AKU SARANIN BACA DULU Si DUKU MATENG YA BIAR TAHU ASAL USULNYA CERITA INI
HAPPY READING
Penghulu menikahkan itu memang sudah tugasnya, lalu bagaimana kalau Penghulunya yang dinikahkan
Alkan Arthama Syarief, si Penghulu tampan berlesung pipi, yang bisa membuat para calon pengantin wanita berpaling dari calon suami mereka.
Dipertemukan dengan Grecia, si gadis apa adanya, yang sangat jauh dari tipe Alkan. Bahkan Cia rela menjadi stalker dari seorang Alkan, si Penghulu tampan, kapan pun dan dimana pun.
Hidup, sikap, penampilan, bahkan gaya berbicara pun mereka bagaikan langit dan kerak bumi. Alkan yang begitu sederhana dan lembut, Grecia yang begitu glamor dan bar bar serta emosian, didukung dengan segala kemewahannya.
Akankan mereka bisa saling melengkapi, disaat banyak yang menentang, karena perbedaan itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Galau
"Kita mau kemana sih, Mi?" tanya Cia, sudah berulang kali dia bertanya. Namun Lovy masih menutup mulut, ibu dari dua orang anak itu, lebih fokus kearah jalan.
"Kalo Papi sama Abang tau, kita bisa tamat, Mi." ucap Cia lagi.
Entah kenapa tiba tiba sang Mami, mengajaknya keluar rumah hari ini. Bahkan tanpa ada Melody, karena Lovy mampu membuat si wanita kaku itu, diam ditempat.
"Abang kamu udah tau, Mami juga udah ngabarin Papi, kalau hari ini kita bakalan jalan seharian. Mami sumpek tau, lihat muka kecut kamu dari kemarin." balas Lovyna.
Cia menghirup napas dalam, memang dari kemarin dia tidak berselera melakukan apa pun. Bahkan untuk makan dan minum saja, rasanya malas setengah mati.
Dan itu semua gara gara si Bapak Penghulu, andaikan rasa malu itu tidak ada, mungkin saat ini dia sudah berada di kediaman si Bapak Penghulu, untuk minta di nikahi, ingat dinikahi bukan di nikahkan.
"Kita mau kemana dulu nih?" tanya Lovy, membuat lamunan Cia pecah. Gadis cantik berambut panjang itu, menoleh pada sang Mami.
"Terserah Mami aja," ujar Cia malas.
Serius, hari ini dia benar benar malas untuk melakukan apa pun. Bahkan tadi pagi, saat Galaska menjahilinya, Cia seakan tidak peduli, dia lebih memilih untuk berdiam diri diruang Gym. Cia berlari di atas treadmill dengan kecepatan tinggi, bahkan rasa lelah di tubuh belum mampu, untuk menghilangkan rasa galau hatinya.
"Oke, kita cari tempat adem, nyaman, dan yang pasti banyak makanan. Apa kita ke Mall aja? tapi jangan deh, kamu kan gak terlalu suka makanan Mall, lebih suka cilok sama sempol." celoteh Lovyna.
Sedangkan Cia, gadis cantik berbibir tipis itu, lebih memilih mengalihkan pandangan kearah luar mobil. Salah satu tangan Cia menopang dagu, kala mobil yang dia naiki bersama Sang Mami, terjebak lampu merah.
Bahkan Cia sedikit menurunkan kaca mobil, cuaca hari ini benar benar cerah, namun tidak dengan hatinya. Mendung, gerimis, guntur serta gelap masih menyelimuti hati Cia, hati itu masih dalam masa sensitif, kemarin dan hari ini, semoga besok si hati sudah bisa membaik.
Namun kedua matanya membulat, kala melihat sebuah sepeda motor, berhenti tepat di sebelah mobil yang tengah dikendarai sang Mami.
Srek!
Cia kembali menurunkan sedikit kaca mobilnya, hingga saat ini keadaan luar bisa dia lihat dengan jelas. Ingin menyapa, tapi dia tidak berani, apa lagi saat melihat si pengendara motor, tidak menoleh sedikit pun kearahnya.
'Bahkan saat kita sedekat ini, dia tidak merasakannya. Berarti memang benar, kita berdua tidak memiliki ikatan batin, seperti novel yang pernah aku baca tadi malam. Kalau, si cowok fast respon, berarti kamu dan dia satu hati, tapi kalau slow atau bahkan sabodo teuing, berarti tidak akan ada harapan diantara kita.' ucap Cia didalam hati.
Namun kedua matanya masih tertuju pada si pengendara, bahkan saat lampu lalulintas berubah warna, si pengendara motor tidak menoleh sedikit pun kearah Cia. Hingga, saat Cia hendak menutup kaca mobil kembali, dan mobil Jazz merahnya mulai bergerak, baru lah si pengendara berjaket hitam itu menoleh.
Bahkan dia segera membuka kaca helm full face, yang tengah dia pakai. Kedua matanya mengerejab, kala melihat siluet gadis yang semalam, sudah memborbardir otak serta pikirannya.
"Cici?" gumamnya.
Bahkan suara klakson mobil dari arah belakang, tidak mampu membuat dia kembali tersadar. Barulah setelah mendengar umpatan seseorang, dari sebuah mobil, dia kembali kejalan yang benar.
"Apa aku harus mengejarnya? ini istirahat makan siang kan? masih ada waktu sepertinya." monolognya sendiri.
Setelah mengatakan itu, dia segera mengejar Jazz merah yang cukup jauh dari jangkauannya.
lama2 author nya tak jak bkin kolak ini....