Ardian Pramana seorang pria tampan yang arogan sombong yang hobinya balapan liar dan suka mempermainkan wanita hingga membuat kakeknya resah karena dia adalah cucu tunggalnya hingga ia ingin mencari jodoh untuk sang cucunya,
karena pringai sang cucu seperti itu maka ia meminta tolong sahabatnya yg kebetulan memiliki pondok pesantren An Nur dan berharap agar salah satu santriwati berkenan agar menjadi istri sang cucu.
Apakah ada dari mereka yang bersedia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penasaran
Sabtu 8:45
Sudah berjalan satu bulan pernikahan Ardiyan dan Anisah.dan baru hari ini Ardiyan bermalas-malasan karena selama ini ia selalu pergi pagi sekali dan pulang larut malam dan bila hari libur dia biasanya hanya berkumpul dengan teman-temannya atau menghabiskan waktu di apartemennya.
Semenjak Ardiyan melihat segala kelebihan Anisah dia sedikit Penasaran dan sepertinya dia memiliki ketertarikan pada Anisah akhirnya diam-diam ia selalu memperhatikan Anisah.
"Mengapa kau selalu membuat ku penasaran. mata itu.. mata itu mengapa setiap melihatnya membuat jantungku ooh apa ini _@rdiyan
Pagi ini dia melihat Anisah sedang memasak. Ya baru hari ini dia berniat sarapan di rumah.
Ardiyan pun menghampiri dapur dan duduk di meja makan sambil terus memperhatikan Anisah. Anisah yang di perhatikan hanya menundukkan kepalanya sekilas tanda di memberikan salamnya. Dan di anggukkan juga oleh Ardiyan dan sedikit senyuman.
"hmmm harum sekali masakannya membuat perutku meronta-ronta"_ batin Ardiyan.
Setelah selesai memasak Anisah pun menyusun masakan di meja makan dan ia juga menyediakan nasi dan lauk di piring Ardiyan dan menyerahkan pada Ardiyan. Setelah selesai dia bermaksud ingin meninggalkan Ardiyan tapi tangannya di tahan.
"Apakah kamu tidak ingin makan bersama ku?" Tanya Ardiyan namun tidak di jawab oleh Anisah.
"Duduklah kita makan bersama" ucapnya lagi dan di anggukkan oleh Anisah.
Anisah pun duduk di depan Ardiyan, ia mulai mengambil nasi dan lauk pauknya setelah berdoa ia pun memakan, makanannya.
Tak ada suara mereka makan penuh khidmat cuma sesekali ardiyan memperhatikan cara Anisah makan ia hanya membuka sedikit cadarnya dan menutup lagi, tidak sedikitpun kelihatan di balik cadar itu membuat Ardiyan semakin penasaran.
"*Mengapa ia tak membuka cadarnya? apa seperti itu tidak menyulitkan nya? aku benar-benar penasaran ingin melihat wajahnya.
haiis kenapa dulu aku melarang ia membuka cadarnya ya" _batin Ardiyan ngerutuk dirinya.
"deg deg deg.. ma syaa Allah ini jantung kenapa terus berdebar kencang ya setiap bang ardiyan menatap ku...ooh ya Rabb tenangkan debaran di dada ini.__ Anisah*
Setelah selesai Anisah membersihkan peralatan makan mereka tadi dan setelah beres ia pun menaiki tangga menuju kamarnya tak berapa lama ia turun kembali membawa tas ransel yang biasa ia bawa untuk keperluannya di pondok.
Anisah menghampiri Ardiyan dan mengulurkan tangannya hendak menyalami. Ardiyan menerima uluran tersebut. Anisah pun mencium tangan Ardiyan membuat Ardiyan kaget.
"Eh apa ini.. tangannya dingin sekali dan terasa lembut" _@rdiyan
"Kamu mau pergi?" Tanya Ardiyan. Dan di anggukkan oleh Anisah.
"Apakah kamu mau pergi ke pondok? " Tanyanya lagi. Dan masih di anggukkan Anisah.
"Ya sudah ayo aku antar, sekalian aku mau pergi bersama Dimas" ucapnya lagi. Tapi Anisah tidak memberi respon.
"Jangan khawatir nanti aku juga akan menjemput mu setelah kerjan ku selesai" tambahnya. Dan di anggukkan Anisah
"Ma syaa Allah perubahan yang sedikit namun membuat bahagia.. terimakasih ya Rabb" _ Anisah.
Akhirnya Ardiyan dan Anisah berangkat menuju pondok. Hanya menempuh 20 menit mereka pun sampai, sebelum turun Anisah kembali menyalami Ardiyan. Setelah Anisah tak terlihat lagi di balik pagar Ardiyan kembali melajukan mobilnya untuk menemui teman-temannya.
________
Maafya episode ini hanya berisi curahan hati Ardiyan dan Anisah saja.
jangan lupa tinggalkan jejak yaa guys 😉