Seorang gadis sederhana berusia 19 Tahun merupakan anak dari seorang petani yang menjadi mahasiswi kedokteran dan sudah menempuh semester 3. Mengejar cita-cita menjadi seorang Dokter, untuk menggapai cita-cita dengan membiayai pendidikannya ia harus bekerja di sela-sela kuliahnya. Namun, ada suatu hal yang sebenarnya ia sembunyikan dari semua orang!
Keinginannya menjadi seorang Dokter sirna ditelan ombak terjang oleh sebuah keterbelengguan dengan seorang pria. Yang di mana keluarga pihak pria datang meminta ia menikah dengan putranya dan sebelum hal itu terjadi ia sempat menolak.
Namun, Takdir tetap membawanya dalam perangkap itu sehingga harus menggugurkan cita-citanya yang tidak bisa dilanjutkan.
Dia terus terbelenggu dengan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai CEO di perusahaan tempatnya bekerja yang memiliki penyakit aneh disembunyikan dari semua orang!
Dia menjadi salah satu seorang wanita di dunia ini yang tidak membuat seorang Tuan tidak bereaksi pada penyakitnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dnrfitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Curahan Hati Seorang Ibu
Seiring berjalannya waktu, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00.di mana seseorang yang menjalani aktivitas sejak pagi teralihkan oleh waktu untuk pulang dan beristirahat ke rumah masing-masing setelah menjalani aktivitas yang melelahkan.
Begitu pula dengan Pak Barma dan Bu Amira, yang akhirnya kembali pulang ke mansion mereka setelah beberapa hari yang mengharuskan mereka pergi ke Kota Yogyakarta untuk menghadiri pernikahan anak teman Pak Barma.
"Tuan besar, Nyonya Besar, kalian sudah kembali.mari nyonya saya bawakan barang bawaan kalian." Ucap Bu Ashna Selaku kepala pelayan yang berusia 48 tahun
Para pelayan lain datang menyambut tuan dan nyonya mereka setelah beberapa hari tidak ada sosok yang memerintahkan mereka.dan sebagian lain membantu membawakan masuk beberapa koper lain yang masih berada dalam bagasi mobil.
"Oh iya, Bu Ashna. Bagaimana keadaan di sini selama kami pergi, apakah semua baik-baik saja?" Tanya Bu Amira sambil berjalan masuk ke dalam mansion dengan menenteng tas mahalnya
"Disyukur kan, selama Nyonya dan Tuan pergi, Keadaan mansion aman terkendali, Nyonya.tidak ada masalah sekali pun." Ucap Bu Ashna sambil mendorong koper
"Syukurlah, padahal selama di Yogyakarta, aku dan Ayah Arya sangat mengkhawatirkan keadaan mansion.di karenakan kami baru berpergian jauh kembali setelah sekian lama.jika tidak ada acara pernikahan anak teman tuan, aku sama sekali tidak ingin meninggalkan mansion ini karena disini pun banyak sekali urusan yang lebih penting." Jelas Bu Amira melontarkan keluh kesahnya
"Iya, Nyonya.kami pun disini selama nyonya dan tuan pergi merasa kurang nyaman, seperti biasa mansion ini menjadi sepi karena tidak ada yang memerintahkan kami untuk melakukan sesuatu."
"Kenapa begitu, seharusnya kalian nyaman saja berada disini.anggap saja ini adalah tempat tinggal kalian, dan itu bonus untuk kalian supaya tidak bosan ataupun kesal mendengarkan kami yang selalu memerintah Kalian melakukan ini dan itu."
"Tidak, Nyonya.kami sama sekali tidak bosan ataupun kesal melayani anggota keluarga disini, kami sangat senang melayani keluarga anda.malah kami berhutang Budi pada nyonya dan tuan karena sudah menempatkan kami menjadi bagian anggota yang diposisikan sebagai pelayan untuk melayani anda dan keluarga."
"Dari dulu aku sudah menganggap mu sebagai teman ku, lagipula usia kita tak jauh berbeda.dengan adanya kehadiran kalian disini itu sedikit membantu ku.kau, anakmu, dan yang lain lebih hebat dalam mengurus mansion yang besar ini jauh dibandingkan diriku."
"Nyonya ini, kami bukan siapa dan tidak melakukan apapun.itu semua sudah kewajiban kami disini." Ucap Bu Ashna tak enak hati
"Oh iya, aku lupa terhadap anakku sendiri.anak itu memang tidak pernah di rasakan kehadirannya walaupun ia berada di sini (kekeh Bu Amira) Di mana Arya, Bu Ashna?" Tanya Bu Amira
"Seperti biasa nyonya, Tuan Muda tidak pernah betah berada di dalam mansion.di jam begini tuan muda masih berada di perusahaan."
"Anak itu memang tidak pernah berubah dari dulu. Arya, Darwin, dan Luna memiliki kepribadian yang berbeda-beda.Bu Ashna pasti sudah mengetahui bagaimana ketiga anakku dari sejak kecil bukan.entah kenapa tuhan memberikan ku seorang anak yang saling bertolak belakang seperti ini."
"Iya, Nyonya.saya sangat memahami betul bagaimana Tuan Muda Arya, Darwin dan Nona Luna.sangat disayangkan Tuan Muda Darwin tidak berada di sini, ia masih menempuh pendidikan terakhirnya di Amerika, dan Nona Luna ia menginginkan tinggal di asrama tempat kuliahnya."
"Benar, Anak-anak yang ku rawat dari sejak kecil, ketika mereka sudah tumbuh dewasa seiring waktu mereka pergi keluar meninggalkan ayah dan ibunya di rumah untuk menggapai impian mereka." Ucap Bu Amira sedih mengingat kenangan Anak-anaknya
"Sudahlah, Nyonya. bagaimanapun juga itu semua demi kebaikan anak-anak kita, siapa yang lebih bangga lagi ketika melihat anaknya berhasil.tidak seperti saya, saya tidak bisa membuat Irfan melanjutkan pendidikan perguruan tingginya.pendidikannya malah terputus di semester 6 karena saya tak sanggup membiayainya lagi.padahal setahun lagi ia akan lulus namun, ia malah mengikuti jejak ibunya di sini."
Bu Amira mengelus pundak Bu Ashna "Jika perlu kami akan membiayai pendidikan Irfan sampai lulus." Ucap Bu Amira
"Tidak, Nyonya.anda sudah sangat terlalu banyak membantu kami, saya tidak ingin merepotkan, nyonya." ucap Bu Ashna
"Baiklah, tapi tawaran ku ini akan berlaku untuk selamanya.kami bersedia membiayai pendidikan Irfan dia bisa melanjutkan kuliahnya kembali dan membayar biaya terdahulu yang tidak sempat terbayar.jika kau setuju, kau bisa memberitahuku akan hal itu, aku akan menunggunya."
"Terima Kasih, Nyonya.saya akan pikirkan terlebih dahulu."
"Oh iya, Nyonya.saya harus menyimpan koper di mana?" Lanjut tanya Bu Ashna
"Emm...simpan saja di kamarku yah.sedangkan, untuk 2 koper berwarna hitam itu, tolong di simpan di ruang keluarga saja.karena itu adalah oleh-oleh yang di bawa oleh ku dan suamiku dari Yogyakarta khusus untuk kalian, kita akan bagikan nanti."
"Baik, Nyonya." Jawab satu pelayan yang antusias karena akan mendapatkan oleh-oleh yang dibawa Nyonya nya dari Yogyakarta