Aku Bukan Wanita Malam

Setelah selesai dari rumah Viona, akhirnya Arya sedikit menjadi lebih tenang. Dimana sebelumnya ia sempat begitu khawatir tentang hubungannya yang hampir kandas karena pernikahannya.

Arya segera memarkirkan mobilnya di garasi mobil, ia masih terdiam sejenak, karena Arya mengetahui apa yang akan terjadi setelah ini.

" Syukurlah, Viona percaya dan masih bisa menerimaku. Jika tidak lebih baik aku tidak perlu hidup lagi. Dari pada tetap hidup tapi bersama wanita malam itu seumur hidup. Tidak mungkin! Bisa- bisa aku kena serangan jantung karena emosi setiap hari melihat wajah wanita tidak tau diri itu! " Gumam Arya masih di dalam mobilnya.

" Hallo, sayang aku baru sampai di rumah! " Ucap Arya mengabari Viona melalui panggilan di ponselnya.

" Baiklah sayang, Aku ingin setelah sampai di kamarmu, kamu tetap menelfonku. Aku tidak ingin kamu sampai tergoda dengan wanita malam itu! " Ucap Viona di balik telefon.

" Ia, aku akan menelfonmu. Tidak mungkinlah sayang aku tergoda dengan wanita malam seperti itu! Kamu jangan khawatir. Bahkan aku ingin segera menyingkirkannya. wanita itu hanya bisa mengotori kamarku! " Jawab Arya merutuki Aneska.

" Memang aku tidak perlu khawatir, karena aku yakin kamu masih mencintaiku Arya. Namun, aku takut jika dia berusaha menggodamu. Jadi aku akan menjagamu Arya. Dan aku ingin melihat bagaimana reaksimu sekamar dengan wanita jal*ng itu? " Batin Viona.

Dimana membuat Viona tersenyum mengembang mendengar penjelasan Arya yang ternyata tidak menginginkan Aneska sama sekali.

" Sudah sayang, tunggu aku menelfonmu kembali. Aku tidak ingin melihat kakek mencurigai kepergianku. " Lanjut Arya yang mengerti bahwa pasti Brasetyo akan menyadari kepergiannya.

" Baiklah sayang! " Ucap Viona langsung mengakhiri panggilannya bersama Arya. Arya segera turun dengan malas, melangkah masuk ke dalam rumahnya. Dimana Arya mengerti pasti Brasetyo sedang menunggunya saat ini.

" Kamu datang dari mana Ar?" Tanya Brasetyo melihat kedatangan Arya. Benar saja, Brasetyo tengah menunggu kedatangan Arya semenjak tadi.

Bukankah Brasetyo melarangnya untuk pergi bekerja dan tetap berada di dalam rumah, untuk memberi Arya waktu mengenal diri istrinya. Namun, tidak disangka Arya tidak menuruti perintah Brasetyo.

Brasetyo duduk di kursi mewah ruang tamu dengan kacamata yang bertengger di wajahnya. Ia menatap sang cucu dengan tatapan mengintimidasi, semenjak tadi Brasetyo mengetahui kepergian Arya.

" Sepertinya Arya datang dari rumah wanita itu. Arya.. Arya.. Mengapa dia tidak mengerti juga, jika semua yang aku lakukan hanya untuk membuatnya bahagia. Namun sepertinya hatinya begitu keras. Wanita itu cukup beruntung mendapatkan kepercayaan Arya sebesar itu, aku harap Arya tidak akan menyesal, jika telah mengetahui semua kebenarannya. " Batin Brasetyo sambil menatap Arya.

Padahal Brasetyo meminta Arya agar tetap berada di rumah selama beberapa hari ini. Namun tanpa izin atau sekedar pamit, Arya meninggalkan rumahnya begitu saja.

Arya menghentikan langkahnya seketika, melihat Brasetyo seakan menunggu kedatangannya.

" Ada urusan penting kek!" Ucap Arya, tentu jika ia mengatakan hal yang sebenarnya akan membuat Brasetyo marah besar dan mungkin akan membahayakan kondisinya kembali.

" Urusan sepenting apakah, yang membuatmu tergesa-gesa berhembus seperti angin, meninggalkan rumah seperti tadi? Kakek harap kamu tidak menemui wanita itu lagi! Statusmu telah berubah, kamu sudah sah menjadi suami Aneska!" Jelas Brasetyo menatap Arya dengan serius memberi peringatan.

" Cukup kakek! Arya ingin tinggal berpisah!" Ucap Arya sambil mengerutkan kedua alisnya hingga menyatu.

"Maksudmu?" Brasetyo tidak mengerti dengan arah pembicaraan Arya.

" Biarkan Arya mengenal istri Arya. Izinkan Arya tinggal bersama istri Arya!" Jelas Arya. Ini merupakan rencana Arya untuk menyingkirkan sang istri. Dengan begitu Arya bisa kembali kepelukan Viona.

" Baiklah, jika Arya tinggal bersama dengan Aneska, mungkin Arya akan memiliki waktu luang untuk mengenal Aneska lebih dalam lagi. Dan setelah itu aku akan segera menggendong cicit. " Batin Brasetyo penuh harap.

" Lucu sekali bukan? Apa mengenalnya? bahkan aku merasa mual melihat wajahnya. Aku akan membuatnya sengsara sampai sadar diri dan bangun dari mimpinya! Bahkan dia tidak berhak memimpikanku! " Batin Arya.

" Kakek tidak keberatan, tapi kamu harus melakukan resepsi pernikahan terlebih dahulu!" Ucap Brasetyo.

Bukan Brasetyo namanya, jika tidak memanfaatkan sesuatu yang menguntungkan. Brasetyo berusaha menyembunyikan senangnya karena mungkin keinginan selanjutnya akan segera tercapai yaitu mengenalkan Aneska sebagai istri Arya di hadapan publik.

" Apa? Resepsi pernikahan? Ya ampun, kakek benar-benar sudah hilang akal! Tapi, jika seandainya aku menolaknya, aku akan benar-benar menderita tetap tinggal disini. Semakin lama kakek semakin di luar batas. Bahkan dia akan membuatku tidak menemui Viona. Bagaimana aku bisa tahan tidak berjumpa dengan Viona? Setiap saat aku merindukannya." Batin Arya.

" Apa resepsi pernikahan?" Arya terkejut, karena jawaban Brasetyo bukan hal yang diinginkannya.

" Hahaha benar, aku harus memperkenalkan Aneska kepada publik, supaya kamu juga tidak macam- macam dengan pernikahanmu Arya. Kamu ingat pernikahan ini lelucon! Setelah menyelesaikanmu baru aku akan mencari calon istri untuk adikmu! Dengan begini kan aku bisa tenang jika sampai ajal menjemputku tiba- tiba! Karena istri- istri cucuku bisa mengurus cucuku dengan baik. Dan cicitku masih bisa melihatku! " Batin Brasetyo senang.

" Benar! Bukankah bagus, jika orang lain tau jika CEO Mixcel telah menikah!" Jawab Brasetyo tersenyum.

" Bagus apanya! Jika mereka tau jati diri perempuan malam itu, aku akan benar-benar malu! Tidak, bagaimana mungkin mereka bisa tertarik dengan club menjorok ke dalam itu. Bahkan, club tersebut tak terlihat. Mereka pasti tidak akan mengenalnya. Colegaku orang-orang terpandang semua. Untuk apa ke club sekecil itu! " Batin Arya.

" E..Baiklah! Lebih cepat lebih baik!" Jawab Arya tanpa berfikir ulang karena ingin segera meninggalkan rumah kakeknya, agar segera terlepas dari Brasetyo dan bebas bisa bersama Viona kapan saja. Agar bebas membuat Aneska menderita.

" Aku akan benar-benar menyingkirkan wanita gulma dan penjilat itu! Sial!!!! " Batin Arya mengepalkan tangannya erat.

Arya telah merengut dan begitu kesal dengan segala perintah Brasetyo yang di luar akal. Jika Arya tetap tinggal bersama Brasetyo, tentu Arya semakin kesulitan bertemu dengan Viona atau pun melakukan segala hal yang harus di atur oleh Brasetyo.

Dan niat terbesar Arya adalah menyingkirkan Aneska sesegera mungkin dari kehidupannya. Tak masalah, jika pada akhirnya dunia tau jika ia telah menikah. Dan mungkin dunia akan terguncang dengan kabar perceraian yang mungkin tidak lama lagi akan terdengar menurut Arya.

Arya pun bergegas meninggalkan Brasetyo sebelum sang kakek meminta hal yang lebih gila lainnya. Arya mengepalkan tangannya karena semua keluh kesahnya tak tersampaikan.

" Tunggu saja, lihatlah bagaimana kamu bisa bertahan, aku akan benar-benar membuatmu tidak akan berani mengusik kehidupanku lagi! Dasar wanita parasit tidak tau diri!!!! " Batin Arya.