Ketika Suatu yang di sebut Cinta Segitiga mampir di kehidupan mu? Apa yang kau lakukan? Cinta antara 'Aku, Kamu, dan Sahabatku! "
Septi, gadis modis SMA merah putih, dengan perawakan nya yang aktif dan periang. paras yang begitu cantik, ia di kenal sebagai Playgirl kelas atas yang sudah PHPin begitu banyak Cowok playboy. Namun, suatu Hari ia bertemu dengan cowok dingin nan cuek, hobinya sih ngegame. Pada pandangan pertama Septi jatuh hati pada Andra. berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan hati Andra. namun, tanpa ia ketahui ternyata Aisyah, sahabatnya sendiri juga menyukai pria yang sama, bahkan sejak 10 tahun yang lalu.
bagaimana mereka akan mengahadapi cinta rumit ini?
Ayo simak kisah nya di 'Cinta Yang Rumit'
jangan lupa follow aku yah.
Mohon maaf bila ada kesamaan Nama Tokoh, Tempat Kejadian, dan hal lain nya. itu hanya kebetulan semata. tapi, jika cerita nya dari awal sampai akhir sama. maka bukan saya yang niru, karna ini karya asli saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini IR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
***
Beberapa hari telah berlalu. Semua kejadian membuat persahabatan di antara mereka tumbuh dengan sendiri nya. Semakin erat dan semakin kokoh tumbuh nya.
"Hari ini ada acara apa?? " tanya Septi yang baru datang.
"besok kemah balik, ini hari terakhir kita. Kita bakal jelajahi hutan hari ini" sahut Syifa membereskan perlatan nya. Peralatan yang di butuh kan untuk petualangan.
Aisyah sendiri sudah sedia rapi dengan ransel biru milik nya, tidak terlalu besar dan tidak kecil juga. Sangat pas di badan nya.
"oh itu... Untung gue hobi Touring, jadi udah siap sedia nih tas nya" ucap Septi dengan senyum cengengesan, ia mengambil tas Merah yang ukuran nya sama seperti Aisyah. Karna mereka berdua beli nya barengan.
"lain kali kita bertiga beli tas baru yang sama. Gue gak terima yah kalo itu cuma kalian berdua yang kembar! " protes Syifa.
"iyah - iyah, udah yuk turun Andra sama Ikhsan udah nungguin nih di bawah" sambar Aisyah.
iyah.. Hari ini adalah waktunya. Waktu gue bakal nanya Andra. Apakah dia masih ingat atau gak? Soal keputusan terakhir? Gue juga belum tahu. Gue hanya pengen mastiin kalo Andra inget atau gak?
Batin Aisyah yang dengan perlahan menuruni tangga. Pandangan Aisyah jatug pada Ikhsan yang kelihatan sangat keren dengan tas nya dan jaket biru milik nya. Sangat serasi dengan hijab biru yang Aisyah juga pakai.
Andra sendiri langsung menyambut Septi dengan mengulurkan tangan nya. Layaknya seoarang pangeran yang akan menggenggam tangan sang putri.
***
"mesti lewat sangai nih? " tanya Syifa yang melihat hanya ada sungai sebagai jalan mereka. Syukurlah ada batu yang bisa di pijak kan.
"lewat yah lewat, ngapain takut" celetuk Septi yang dengan cekatan nya melompat dari satu batu ke batu lain nya.
"akhhh" desis Septi saat merasa kan nyeri di kaki nya tepat saat dia mendarat di batu itu. Padahal masih setengah perjalanan.
"lo gak apa - apa Sep?! Sakit yah?! " tanya Andra yang kelihatan sangat khawatir.
"gue kayak nya gak bisa jalan lagi Ndra" lirih nya merasa sangat sakit di pergelangan kakinya.
"tungguin gue, gue nyusulin elo. Ini terkilir sih kayak nya? Gue gendong aja yah"
"iyah deh Ndra. Gue gak mau keras kepala. Ntar ujung - ujungnya gue juga yang rugi"
Andra menggendong belakang Septi, dengan perlahan menuju ke ujung sungai, dan akhirnya pijakan di darat sudah Andra sampaikan.
Aisyah dan Syifa menambah tingkat kewaspadaan mereka. Pelan tapi pasti. Asal selamat masalah waktu bodoamat. Mereka semua sudah berada di penghujung sungai.
Akhirnya mereka menyusuri jalan kecil hutan itu. Twrlihat banyak pohon - pohon besar nan rimbun tumbuh disana. Aroma kesejukan yang sangat melegakan hidung. Namun, di satu sisi Septi yang tengah berada di gendongan Andra dapat merasakan dengan jelas, aroma tubuh Andra. Dari leher nya. Dan minyak rambut yang Andra pakai. Septi menikmati semua yang ada pada Andra selama perjalanan.
"Trus kita kemana nih? " tanya Ikhsan.
"kita ke--ehh!!! " teriak Septi kaget saat dirinya tak menemukan peta nya. Hanya ada satu peta dan yang memegang nya adalah Septi.
"lah trus gimana? " lirih Syifa.
"yah istirahat lah, capek kan?" sahut Andra santai yang langsung menurunkan Septi dari gendongan nya.
"tunggu, gue cek jalan dulu yah mungkin ketemu" usul aisyah.
"gue ikut " sahut Ikhsan menimpali.
"jangan pisah, makin sulit ntar nemuin nya..mending tersesat nya bareng dari pada sendiri "
"bener Syah apa kata Andra. Mending kita di sini, nunggu sampai tim nemuin kita"
"maafin gue, ini salah gue.. Seandainya aja gue gak ceroboh dan petanya gak bakal hilang"
"Jangan salahin diri sendiri. Dan jangan sebut kata seandai nya kita hidup bukan berandai - andai, tapi berusaha bekerja keras menghadapinya bukan menyesalinya. Kata seandainya hanya akan menambah keterpurukan elo. Jadi gue saranin lupain aja" sambar Syifa.
"lo dapat kata - kata itu dari mana? "
"Aisyah! "
Mereka tersenyum senang. Meski dalam keadaan sesulit apapun. Asal saling mendukung dan tidak menyalahkan mereka yakin pasti akan menemukan jalan keluarnya.
Hampir dua jam mereka diam termenung. Tidak tahu apa yang harus di lakukan sekarang. Hari sudah sore bahkan hampir gelap. D
"jalan aja lah, diam nunggu itu juga gak guna" cetus Ikhsan yang mulai bosan menunggu.
"gue setuju sama Ikhsan, udah yuk jalan aja" ajak Aisyah juga yang sudah ikut bangkit berdiri.
"kalau mau jalan yah harus jalan semua! Karna kita gak boleh pisah! " celetuk Syifa yang saat ini sepertinya begitu menyukai dan melindungi persahabatan yang baru di bangun nya.
Andra tersenyum senang, tentu saja karna tak ada yang menyalahkan gadisnya. hingga ia tak perlu repot menggunakan cara kasar dan cibiran pedas nya bagi siapapun yang menyakiti Septi.
Mereka segera berjalan mengikuti jalan lurus yang ada, setidak nya sekitar dua atau tiga kali mereka memutari jalan yang sama. Namun, hal itu juga tidak mematah kan semangat mereka hingga setelah satu jam berjalan mereka menemukan jalan Keluarnya. Jalan menuju Villa nya. Meski hari sudah agak gelap.
"tau cuma sejam dari tadi jalan aja" keluh Syifa.
"penyesalan emang datang nya belakangan" sahut Aisyah.
"Gue gak nyesel kok. Gue ngehargain setiap waktu gue sama kalian"
Kali ini mereka berempat benar - benar tertegun mendengar ucapan Syifa. kali ini yah mereka sadar sepertinya mereka sudah saling ketergantungan.
Terlihat raut wajah khawatir di semua guru dan murid yang beridiri di sana khususnya tim pembimbing. Saat anggoga kelas IPA dua berjalan keluar dari hutan. Mereka sangat bersyukur anggota Kelas IPA Dua bisa kembali dan dengan keadaan selamat.. Meski ada cedera sedikit di kaki Septi.
***
Ayoo like, komen, and vote
Kok ceritanya jadi gini sih Author?
Iyah emang gini para Readers ku!
Story by Rini IR