasa berdemo hendak keluar dari pelupuk mata. Tapi, Ayana berhasil mehannya dengan terus tersenyum pada Handi.
"Apa yang terjadi, Yana?" Handi bertanya lagi.
"Hanya terjatuh di toilet. Karena saya ceroboh." Jawabnya santai seperti biasa.
"Yana… kamu kok seceroboh itu sih. Tapi, ada yang sakit?" Memeriksa keadaan Ayana.
"Tidak ada. Hanya sepatu saja yang patah." Ucapnya sambil tersenyum.
Handi tersenyum gemas. Lalu, dia membuka jasnya dan memakaikan pada Ayana.
"Thanks." Ucap Ayana terharu dengan kebaikan Handi.
"Aku antar pulang, ya!"
"Tidak usah, pak Handi. Saya bawa mobil sendiri." Memperlihatkan kunci mobil di tangannya pada Handi.
"Ok. Tapi, menyetirlah dengan hati hati." Ucap Handi masih merasa khawatir pada Ayana.
Senyuman manis Ayana adalah respon dari ucapan Handi.
"Tapi, bolehkah saya meminta bantuan pak Handi?" Bertanya sebelum benar benar pergi.
"Tentu. Bantuan apapun itu."
Sebenta Ayana mencari sesuatu didalam tasnya. Setelah menemukan barang yang dicarinya, dia langsung menyerahkan pada Handi.
"Apa ini?" Tanya Handi bingung.
"Hardisk." Jawabnya.
Handi tersenyum mendengar jawaban Ayana. "Aku tahu ini hardisk, Yana. Maksudnya ini untuk apa?" Jelasnya.
Senyum malu pun terlihat diwajah Ayana. "Tolong berikan pada Pak Farraz. Hardisk ini menyimpan semua dokumen yang diperlukan untuk meeting siang ini." Tuturnya.
"Berarti, kamu tidak akan kembali ke kantor lagi hari ini?" Tebak Handi.
Ayana mengangguk.
"Ok. Akan aku berikan pada pak Farraz." Menggenggam erat hardisk tersebut.
"Dan, saya senang karena pak Farraz memilih saya untuk menemani pak Handi ke Singapur." Ungkapnya.
Mendengar itu membuat Handi seakan terbang. Dia bahkan merasakan saat ini dirinya dipenuhi kebun bunga lengkap dengan semua jenis kupu kupu yang cantik.
"Terimakasih pak Handi. Maaf saya hanya bisa selalu merepotkan pak Handi." Ujar Ayana sebelum dia benar benar pergi meninggalkan gedung perusahaan.
"Bye, Yana." Melambaikan tangan mengiringi langkah Ayana.
Sementara itu, Farraz terdiam kesal pada dirinya sendiri. Dia benar benar merasa sudah berbuat diluar batas kepada Ayana.
"Aaarrggghhh…" Teriaknya kesal.
Untung kamar mandinya kedap suara. Sehingga teriakan lantangnya tidak didengar oleh siapapun.
"Kamu gi la Farraz Ehsan. Kamu sudah gi la." Memaki dirinya sendiri.
"Memang benar kata orang orang, penyesalan selalu datang diakhir. Aku benci diriku sendiri. Aku benci diriku yang tidak mampu mengendalikan amarahku. Aku benci diriku…" Teriaknya.
Farraz berdiri sambil memukul tembok dan sesekali menghantukkan kepalanya disana. Sedangkan air terus menetes membasahi seluruh tubuhnya dan pakaian yang ada padanya.
"Kenapa semuanya jadi seperti ini. Kenapa…!" Menghantukkan kepalanya ke tembok.
"Maafkan aku Ayana. Maafkan aku." Ucapnya tertahan.
Dia menyesal karena sudah bersikap keterlaluan pada Ayana.
"Seharusnya aku tidak melakukan itu. Aku bingung dengan hatiku sendiri. Aku benci melihat senyum bahagiamu untuk orang lain. Sementara saat bersamaku, kamu seperti robot. Aku benci itu Ayana. Dan aku tidak tahu, kenapa aku membenci hal itu." Gumamnya pada dirinya sendiri.
tarik nafas...
sidijah: kabuuuuurrrrrr
pdhal knyataan gak sperti itu thoorrr😭😭😭😭😭
Ganteng itu bonus,yg penting hati,sifat & sikapnya...
Sprti aq memilih suamiku🤭
Alhamdulillah mski tdk bergelimang harta tp aq d hargai & d ratukan sbg seorg istri🤲
janda selalu terdepan
😁😁😁