21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 20
Gino sudah keluar dari rumah sakit. caera memutuskan pulang ke rumah ibunya saja. dengan sedikit di warnai pertengkaran dengan Arya.
tekadnya sudah bulat untuk berpisah. caera tidak mau lagi tinggal serumah dengan Arya. dia tidak sanggup jika harus berhadapan dengan Arya setiap waktu di rumah.
Rani tidak dapat mencegah kemauan caera. ayahnya juga menyerahkan semua keputusan di tangannya.
Gino baru saja terlelap di alam mimpi. meninggalkan bocah kecil itu tertidur, dia duduk di dekat jendela kamarnya. menempati kamarnya dulu sewaktu masih tinggal dengan ibu.
duduk termenung memikirkan bagaimana nanti setelah berpisah dengan Arya. dia tidak punya pekerjaan yang tetap untuk menghidupi Gino. tapi dia tidak boleh menyerah pada keadaan. harus tetap tegar dalam situasi apapun.,
ibu masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu. mendekati caera yang masih melamun.
"Ra"
menyentuh pundak caera lembut.
caera menoleh mendapati ibu di sampingnya. mendongak menatap wajah ibu yang telah setengah abad merasakan pahit getirnya kehidupan.
"ibu"
"Ra, apa tidak lebih baik kamu bicara dengan Arya?"
ibu mengambil kursi lain dan duduk di samping caera.
"Rara tidak mau Bu"
membuang pandangannya ke luar jendela kamar.
"kamu harus bicara baik-baik sama Arya Ra. tidak bisa begini terus"
"Rara mau langsung bercerai saja Bu"
caera menunduk. hatinya terasa di remas-remas.
"iya ibu tahu keinginan mu. tapi kalian harus bicara nak. jangan menghindarinya terus"
ibu menggenggam tangan caera.
ibu juga merasakan sakit yang teramat sangat melihat putrinya tersakiti. sebagai seorang ibu, ikatan batin mereka lebih peka.
mata caera memanas. ingin menahan butiran bening di matanya jangan sampai tumpah. tapi dia tak kuasa.
"Bu, Rara tidak mau bertemu dengannya Bu"
caera terisak sedih. merasakan ada tempat mengadu yang paling tepat, hatinya langsung menyerah.
"ibu bisa rasakan apa yang kamu rasakan nak. tapi setidaknya bicaralah pada Arya. kalian menikah baik-baik. jadi berpisah lah dengan baik pula"
Rani menasehati putrinya. dia tidak tega melihat caera jadi sering melamun.
dengan terisak, caera luruh ke lantai. duduk bersimpuh di depan ibunya. meletakkan kepalanya di pangkuan ibunya. Rani mengusap lembut kepala caera.
"Rara tidak tahu apa yang harus Rara lakukan Bu"
air mata makin banjir saja. dada Rani berdenyut nyeri melihat putrinya sangat terluka.
"Ra, kamu masih mencintai Arya bukan?"
menunduk menatap kepala caera yang terguncang halus karna tangisan.
isakan caera makin keras. ia tak dapat memungkiri hatinya. bohong saja jika dia bilang seratus persen benci pada Arya. sekian lama menjalin cinta dan hidup berumah tangga, tidak akan mudah melupakan itu semua.
"jangan menyiksa diri mu nak. pikirkan baik-baik. berpisah dari suami itu tidak mudah. banyak resiko dan beban di pundak mu"
Rani mencoba tetap tabah menahan tangisnya. hatinya sangat nelangsa melihat caera.
"tapi ibu juga tidak dapat menyalahkan mu jika kau ingin berpisah. semua keputusan ada di tangan mu nak. ibu tahu kamu mampu mengambil keputusan yang tepat"
"ibu"
caera makin mempererat pelukannya di pangkuan ibunya. menekan wajahnya makin keras. meredam Isak tangisnya di sana. menyesakkan memang jika ada di posisinya saat ini. luka itu masih berdarah terus dan tidak bisa dia lupa melihat perbuatan suami dan sahabatnya dengan mata kepalanya sendiri.
wanita mana yang tidak mau hamil? semua wanita merasa bangga menjadi seorang ibu. wanita mana yang rela suaminya berhubungan dengan wanita lain? tapi keberuntungan tidak berpihak padanya. dari sekian miliar manusia di dunia ini, caera salah satunya yang di pilih untuk merasakan rindu menjadi seorang ibu seutuhnya.
"sayang"
Rani menegakkan kepala caera. menangkup wajah putrinya yang bersimbah air mata. meraih dagu Caera dan menghadapkan padanya.
"kau wanita yang tegar. jangan menangis lagi. hadapi ujian ini dengan menikamatinya. kau tidak akan tahu rasanya bahagia jika belum merasa sakit"
"ibu..."
caera memeluk ibunya. ingin menumpahkan segala sengsara yang menghancurkan dunia kecilnya.
"bicaralah dengan Arya. ambil keputusan dengan kepala dingin"
Rani mengelus rambut putrinya. menenangkan putri kesayangannya yang memeluk perutnya erat. mengadukan kejadian yang menimpanya dengan tangisan yang menyayat.
****
kesibukan di kantor hari ini menyita perhatian Arya. rapat beberapa kali dan berkas-berkas keuangan kantor menumpuk untuk di kerjakan. pikiran yang kusut membuat Arya tidak fokus bekerja. belum lagi Vivi yang menghubunginya berkali-kali.
Arya memang tidak datang ke rumah Vivi sudah beberapa hari sejak Gino masuk rumah sakit. Vivi selalu menuntut untuk di kunjungi. tapi Arya tidak mungkin datang padanya di saat Gino sedang di rumah sakit, dan caera yang masih marah padanya.
pilihan Arya menjalin hubungan dengan Vivi memang salah. tapi tuntutan ibunya yang super judes dan cerewet membuatnya pusing.
Arya anak sulung dari tiga bersaudara. adik perempuannya Lena sudah menikah dan punya seorang putri. adik bungsunya Niken, masih kuliah semester akhir.
Maya ibunya, selalu menuntut cucu dari benihnya. karena Arya anak pertama. Maya menginginkan penerus keluarganya dari anak lelaki, bukan dari anak perempuan.
"kamu ini bagaimana sih Arya. ibu kan sudah bilang, jangan ceraikan istri mu kalau kau tidak bisa. cukup kau menikah lagi saja. ibu kira caera juga akan mengalah dan setuju"
begitu ibunya selalu bilang pada Arya. dan dia terang saja menolak itu. Arya mencintai caera. tidak sanggup melepasnya. apalagi jika nanti setelah di ceraikan, caera pasti akan menikah lagi. Arya sungguh tak sanggup membayangkan caera dengan lelaki lain.
hanya satu yang membuat rumah tangganya semakin di ambang kehancuran. anak. hanya itu. selebihnya mereka baik-baik saja.
karena tuntutan ibunya lah maka Arya memilih Vivi yang sudah di kenalnya. selalu menginap di rumahnya dan dia teman caera. Arya pikir, Vivi lebih baik daripada wanita lain yang tidak jelas. awalnya hanya sepakat Vivi mengandung anaknya. Arya berterus terang pada Vivi tentang keinginannya. dan Vivi menyetujui semua. tapi lama kelamaan Arya tak bisa lepas dari Vivi.
dan ternyata itu adalah kesalahan besar. caera malah lebih terluka karena Vivi sahabat baiknya.
tok tok tok..
ketukan di pintu mengagetkan Arya dari lamunannya.
"masuk"
Sinta, sekertaris Arya membuka pintu dan masuk. membungkuk hormat padanya.
"maaf pak, ada yang ingin menemui bapak"
Arya mengerutkan kening. seingatnya tidak ada janji temu dengan siapapun siang ini.
"siapa?
"nona Vivi pak"
Arya kaget. Vivi sudah berani datang ke kantornya. ini di luar kesepakatan. tapi lebih baik dia menerima kedatangan Vivi. tidak mau ada keributan lagi. kepalanya sudah pusing memikirkan masalah yang menumpuk.
"baiklah. suruh masuk saja"
Sinta pergi keluar dari ruangannya. Arya memijit-mijit kepalanya yang pening. begitu banyak masalah yang harus di selesaikan. belum lagi urusan kantor yang tak dapat di tunda. akhir-akhir ini sikap Vivi makin aneh saja. suka menangis dan takut belebihan jika Arya akan memutuskan hubungan mereka. padahal memang hubungan mereka hanya di dasari kesepakatan bersama.
Vivi masuk setelah di persilahkan Sinta. wajahnya cemberut menunjukkan ia akan marah. hawa protes telah menyebar. Arya merasa makin pusing.
"ada apa Vi?
tanyanya setelah pintu kembali menutup.
"ada apa? kau tanya ada apa?"
Vivi berkata marah. duduk di kursi depan meja Arya.
"Vi, tolong. ini kantor Vi. jangan buat keributan di sini"
Vivi mencebik. dia rindu. rindu pada suami temannya ini.
"kalau begitu, kenapa tidak datang ke rumah? kau sudah lupa aku?"
Vivi melipat tangannya di dada. menunjukkan dia marah.
"Vi, aku banyak pekerjaan. kamu tahu kan, aku juga harus menjaga Gino di rumah sakit"
Arya mencoba memberi alasan.
"dulu juga begitu. kau selalu sibuk. tapi tidak pernah lupa datang pada ku" Vivi makin merengut kesal.
Arya berpindah duduk ke sebelah Vivi. dia tidak ingin wanita ini makin marah.
"Vi, mengertilah. dan lagi pula ini di luar kesepakatan kita. kau tidak boleh datang ke kantor ku. apa kata karyawan lain Vi"
Arya menggenggam tangan Vivi.
"kau selalu begitu. aku sudah tidak tahan menunggu mu yang selalu punya alasan. kemarin Gino, sekarang pekerjaan kantor"
"Vi, kau tahu kan. caera sedang marah. bagaimana aku bisa datang kalau masalah ku menumpuk"
Vivi terdiam. air mata mulai menggenang di matanya. ia menunduk dalam. ia memang salah. tapi hatinya tidak bisa jauh dari Arya. Arya yang penuh dengan perhatian, dia sungguh telah terpaut pada suami sahabatnya ini. sepertinya kesepakatan dengan Arya harus batal. dia mencintai Arya.
"aku tahu aku itu salah" ia mendongak menatap Arya lagi. "tapi, aku sudah jatuh cinta pada mu Ar. aku tidak bisa membohongi hati ku"
air mata itu jatuh. Arya semakin serba salah.
dia tidak bisa menyakiti Vivi. tapi juga tidak bisa berpisah dari caera. tapi masalah ini harus di putuskan.
"Vi, mengertilah. sepertinya kita tidak bisa meneruskan hubungan ini. aku tidak bisa membiarka caera pergi. kau tahu aku mencintainya kan"
"apa? jadi, kau mau meninggalkan ku?"
Vivi terlonjak kaget. membulatkan matanya sempurna. terkejut dengan keputusan sepihak itu.
""maksud ku..."
Arya tak dapat meneruskan kata-katanya. dia bingung. empat bulan menjalin hubungan dengan Vivi, itu sudah mempengaruhi kerja otaknya. Vivi menyuguhkan hal-hal manis padanya. bercinta tak kenal waktu. mencoba apa saja yang belum pernah ia lakukan dengan caera.
"bagaimana dengan ku?
Vivi menagis. hatinya sakit Arya mencampakkannya begitu saja. dia dapat menguasai tubuh lelaki tampan ini. tapi tidak hatinya. Arya masih sangat mencintai caera.
"jangan menangis Vi" Arya mengapus air mata kekasih gelapnya itu. "kau akan mendapatkan apa yang telah kita sepakati bersama"
"cih... aku tidak mau"
Vivi menepis kasar tangan Arya. ia sungguh marah sekarang. Arya tidak boleh melepaskannya begitu saja. dia mencintai Arya.
"itu kesepakatan kita Vi"
"tidak. aku sudah tidak mau kesepakatan sialan itu" vivi terisak-isak tidak mempedulikan sedang berada di mana sekarang. persetan dengan karyawan lain. dia hanya mau Arya.
memeluk Arya erat. membenamkan wajahnya di dada Arya.
"aku mencintai mu Arya. jangan tinggalkan aku. aku akan minta izin pada caera. aku siap jadi istri mu yang ke dua. aku siap jika caera mencaci ku, menghina ku, sekalipun caera ingin membunuh ku"
"jangan bicara begitu Vi" Arya membalas pelukan Vivi. dia juga tidak tega mencampakkan Vivi begitu saja.
"tolong mengertilah Vi. kau tahu caera bukan? dia tidak pernah mau di duakan. jika kita masih berhubungan, caera akan pergi. aku tidak bisa menyakitinya lebih banyak"
"pikirkan aku juga Ar. tolong"
Vivi menatap Arya dengan deraian air mata dan wajah memelas meminta setengah hati Arya tetap padanya.
"aku... "
Arya sungguh dilema sekarang. tidak di pungkiri dia juga menyukai Vivi. tapi pilihannya lebih berat pada caera. jika caera memaafkannya, dia akan meninggalkan semua yang caera tidak suka. akan memulai cinta mereka dari awal lagi.
" lihatlah aku Ar. aku juga mencintai mu. kau memilih ku karena kau juga menginginkan ku bukan? jangan tinggalkan aku Ar, tolong"
Vivi melorot ke bawah. jatuh bersimpuh dan menangis terisak-isak.
"astaga... jangan begini Vi. aku akan memikirkan cara lain. tolong tenanglah"
Arya berjongkok dan menarik Vivi untuk berdiri.
"kita di kantor ku Vi. nanti ada yang dengar"
wajah Arya sungguh khawatir ada karyawan lain yang mendengar masalah ini. tuan Sanjaya pasti akan memecatnya jika mendengar isu perselingkuhannya dengan Vivi.
Vivi menurut. duduk lagi di kursi depan meja kerja Arya. meraih tubuh tinggi Arya dan memeluknya.
"aku mencintai mu. aku mencintai mu Ar. jangan tinggalkan aku"
Arya bingung bagaimana bersikap sekarang. sungguh masalah yang tidak gampang. sampai dia sering mabuk hanya karena tidak bisa menyelesaikan masalah ini.
"aku akan mencari cara. tenanglah Vi."
mengusap puncak kepala Vivi. menenangkan wanita itu.
"berjanjilah pada ku"
mendongak dan memohon Arya berjanji akan mencari cara agar mereka tetap bersama.
"ya. aku janji"
Arya tersenyum terpaksa. otaknya berpikir keras agar ini cepat berlalu.
"sudah, jangan menangis lagi. aku berjanji akan mencari solusi. sekarang pulanglah. siapkan makanan enak di rumah. aku akan datang."
menghapus air mata Vivi yang masih mendongakkan kepala dan memeluk pinggangnya erat.
"janji kan?"
Vivi masih meyakinkan diri sendiri.
Arya hanya tersenyum. dia tidak tahu senyum itu terlihat manis atau malah sangat buruk di mata Vivi.
"iya aku janji datang malam ini. sekarang pulanglah. jangan menangis lagi"
Arya mengelus pipi Vivi lembut. agar Vivi lebih tenang dan segera pulang. karyawan lain akan curiga nanti.
"baiklah"
Vivi mengalah. menenangkan diri agar tak terlihat dia baru saja menangis.
mengecup bibir Arya sekilas dan hilang di balik pintu.
Arya terduduk lemas. sekarang tambah masalah baru lagi. Vivi mencintainya dan tidak ingin memutuskan hubungan terlarang itu.
hanya satu kata di benak Arya sekarang.
PUSING
biarlah waktu yang menjawab dia akan meninggalkan Vivi atau tidak.