NovelToon NovelToon
Masa Lalu Pilihan Mertua

Masa Lalu Pilihan Mertua

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Poligami / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Thida_Rak

Aku, Diva, seorang ibu rumah tangga yang telah menikah selama tujuh tahun dengan suamiku, Arman, seorang pegawai negeri di kota kecil. Pernikahan kami seharusnya menjadi tempat aku menemukan kebahagiaan, tetapi bayang-bayang ketidaksetujuan mertua selalu menghantui.

Sejak awal, ibu mertua tidak pernah menerimaku. Baginya, aku bukan menantu idaman, bukan perempuan yang ia pilih untuk anaknya. Setiap hari, sikap dinginnya terasa seperti tembok tinggi yang memisahkanku dari keluarga suamiku.

Aku juga memiliki seorang ipar perempuan, Rina, yang sedang berkuliah di luar kota. Hubunganku dengannya tak seburuk hubunganku dengan mertuaku, tapi jarak membuat kami tak terlalu dekat.

Ketidakberadaan seorang anak dalam rumah tanggaku menjadi bahan perbincangan yang tak pernah habis. Mertuaku selalu mengungkitnya, seakan-akan aku satu-satunya yang harus disalahkan. Aku mulai bertanya-tanya, apakah ini takdirku? Apakah aku harus terus bertahan dalam perni

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Thida_Rak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Masa Lalu Pilihan Mertua

Seperti biasa, Diva sudah membersihkan semuanya dan menyiapkan sarapan untuk semua. Arman pun sudah siap berangkat kerja, begitu juga dengan ibu mertuanya. Kami pun menikmati sarapan bersama.

"Div, kamu sudah dikasih uang kan sama Arman? Ibu mau kamu masak yang enak-enak ya," ucap ibu.

"Baik, Bu," jawab Diva singkat.

Setelah sarapan dan Arman berangkat kerja, Diva mulai membereskan piring. Setelah semua beres, ia bersiap-siap untuk pergi ke pasar.

Saat Diva hendak pergi, ibu mertuanya yang sedang menonton televisi menoleh.

"Bu, Diva ke pasar dulu ya," ucap Diva.

"Iya, hati-hati. Sana cepat, nanti keburu habis semuanya," jawab ibu.

Diva pun keluar rumah dan melajukan motornya menuju pasar. Perjalanan hanya sekitar 15 menit karena jaraknya tidak terlalu jauh. Namun, karena kali ini ia ingin belanja banyak, menggunakan motor adalah pilihan terbaik.

Di pasar, Diva membeli daging, ikan, ayam, sayuran, dan buah untuk stok dua minggu ke depan. Setelah itu, ia membeli bumbu-bumbu yang dibutuhkan. Hampir satu jam kemudian, semua belanjaan sudah siap.

Sebelum pulang, enaknya minum es cendol dulu, pikirnya. Ia pun membeli dua porsi, satu untuk dirinya dan satu lagi untuk ibu mertuanya.

Sesampainya di rumah, ibu sudah menunggu di ruang tamu.

"Kok lama, Div?" tanya ibu dengan nada ketus.

"Iya, Bu. Tadi ramai. Oh iya, ini Diva belikan es cendol buat ibu," jawab Diva sambil menyodorkan es cendol.

"Nah, ini baru menantu ibu. Tau aja ibu lagi haus," ujar ibu dengan senyum puas.

Diva hanya tersenyum kecil lalu berlalu ke dapur untuk membereskan belanjaannya. Setelah semuanya selesai, ia berniat masuk ke kamar untuk beristirahat.

"Div, kamu masaknya sorenya aja ya. Ibu siang ini mau arisan," kata ibu.

"Iya, Bu," jawab Diva.

---

Ibu Susan pun pergi ke acara arisan yang diadakan di salah satu kafe baru di kota. Tidak lupa, ia memakai perhiasannya agar terlihat menawan di depan teman-temannya.

Sesampainya disana, ia melihat teman-temannya sudah berkumpul.

"Eh, Jeng Susan!" sapa Jeng Tari.

"Iya, maaf ya, Jeng, telat," jawab Bu Susan.

"Nggak kok, yuk duduk," ajak Jeng Tari.

Mereka pun menikmati acara arisan bersama. Namun, saat hendak pulang, Bu Susan tidak sengaja menabrak seseorang.

"Aduh! Kalau jalan hati-hati dong!" ujar Bu Susan sambil berdiri dan merapikan bajunya.

"Loh, Tante Susan?" suara seseorang membuatnya menoleh.

"Eh, Raya! Apa kabar, Nak?" jawab Bu Susan dengan senyum lebar.

"Baik, Tante. Tante sendiri bagaimana?" tanya Raya.

"Baik, Nak. Oh iya, Tante buru-buru mau belanja. Tante boleh minta nomor kamu?" tanya Bu Susan penuh harap.

"Boleh dong, Tan," jawab Raya sambil memberikan nomor ponselnya.

Setelah mendapatkan nomor Raya, wajah Bu Susan tampak bahagia.

Sore hari, Arman sudah pulang dan sedang bersantai di ruang tengah. Tidak lama kemudian, ibu pulang dengan membawa beberapa paper bag di tangannya.

"Arman, kamu sudah pulang?" ucap ibu sambil duduk di sebelahnya.

"Iya, Bu," jawab Arman singkat.

Sambil melihat sekeliling, ibu pun berbicara dengan suara pelan, penuh semangat.

"Man, kamu tahu nggak, tadi ibu ketemu siapa?" ucap ibu dengan wajah bahagia.

"Nggak tahu, Bu. Kan ibu belum cerita," jawab Arman santai.

"Ishh, kamu ini! Ibu ketemu Raya!" ujar ibu bersemangat.

"Terus?" jawab Arman datar.

"Ini pertanda buat kamu, Man," kata ibu penuh arti.

"Aduh, Ibu, jangan aneh-aneh lah. Aku ini sudah menikah," ucap Arman dengan nada kesal.

Sementara itu, di dapur, Diva tengah sibuk menyiapkan makan malam. Ia memasak sop daging, tumis sayur, dan bakwan jagung. Cocok banget nih buat makan malam, batinnya.

Setelah semua masakan siap, Diva berniat membersihkan diri. Saat hendak masuk ke kamar, tanpa sengaja, ia mendengar percakapan suami dan ibu mertuanya.

Mereka sedang membicarakan seseorang bernama Raya.

Siapa dia? Apa hubungannya dengan Bang Arman? batinnya lirih.

Tanpa ingin mendengar lebih jauh, Diva segera masuk ke kamar dan bergegas mandi, berusaha menenangkan pikirannya.

Seketika, ibu dan Arman yang sedang berbicara di ruang tengah saling berpandangan.

"Udah, Bu. Cukup. Nanti Diva tahu semuanya," ujar Arman, sedikit khawatir.

Lalu, Arman segera masuk ke kamar.

"Div, kamu mau mandi ya?" ucap Arman.

"Iya, Bang," jawab Diva singkat.

Syukurlah Diva nggak dengar, batinnya. Kalau tidak, pasti kacau.

Sementara itu, di ruang tengah, ibu bergumam lirih, "Dikasih peluang nggak mau. Anak itu awas aja, nanti kamu pasti kembali sama Raya, Man."

Setelah salat Isya, kami semua menikmati makan malam dalam keheningan, tanpa sepatah kata pun terucap.

"Div, besok kamu siapkan sarapan untuk ibu aja. Besok abang ada acara," ucap Arman.

"Iya, Bang," jawab Diva singkat.

Seperti biasa, setelah makan, Arman dan ibu duduk bersama di ruang tengah, sementara aku sibuk membersihkan semuanya. Setelah selesai, aku sama sekali tak berminat untuk bergabung dengan mereka, jadi aku memilih masuk ke kamar.

Arman yang menyadari hal itu segera menyusulku.

"Div, kamu kenapa?" tanyanya.

"Nggak apa-apa, Bang. Hanya mengantuk aja," jawabku datar.

"Oh, ya sudah. Kamu istirahat aja," ujar Arman, lalu beranjak pergi.

Lalu, Arman keluar dari kamar untuk memberi tahu ibu.

"Bu, lain kali kita nggak perlu bahas Raya lagi," ucap Arman sambil duduk di sofa.

"Heleh, kamu ini. Ya suka-suka ibu lah," jawab ibu santai, lalu berlalu masuk ke kamar.

Arman menghela napas panjang. Ibu ini sulit sekali diberi tahu. Aku hanya takut Diva salah paham.

Setelah itu, Arman masuk kembali ke kamar dan berbaring, bersiap untuk tidur.

Setelah salat Subuh, Diva bersiap untuk membersihkan rumah dan menyiapkan sarapan. Sekitar satu jam kemudian, rumah sudah rapi. Hari ini, ia memilih memasak menu sederhana ikan goreng, sambal, dan sayur.

Pukul 06.30, semua sudah siap. Saat Diva sedang membereskan meja, ia melihat suaminya bersiap menuju kamar mandi.

"Abang mau mandi ya? Bentar, ya, Diva siapkan dulu," ucapnya dengan ramah.

"Iya, Div. Abang mandi dulu," jawab Arman sambil berlalu ke kamar mandi.

Diva pun beranjak ke kamar.

"Udah masak, Div?" tanya ibu dari ruang tengah.

"Udah, Bu," jawab Diva.

"Bagus. Rumah juga sudah rapi," sahut ibu.

Diva hanya mengangguk, lalu kembali ke kamar untuk mempersiapkan segala keperluan suaminya.

Ya Allah, semoga rumah tanggaku tetap baik-baik saja, batinnya lirih. Setelah semuanya siap, ia duduk di tepi ranjang sambil bermain ponsel.

Tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka. Arman sudah selesai mandi.

"Ini, Bang," ucap Diva sambil menunjuk pakaian yang telah ia siapkan.

"Iya, terima kasih, Diva," balas Arman dengan lembut.

Setelah semua siap, mereka keluar bersama.

"Bang, pamit ya," ujar Arman.

"Iya, Bang," jawab Diva, tak lupa menyalami suaminya.

"Udah mau pergi, kamu, Man?" tanya ibu dari dalam.

"Iya, Bu," jawab Arman, lalu menyalami tangan ibunya.

"Hati-hati," kata ibu dan Diva bersamaan.

Arman pun melajukan mobilnya meninggalkan rumah.

Setelah itu, Diva masuk ke kamar untuk membersihkan diri. Setelah rapi, ia baru sarapan bersama ibu.

Setelah semua urusan beres, Diva bersantai di ruang tengah sambil menonton televisi.

1
Pudji hegawan
cerita yg bagus
Thida_Rak: Terima kasih kak🙏🏻🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!