NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Om Duda

Mengejar Cinta Om Duda

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat
Popularitas:1M
Nilai: 5
Nama Author: DeNura

Harap bijak dalam membaca... ada beberapa adegan dewasa (21+)

Meylani Putri (18 th), gadis bar bar yang jatuh cinta pada sosok Om duda tampan bernama David Lander. Yang tak lain adalah Ayah dari sahabatnya sendiri. Mungkinkan gadis yang kerap di sapa Mey itu mendapatkan cinta sang Om duda? Sedangkan David sendiri sangat anti dengan wanita bar bar dan ceplas ceplos seperti May.

Yuk simak kisah selengkapnya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeNura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

Mey pulang ke rumah sore hari dengan membawa banyak hadiah dari teman kerjanya. Karena tak memungkinkan naik motor, Mey pun pulang bersama Buk Neny.

"Bik, bantu Mey bawakan barang-barang di luar yuk?" Ajak Mey menghampiri Bik Nina yang sedang berkutat di dapur. Menyiapkan bahan masakan untuk malam nanti.

"Boleh, Nya. Abis belanja ya?"

"Enggak, tadi dikasih hadiah banyak banget sama temen kerja. Mey gak bisa bawa semuanya ke kamar."

"Owalah. Hayuk atuh Nya."

Mereka pun beranjak ke depan. Membawa semua hadiah ke dalam kamar David.

"Makasih ya, Bik."

"Sama-sama, Nya. Apa masih ada yang bisa Bibik bantu?" Tanya Bik Nina yang masih berdiri di depan pintu kamar majikannya.

"Kayaknya gak ada bik, Mey mau mandi dulu gerah soalnya." Sahut Mey yang dijawab anggukan oleh Bik Nina. Wanita paruh baya itu beranjak pergi dari sana.

Mey menutup pintu kamar dan bergegas menuju kamar mandi. Dan di waktu bersamaan. David masuk ke dalam kamar. Lelaki itu baru saja pulang dari kantor dengan wajah yang pucat. Netra biru miliknya begerak ke arah tumpukan hadiah di atas meja. Ia berjalan menghampiri benda-benda itu. Kemudian mengambil buket bunga besar yang sempat ia lihat disekolah tadi.

David membawa buket itu keluar kamarnya.

"Bik, buang ini ke tong sampah depan." Perintah David pada Bik Nina. Wanita itu menatap lekat buket bunga itu.

"Bik," panggil David saat tak mendapat sahutan dari Bik Nina.

"Eh iya, Tuan. Biar saya buang ke depan." Dengan gerak cepat Bik Nina mengambil buket itu dari tangan Tuannya dan bergegas pergi untuk membuang benda itu.

David tersenyum miring dan kembali menuju kamarnya. Dengan perasaan senang, lelaki itu mencoba membuka pintu kamar mandi di mana istrinya masih ada di dalam. Seulas senyuman terbit dibibirnya saat pintu itu tak terkunci. Dan tanpa ragu lagi ia masuk ke sana. Namun langkahnya tertahan saat matanya melihat penampakkan indah. Mey tak menyadari kehadiran suaminya karena gadis itu membelakangi David.

David meneguk air liurnya saat melihat punggung mulus Mey. Lalu melangkah maju, mengikis jarak di antara mereka. Mey yang masih belum menyadari kepulangan suaminya pun terdengar besenandung ria sambil mengguyur tubuhnya di bawah shower. Hingga tangan kekar David yang melingar diperutnya berhasil membuat Mey berteriak kaget. Refleks ia berbalik dan hendak memberikan tendangan maut. Namun pegerakkannya tertahan saat wajah suaminya lah yang ia lihat.

Mey yang masih terkejut pun segera mengambil handuk dan melilitkan di tubuhnya yang ramping. "Kenapa Om ke sini? Mey lagi mandi." Kesal Mey dengan tatapan tajam. Namun David sama sekali tak merespon dan malah memeluk Mey. Membiarkan bajunya basah.

"Saya lelah, Mey." Lirih David. Mey tersentak saat merasakan tubuh suaminya panas.

"Om demam?" Tanya Mey mendorong tubuh kekar suaminya perlahan. Lalu menyentuh kening David. Punggung tangan Mey pun seakan terbakar.

"Om beneran demam. Sebaiknya gak perlu mandi, Mey kompres ya?"

David mengangguk pelan dan kembali memeluk Mey. "Kamu dari mana aja, Mey? Saya pikir kamu marah dan tidak mau pulang lagi." Oceh David dengan mata yang mulai terpejam. Mey sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan suaminya.

"Om, kita keluar dari sini. Om sakit, kalau di sini terus bisa tambah sakit." Ajak Mey menggoyangkan pundak suaminya.

David menjauhkan diri dari dekapan Mey.

Lalu menatap wajah istrinya begitu dalam. "Mey, kamu marah ya?"

"Kita keluar yuk." Ajak Mey menaruh tangan suaminya di pundak. Lalu memapahnya keluar dari kamar mandi.

"Om duduk dulu di sini, Mey ganti baju." Mey membantu David duduk di kasur. Kemudian ia pun melesat menuju closet untuk berganti pakaian. Selang beberapa menit, Mey keluar dan sudah berganti pakaian tidur. Juga membawa satu set piyama tidur milik suaminya. Ia menghampiri David yang kini sudah berbaring.

"Buka dulu bajunya, Om. Ganti sama yang baru. Mey ambil air hangat dulu ya?" Mey hendak pergi. Namun dengan cepat di tahan oleh David.

"Bantu saya ganti baju, saya lemas Mey."

Mey menghela napas panjang. Ia merasa tak tega melihat kondisi David yang seperti ini. Mey mulai membuka kancing kemeja suaminya satu per satu. Ia menelan air ludahnya saat melihat dada bidang sang suami yang sedikit berbulu itu mampu menggoyahkan imannya.

Akh... apa yang lo pikirin Mey? Ini bukan saatnya buat mikir hal mesum. Suami lo lagi sakit, wake up, Mey.

Dengan cepat Mey menggantikan baju suaminya. Setelah itu ia bergegas keluar dari kamar untuk mengambil air hangat.

"Mey. Kenapa buru-buru?" Tanya Pak Mudi yang berpapasan dengan Mey.

"Eh, Pak. Itu, Om David sakit. Mey mau ambil air hangat. Bapak dari mana? Kan

Mey udah bilang jangan kemana-mana."

"Bapak bosan di kamar terus, tadi Bapak main kehalaman belakang." Sahut Pak Mudi jujur.

"Bapak itu masih sakit, sekarang Bapak masuk ke kamar lagi ya? Mey juga harus urus Om David. Bapak gak papa kan ke kamar sendiri?"

Pak Mudi tersenyum mendengarnya. "Gak papa, lagian suami kamu lebih penting. Bapak bisa sendiri."

Mey mengangguk pelan. "Kalau ada apa-apa minta bantu sama Bik Nina ya Pak? Mey ke dapur dulu."

Pak Mudi pun mengangguk. Mey kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Mengambil air hangat, setelah itu kembali ke kamarnya.

Dengan cekatan Mey mengompres kening suaminya. Menatap wajah pucat itu lamat-lamat. "Mey pikir Om gak bisa sakit. Soalnya keseringan buat orang sakit hati sih." Omel Mey sembari menyentuh pipi David. Memeastikan demamnya tak terlalu tinggi seperti tadi.

"Om, ke rumah sakit aja yuk? Mey gak mau terjadi sesuatu sama Om." Tawar Mey semakin khawatir dengan kondisi David. Wajah lelaki itu semakin pucat.

David membuka matanya perlahan. "Gak perlu, nanti juga hilang demamnya." Sahut David dengan suara lemah.

"Ck, bandel banget sih. Tar kalau Om kenapa-napa jangan salahin Mey ya? Udah tua juga masih kayak anak kecil. Kok bisa demam gini sih? Perasaan tadi siang baik-baik aja."

"Mey, saya lagi sakit. Jangan berisik bisa?"

"Ck, iya deh maaf. Om mau makan gak?"

"Hm. Saya pengen bubur ayam." Pinta David.

"Dih, pake riques segala lagi. Orang sakit mah aneh emang."

"Mey." David tambah pusing mendengar ocehan istrinya.

"Iya iya... Mey buatin dulu ya? Tunggu bentar." Mey pun bangun dari duduknya dan kembali beranjak menuju dapur.

Tiga puluh menit kemudian, Mey kembali dengan sebuah nampan berisi semangkuk bubur dan segelas susu. Mey meletakkan nampan itu di atas nakas dan dirinya duduk di tepi ranjang. Mey mengambil handuk kecil yang masih menempel di kening suaminya. Meletakkan itu di atas baskom air.

"Om, makan dulu. Habis itu minum obatnya."

David membuka matanya dengan malas. Lalu menatap sang istri cukup lama. Mey pun membantu David bangun dan bersandar di kepala ranjang.

"Om makan sendiri aja ya?" Mey menyodorkan mangkuk bubur pada David.

"Tangan saya lemas," alibi David.

"Ck, Mey gak nyangka Om semanja ini kalau sakit. Kemarin-kemarin kalau Om sakit siapa yang manjain? Oh lupa, kan ada Tante Nindy ya?" Mey mengaduk bubur dengan kesal.

"Mey." David memperingati istrinya agar berhenti mengoceh.

Mey mengerucutkan bibirnya dan mulai menyuapi David. Gadis itu begitu sabar menunggu David mengunyah meski hatinya masih diselimuti api cemburu.

"Oh iya, Om. Mey belum bilang kalau Mey mau lanjut kuliah. Mey minta izin buat pake uang Om."

David menatap istrinya lamat-lamat. "Saya yang akan bayar uang semester kamu, gunakan kartu itu buat keperluan lain."

"Eh, gak usah Om. Lagian kartu itu banyak banget isinya. Mey masih bisa pake itu buat bayar kuliah."

"Saya suami kamu, Mey. Saya akan tanggung semuanya. Kalau bisa kamu gak perlu lagi kerja." Protes David.

"Tapi Om...."

"Jangan bantah, saya lagi gak bisa debat sekarang." David menerima suapan berikutnya.

Ck, dasar Om-om. Kemaren bilangnya gak bakal larang gw kerja. Sekarang malah ngomong lain. Gak ngerti gw.

"Terima kasih, Om."

"Hm."

"Om, apa keputusan Om buat kirim Tasya ke luar negeri itu gak bisa diubah?" Tanya Mey dengan nada takut.

David terus memberikan tatapan penuh arti pada istrinya.

"Bukan apa, Mey lihat Tasya kurang senang dengan keputusan Om. Apa gak sebaiknya Om pertimbangkan lagi?"

"Keputusan saya tidak akan berubah." Tegas David. Mey pun mengangguk pasrah. Juga sangat sedih karena akan terpisah jauh dari sahabatnya.

***

"Om, liat buket bunga yang Mey taruh di sini gak? Kok hilang ya?" Tanya Mey yang kini tengah membuka semua hadiah. Dan kehilangan buket bunga pemberian Alex. Padahal ia berniat memajang bunga itu di kamar.

David yang masih berbaring pun tersenyum tipis. "Saya gak tahu. Mungkin kamu lupa tarok."

"Ck, tadi ada kok. Sekarang hilang, jangan-jangan di kamar ini ada jinnya." Kata Mey sembari mengelilingi kamar. Mungkin saja ia memang lupa meletakkannya di mana.

"Beneran gak ada, Om. Kemana ya? Padahal buketnya bagus banget." Rengek Mey duduk di sebelah suaminya. David memilih diam sambil memperhatikan wajah kusut istrinya.

"Apa itu sangat penting buat kamu? Lelaki itu kan yang kasih?"

Mey menatap suaminya sendu, lalu mengangguk pelan. "Kasian Kak Alex, pasti itu mahal banget. Sekarang Mey hilangin hadiahnya."

"Lupakan hadiah dari lelaki itu. Sekarang fokus sama suami kamu yang lagi sakit, Mey." Titah David menarik tangan istrinya dengan kuat. Alhasil Mey pun terjatuh tepat di dada bidan David. Tanpa membuang waktu, David merengkuh tubuh mungil istrinya.

"Om." Mey memekik kaget atas apa yang suaminya lakukan.

"Jangan bergerak, posisi ini sangat nyaman. Saya kedingingan dan kamu lumayan hangat." David tersenyum penuh arti dan mulai memejamkan mata.

Mey mengangkat kepalanya agar bisa melihat wajah sang suami. Ditatapnya wajah pucat itu dengan seksama. "Om gak nyesel meluk cewek jelek kayak Mey?"

David membuka matanya kembali dan langsung memberikan tatapan yang tak bisa Mey baca. "Jelek-jelek gini kan lumayan juga buat jadi penghangat."

Mey yang mendengar itu langsung berontak agar David melepaskannya. "Lepasin Mey, Om. Mey gak mau cuma dianggap sebagai wanita penghangat."

"Saya bilang diam, Mey. Saya kedingingan, gak bohong." David semakin mengeratkan pelukannya. Mey terdiam sembari memperhatikan wajah tampan suaminya. Lelaki itu sudah memejamkan matanya lagi.

Mendadak Mey kembali mengingat kekasih suaminya itu. Hatinya kembali memanas.

"Om."

"Hm." David menyahut tanpa membuka matanya. Begitu menikmati kehangatan yang ia ciptakan sendiri.

"Apa Om mencintai Tante Nindy?" Mey menggigit ujung bibirnya. Takut David marah karena ia bertanya akan hal itu. Namun Mey salah, lelaki itu sama sekali tak bereaksi.

"Mey cuma pengen tahu aja, kalau memang Om cinta sama Tante Nindy. Mey bakal mundur perlahan. Mey tahu, cinta itu gak bisa di paksain." Mey menarik diri dari pelukan suaminya. Duduk dibibir ranjang dengan tatapan sendu.

David bangun dari tidurnya dan bersandar di kepala ranjang. Kemudian menatap Mey begitu intens. "Mey, gimana kalau saya suka sama kamu?"

Deg! Jantung Mey seolah berhenti berdetak saat mendengar itu. Bahkan mulutnya terkatup rapat. Mendadak wajah Mey terasa panas dan menimbulkan semburat merah dipipinya.

"Jangan geer dulu, saya cuma suka sama kamu bukan berati cinta. Mungkin karena kita terbiasa bersama. Karena saya mulai suka sama kamu, jadi jangan coba-coba goda laki-laki lain. Termasuk lelaki siang tadi." Jelas David.

Mey yang mendengar itu langsung memberikan tatapan tajam. "Dengar ya, Om. Mey gak pernah sekali pun menggoda laki-laki. Kalau memang Mey mau, kenapa Mey gak goda Om aja yang udah jelas punya Mey. Buat apa capek-capek cari laki-laki di luar sana. Memangnya Om, udah punya istri masih menggoda wanita lain." Ketus Mey bangun dari duduknya.

"Mey, saya tidak pernah menggoda siapa pun."

"Terus kejadian hari itu apa, Om? Sampe main kuda-kudaan segala. Om kira Mey anak kecil yang percaya gitu aja. Lagian kalau Om mau, Om bisa nolak ajakan Tante gatel itu." Sinis Mey beranjak duduk di sofa. Melanjutkan kegiatannya yang sempat terpotong.

"Dia punya nama, Mey."

"Ya ya... kalau dasarnya cinta mah pasti dibelain terus. Udah ah, Mey capek debat terus sama Om. Gak ada ujungnya, yang ada malah sakit hati." Pungkas Mey berbaring di sofa. Membuka ponselnya yang sejak siang tadi tak tersentuh.

David menghela napas gusar. Dan tatapannya tak lepas dari sang istri yang tengah sibuk bermain gawai.

1
Yulia
cerita nya keren menguras emosi,sampe tidur malam karena ngejar biar cepat selesai bacanya👍👍👍
Yulia
Mksh othor ceritanya bagus,,bikin aku senyum dan nangis,,the best pokonya,,,novelnya d promosiin Thor biar tambah banyak yg baca ,,,sayang novelmu bagus tapi yg baca blm banyak,,sekali lagi makasih dan semangat berkarya 👍👍😘🔥💪💪
Julia Juliawati
bagus ceritanya Thor. jgn kecil hati Thor klo ada yg blg mirip krn semua novel yg aq bc hmpr mirip semua tp kami bc krn km suka ceritanya
Julia Juliawati
kasihan sm alex
Julia Juliawati
suka cerita yg peran wanitanya bar bar kuat g bisa di tindas
Chris Antono
Luar biasa
panty sari
sebel sama si David mening mey ama Alex dan tasya ama gibran dan David ama inggrid aja, binih ditanam sembarangan
panty sari
Davit cari maslah aja
panty sari
wah cinta sedarah Nindy dan hendra, tapi selama 5 th David menjadi orang bodoh diporotin emang ga brasa apa yah itu Nindy udah ga perawan lagi main embat aja itu jamur David
xuly_
the real anak tanggung karma bapa
panty sari
parah David sudah sering melakukan dg kekasih gelapnya sungguh menyakitkan hati mey melihat itu semua
xuly_
Luar biasa
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
maaf aku baru komen saking asyiknya baca lupa komen,abisnya karyamu bagus kk pengen baca terus👍🤗
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
Luar biasa
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
menarik👍
Isayanti Hernanur
good ceritanya terbaik
Vonny Yuana
bagusss
Iin Nurchayati
Gibran kamu begitu tulus.... kasihan banget. semoga othor ngasih jodoh yg baik yg bener2 kalian saling mencintai
Iin Nurchayati
Thor... biarin Tasya SM gibranlh. kasihan bngt Gibran begitu tulus gak tega gue kalau dia kecewa😭😭
Iin Nurchayati
wahhh jangan2 Luna anak hasil nabung David
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!