Divya Veronika Ibrahim Gadis Manis yang punya segudang mimpi yang ingin dicapai nya.
Perjodohan nya dengan Tuan Muda yang tak lain sahabat masa kecilnya dulu berjalan rumit karena masa lalu orangtua mereka.
kisah ini ditulis berdasarkan pemikiran dari sang penulis,jika ada kesamaan tempat,Nama,Karakter bahkan alur cerita, mohon untuk memakluminya
karya pertama ku
Bissmillah dukung terus Ya jangan lupa like dan komen nya,terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RhinYani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Genangan Air
Pagi itu di pinggir jalan.
"Hei Tuan,Kau tidak bisa menyetir ya?"
Seorang gadis berdiri di trotoar jalan tengah mengibaskan bajunya yang terkena cipratan air.
"Mata mu itu tidak buta, kan ? Atau kau katarak Hah! Sampai genangan air saja kau tidak lihat "
Rasanya Haris sudah ingin tergelak melihat gadis di depannya memaki tanpa mengedipkan mata,seakan takjub melihat kesempurnaan ciptaan tuhan di hadapannya.
Hahaha...
"Heh dasar gadis bodoh,kau yang salah untuk apa berdiri disini "
" Apa !! Kau malah menyalahkan ku,berani kau memanggilku bodoh"
Gadis itu bertolak pinggang,tapi bukannya
membuat takut
malah rasanya Haris ingin sekali tertawa.
"Ya kau itu BODOH,menunggu apa di pinggir genangan air ? Siapapun pengendaranya jelas akan melakukan hal yang sama ,bukan?"
Haris tak kalah menantang karena memang merasa benar.
"Tidak juga !"
Divya masih saja mengelak dari kenyataan.
"Dari tadi banyak pengendara yang lewat.Mereka mengurangi kecepatan di jalanan seperti ini,tidak seperti kau ! "
Divya menuding bahu Haris dengan telujuknya.
Haris menyapu bekas jari gadis itu yang menempel di jasnya dengan angkuh.
"Berkendara ugal-ugalan begitu,sudah seperti jalanan punya nenek moyangmu saja"
Masih bersungut-sungut tidak terima.
"Ok,iya ! Apa mau mu sekarang?"
Haris yang sudah enggan menanggapi hal remeh seperti ini berpikir jika lebih baik ia mengalah.
"Tanggungjawab dong ! Bagaimana ini pakaian ku kotor begini ?!"
Divya masih bicara dengan nada tinggi.
"Aku harus bertemu orang penting dan pakaian ku kotor,awas saja kalau sampe kontrak perusahaan ku di tolaknya,ini semua salah mu mengerti !"
Kembali menunjuk-nunjuk Haris,sambil berjinjit menantang.
"Kau tidak tahu siapa aku?!"
Haris justru kembali bertanya. Heran,jika wanita lain melihatnya sudah pasti tidak seperti ini reaksinya ,mereka
sudah berjingkrak kegirangan.
Siapa yang tidak mengenalku.Begitu pikir Haris.
"Hah,memangnya siapa kau?!"
Gadis itu malah menanggapinya dengan sinis .
"Raja,hah? Pangeran ? kaisar? Atau Presiden,sampai aku harus mengenal mu ?! Bertemu saja baru kali ini,dan sial di pertemuan pertama."
Gerutu Divya semakin jengkel.
"Hahaha ! Kau ini benar-benar ya .Bodohnya !"
Haris memilih segera mengakhiri,ia tidak ingin keributan ini memancing kerumunan masyarakat.
Untung saja jalanan masih sangat sepi.
Haris merogoh dompet di saku celananya.
"Ambil ini ! Pergi ke toko,dan beli baju baru ganti baju dekil mu itu,baju jelek begitu masih saja di pakai"
Seranya menyerahkan sejumlah uang ke tangan Divya.
"Hei ! Jangan mentang-mentang kau orang kaya ya bisa seenak jidat mu pergi begitu,tidak semua hal bisa diselesaikan dengan uang.
Cih.Kau bahkan tidak minta maaf padaku !
Hei Tuan kalau kau memang orang kaya,banyak uang benerin nih jalan biar kalau hujan tidak seperti danau begini !
Hei dengar tidak ?!"
Divya merasa kesal saat Haris pergi melenggang kembali ke mobil mewahnya sesaat setelah menyerahkan uang tadi.
Ia tidak menjawab walau mendengar apa yang dikatakan Gadis itu.
*Awas saja ketemu lagi nanti kulemparkan uang ini kewajahnya.
Dasar sombong,makhluk apa itu tidak ada lembut-lembutnya bersikap pada wanita.
Hah, tapi siapa juga yang mau bertemu lagi dengannya.Monster.
Tapi dia itu tadi...aaa tampannya*
Divya nyengir sendiri di belakang Driver ojol yang datang sesaat setelah Haris pergi ,ia kembali mengingat insiden yang baru saja terjadi.
Sesampainya di kafe.
Di depan sebuah ruangan khusus duduk seorang pria dengan perawakan tegap yang tak asing lagi bagi Divya.
Dia baru saja bertemu dengan pria itu beberapa saat lalu.
Hah dia lagi ,ada disini? Tunggu itu kan ruangan khusus yang di pesan
Presdir Santoso Group,jangan bilang dia itu...?
Astaga,bagaimana ini.
"Permisi Tuan"
Walaupun ragu Divya memberanikan diri masuk ke ruangan itu.
"Kau !"
Haris yang kaget sontak berdiri.
"Kau mengikuti ku? Aku sudah memberi mu uang tadi,kenapa pakaian mu masih kotor begitu?"
Divya mana sempat membeli baju baru,dia akan terlambat jika melakukan itu.
Lebih baik datang dengan pakaian seperti ini.Pikirnya
Bosnya di kantor sudah memperingatkan Divya agar tidak terlambat sedikitpun.
Tuan Muda tidak suka menunggu.Itu yang dikatakannya berulang kali tadi.
"Aku~"
Divya masih menggantung kata-katanya,ia menggigit bibirnya sendiri bingung harus bagaimana.
" Aku ada janji disini "
Gadis yang tadi cerewet menantang kali ini malah menundukkan kepalanya.
"Hahaha.Jadi kau manajer Wiryawan?
Gadis seperti mu?!"
Seakan tak percaya Haris bertanya sinis.
"Duduklah..!!"
"Maaf Tuan,tapi saya memang pegawai yang ditugaskan menemui Tuan"
"Tunjukkan berkasnya !"
Divya menyerahkan berkas yang dibawanya.
"Baiklah aku terima kerjasamanya"
Setelah beberapa saat Haris membuka berkas itu ia mengambil ballpoint dan menandatangani berkas kerjasama tersebut.
Segampang itu?
Divya merasa heran,tadi pak bos bilang Presdir di hadapannya ini selalu sulit diajak kerjasama terlebih jika ada sekertaris di sampingnya.
"Kau tahu kenapa aku dengan mudahnya menyetujui ini?"
Haris bertanya seakan tahu apa yang dipikirkan gadis bernama Divya,itu yang ia baca dari kartu kepegawaian yang menggantung di lehernya.
"Kenapa Tuan?"
Walaupun malas Divya bertanya
juga.
"Kau tadi bilang apa di pinggir jalan?"
Haris memainkan ballpoint di tangannya.
Memutar mutar benda itu dengan jari -jarinya.
"Kau tadi mengatakan akan menemui orang penting,bukan? Dan kau meminta tanggungjawab ku kalau sampai kerjasama ini di tolak karena pakaian mu kotor,iya kan ?"
"I-iya Tuan,dan saya juga terlambat karena hal itu"
" Aku sudah bertanggungjawab sekarang" Tersenyum sinis.
"Terimakasih Tuan,terimakasih banyak. Saya permisi."
Divya sudah terbangun dari duduknya.
Ketika hendak melangkah.
Ia teringat dengan uang yang diberikan Tuan Haris tadi.
Divya mengambilnya kembali dari dalam tas dan menyimpannya di meja di hadapan Tuan Muda.
"Maaf Tuan saya kembalikan ini,saya tidak bisa menerimanya"
"Kenapa? Sombong sekali kau ! Ambil lagi cepat,terserah kau mau buat apa uang itu,kalau kau tidak mau buang saja nanti di jalanan"
"Cepat Ambil !"
"I iya tuan," permisi
Kau yang sombong,Tuan... Divya meraih kembali uang yang di letakkannya tadi,bergegas pergi ia tak ingin berlama-lama berurusan dengan makhluk aneh seperti tuan muda di hadapannya .
Malam ini Haris beberapa kali tergelak mengingat kejadian hari itu .
Hari pertama ia bertemu dengan gadis bernama Divya.
Matanya masih tidak bisa terpejam
padahal malam sudah semakin larut.
Baru kali ini aku bertemu dengan gadis yang berani menantang ku.
Tapi apa dia sudah lihat lagi jalanan itu,sudah ku perbaiki sesuai keinginan nya.