NovelToon NovelToon
Bersabar Dalam Luka (Perjodohan)

Bersabar Dalam Luka (Perjodohan)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Perjodohan / Nikahmuda / Romansa Modern
Popularitas:1.9M
Nilai: 4.4
Nama Author: Three Ono

FOLLOW IG AUTHOR 👉@author Three ono

Yang gak kuat skip aja!! Bukan novel tentang poligami ya, tenang saja.

Pernikahan sejatinya terjadi antara dua insan yang saling mencinta. Lalu bagaimana jika pernikahan karena dijodohkan, apa mereka juga saling mencintai. Bertemu saja belum pernah apalagi saling mencintai.

Bagaimana nasib pernikahan karena sebuah perjodohan berakhir?

Mahira yang biasa disapa Rara, terpaksa menerima perjodohan yang direncanakan almarhum kakeknya bersama temannya semasa muda.

Menerima takdir yang sang pencipta berikan untuknya adalah pilihan yang ia ambil. Meski menikah dengan lelaki yang tidak ia kenal bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.

Namun, Rara ikhlas dengan garis hidup yang sudah ditentukan untuknya. Berharap pernikahan itu membawanya dalam kebahagiaan tidak kalah seperti pernikahan yang didasari saling mencintai.

Bagaimana dengan Revano, apa dia juga menerima perjodohan itu dan menjadi suami yang baik untuk Rara atau justru sebaliknya.

Tidak sa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Ono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Berulah Lagi.

°°°

Setelah mendengar cerita Lia tentang kehidupannya yang tidak mudah, Rara pun merasa sangat bersalah karena telah membuat gadis itu mengingat kesulitannya.

"Maafkan aku Lia, aku tidak tau kau mempunyai kisah hidup seperti itu," ujar Rara, ia masih tidak percaya jika gadis seceria Lia mempunyai kehidupan yang sulit.

"Tidak apa-apa, untuk apa kau minta maaf." Lia tersenyum hangat.

"Apa kau tau jika Allah tidak akan menguji hambanya jika mereka tidak mampu, berarti Allah tau jika kau mampu. Kamu pasti menemukan kebahagiaanmu suatu saat nanti."

Rara memeluk temannya dan mereka saling memberi semangat. Jalan hidup Rara sulit tapi masih ada yang lebih sulit darinya, ia sangat bersyukur karena Allah memberikan keluarga yang lengkap untuknya sampai sekarang.

"Terimakasih Ra, kamu sudah mau menjadi temanku."

"Kau itu bicara apa, Lia. Kita semua disini tentu saja berteman dan jika kau menganggapku teman ayo kita ke kantin, biar aku yang mentraktir mu hari ini."

Rara menarik tangan temannya tanpa menunggu jawaban yang sudah pasti akan menolak ajaknya.

"Ehhh... tunggu."

Lia tidak bisa menolak lagi jika seperti itu caranya.

Rara senang akhirnya ia bisa membujuk temannya untuk ikut ke kantin, pasalnya hari sudah semakin siang sudah waktunya makan siang. Walaupun sebenarnya ia ingin mengajak suaminya makan siang bersama tapi Rara tidak punya keberanian.

Apa kak Revan sudah makan.

Pikirannya tetap tidak bisa mengelak dari tugasnya sebagai seorang istri, di mulut berkata tidak berani tanya tapi di hati mengkhawatirkan suaminya.

"Kenapa kamu melamun." Lia menyenggol lengan Rara.

"Aa... tiada apa-apa. Kau mau makan apa?" tanya Rara, saat ini mereka sudah di hadapan jejeran stand makanan yang ada di kantin.

"Samakan saja dengan punyamu."

"Ada apa?"

Kini giliran Lia yang melamun.

"Itu kakak sepupu mu," tunjuk Lia pada sepasang kekasih yang sedang duduk di salah satu kursi disana.

Rara juga melihatnya, walaupun mereka duduk membelakangi posisinya tapi ia tau jika itu mereka. Lagi-lagi ia harus tersenyum melihat suaminya bersama wanita lain, ia tidak bisa menunjukkan luka di hatinya pada orang lain.

"Kita duduk dimana, apa bergabung dengan mereka?" tanya Lia setelah mereka mendapat makanan.

"Tidak, kita di meja yang lain saja."

Kenapa sesakit ini rasanya, padahal aku belum mencintainya.

Rara menatap punggung Revan dan Febby yang duduk berdekatan.

Niatnya ingin menghindar tapi ternyata tempat duduk yang kosong tepat berada dibelakang suaminya.

"Benar kita tidak bersama mereka saja," bisik Lia dan hanya dijawab oleh anggukkan oleh Rara.

Samar-samar Rara bisa mendengar percakapan antara suaminya dan Febby, tapi ia mencoba acuh pada pemandangan didepannya.

"Sayang aku ingin siomay," ujar Febby, ia memanfaatkan kesempatan untuk bermanja pada Revan yang saat ini sedang merasa bersalah padanya.

"Sebentar, biar aku yang belikan."

Revan sebenarnya biasa saja terhadap wanita yang saat ini sedang sakit kakinya itu, tidak ada yang spesial. Ia melakukan itu hanya karena merasa salah saja. Tetapi tidak tau kenapa sejak tadi anak-anak meledeknya dengan kata-kata 'so sweet', padahal ia datar-datar saja saat bersama Febby.

Sementara dua gadis yang melihat itupun berpikir sama seperti anak-anak lain.

"Lihatlah, sepupumu Ra. Dia mau saja disuruh-suruh sama Febby, palingan juga sakitnya bohongan," ujar Lia menatap sebal pada wanita yang duduk memunggungi mereka.

Rara hanya diam saja, tidak ingin menanggapi atau mengurusi. Mungkin jika orang tau dia adalah istri dari Revan banyak akan menganggapnya bodoh atau lemah, tapi bukan seperti itu kenyataannya. Rara tidak ingin ribut-ribut di depan banyak orang hanya untuk menjatuhkan harga diri sesama wanita, ia hanya ingin menggunakan caranya walaupun mungkin lama dan butuh banyak kesabaran.

Rara ingin memasuki hati suaminya dengan perhatian dengan sikapnya sebagai seorang istri, hingga suaminya itu menyadari jika ada wanita yang sudah begitu sempurna di sampingnya, yang di kirim tuhan untuk menyempurnakan hidupnya. Sampai dimana tidak ada tempat lagi untuk wanita lain menggodanya.

"Sudah, lebih baik lanjutkan makan saja," ujar Rara kembali menundukkan kepalanya dan melanjutkan makanan yang terasa hambar di lidahnya. Padahal soto ayam adalah salah satu makanan kesukaannya.

Begitu Revan berjalan kembali menuju meja yang tadi ia duduki, barulah ia menyadari jika ada sang istri di belakangnya.

Kenapa dia tidak duduk di meja yang sama denganku, pikirnya.

Revan pun berjalan melewati Febby yang sudah menunggunya dengan wajah berbinar.

Wajah Febby berubah seketika melihat Revan melewatinya begitu saja, sampai dia tau apa penyebabnya.

"Kau sudah makan?" tanya Revan yang sudah berdiri di dekat Rara.

Rara yang mendengar suara suaminya pun mengangkat kepalanya, begitupun dengan Lia.

"Sudah kak," jawab Rara seraya tersenyum.

"Kenapa tidak duduk bersama ku?"

"Emm.. itu..." Rara bingung mau menjawab apa.

"Kami tidak ingin mengganggu kak Revan dan kekasih kakak." Lia yang menjawab.

"Sayang, mana siomay ku," ujar Febby yang sengaja mengeraskan suaranya.

Revan lantas berjalan mendekati Febby, membuat wanita itu tersenyum penuh kemenangan pada dua gadis yang menatapnya. Tetapi siapa yang tau jika lelaki itu hanya meletakkan siomay yang ia bawa.

"Ini siomaynya, jika butuh yang lain katakan saja. Aku duduk disana."

Setelah mengatakan itu Revan meninggalkan Febby duduk sendirian.

"Apa tidak ingin tambah?" tanya Revan pada sang istri.

"Tidak kak." Sementara Rara masih bingung dengan situasi itu.

"Temanmu mungkin ingin tambah lagi."

"Haa... apa kau mau tambah Li?" tanya Rara pada temannya.

"Tidak Ra, aku sudah cukup kenyang."

Kenapa Lia merasa hubungan antara temannya dan lelaki yang katanya sepupunya itu tidak biasa, bukan seperti hubungan saudara.

"Oh iya, perkenalkan ini temanku kak, namanya Lia. Dia yang menolongku saat tersesat waktu itu dan ini kak Revan sepupuku." Rara memperkenalkan Revan pada temannya.

"Terimakasih karena sudah menolong Rara." Ucapan terimakasih yang terdengar begitu tulus keluar dari mulut Revan.

"Sama-sama kak, sebagai manusia kita memang sudah sewajarnya saling membantu." Seperti biasa Lia berbicara apa adanya.

Brak!

Febby berdiri sambil menggebrak meja hingga piring dan sendok yang ada di meja pun ikut bersuara. Dia dibuat emosi dengan apa yang kekasihnya lakukan, bisa-bisanya di tinggalkan sendirian.

"Aku ingin kembali ke kelas," katanya.

"Apa kau sudah menghabiskan makananmu?" Revan menatap heran karena baru sebentar ia duduk.

"Aku mendadak kenyang dan ingin kembali ke kelas saja."

Febby menyipitkan matanya, melirik Rara dengan tajam.

"Ya sudah aku akan mengantarmu." Kemudian Revan beralih pada Rara.

"Aku pergi dulu, makanan kalian biar aku yang bayar."

Revan lalu memapah Febby.

"Ihhh... kenapa wanita itu menatapmu seperti itu Ra, seolah kamu itu adalah musuh yang berbahaya. Rasanya aku ingin mencongkel matanya tadi, bikin kesal saja." Lia yang jengkel dengan perilaku Febby.

"Tidak usah dipikirkan, apa kau sudah selesai makannya. Kita kembali ke kelas sekarang," ujar Rara menenangkan temannya.

"Ayo, aku sudah selesai."

Tanpa sengaja mereka mendengar anak-anak membicarakan Febby yang baru saja terlihat menyeramkan tidak seperti biasanya. Sepertinya tanpa sengaja wanita itu telah menunjukkan sisinya yang lain dihadapan semua orang. Dia yang biasanya anggun dan sopan santun tentu membuat semua orang terheran-heran. Ternyata tanpa Rara berbuat apa-apa pun wanita itu sudah menunjukkan keburukannya sendiri.

to be continue...

°°°

...Like, komen, dan bintang lima jangan lupa....

...Salam goyang jempol guys....

...Sehat selalu pembacaku tersayang....

1
Sella Darwin
Luar biasa
lovina
panjang critanya tp crita bodoh..sgt tdk rasional...
Hadi Broto Broto
👌👌👌🙏🙏🙏💯
Hadi Broto Broto
bikin penasaran
Rswt Slv
Biasa
Murti Kasih
knp rara ga dpt hukuman ya... panggilan yg slh
Murti Kasih
lanjut thor....
Murti Kasih
aaaaachhh....kecewaaa... 🤔
Murti Kasih
rasain lu...febby
Murti Kasih
lia jodohnya sakka...
Murti Kasih
puaas...jd sakit beneran febby
Murti Kasih
gemeezz bnget sm revan... mau aja dibohongi...
Murti Kasih
rara terlalu polos... hehee
Murti Kasih
makin seruu...makin penasaran...
Murti Kasih
Rara sosok wanita yg hebat.... menerima perjodohan dengan ikhlas karena Allah... walau sampai sekian lama dia tidak mendapatkan hak sebagai istri tapi sangat sabar dan ikhlas... semoga dia mendapat kebahagiaan yang hakiki..
Suherni Erni
Orang tua tolol yg ngga bisa jada anaknya tuh.malahborang lain ygvngorbanin diri buat anaknya.dasar ibu edan
Suherni Erni
Katanya pernikahannya mau diumumkan kok smpe skrng masih ditutupin.kesannya hina bgt pernikahannya,tambah lagi perempuan yg ditolong revan ada dikantor bisa jadi pelalakor rendaham dah.
Suherni Erni
Munafik ternyata rara..katanya perempuan paham agama..buat ngejalanin kewajiban aja ngga mau,,padahal sm suami sendiri bukan suami orang.
Suherni Erni
Terlalu rendah diri jga ngga bagus..malah jadi rendahan.jadinya munafik,
Murni Syahfutri
Jala...*g ternyata si mak lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!