NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gasekil (Gadis Seratus Kilo)

Mengejar Cinta Gasekil (Gadis Seratus Kilo)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Karena Taruhan / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Idola sekolah / Cintapertama
Popularitas:21k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Raska adalah siswa paling tampan sekaligus pangeran sekolah yang disukai banyak gadis. Tapi bagi Elvara, gadis gendut yang cuek dan hanya fokus belajar, Raska bukan siapa-siapa. Justru karena sikap Elvara itu, teman-teman Raska meledek bahwa “gelar pangeran sekolah” miliknya tidak berarti apa-apa jika masih ada satu siswi yang tidak mengaguminya. Raska terjebak taruhan: ia harus membuat Elvara jatuh hati.

Awalnya semua terasa hanya permainan, sampai perhatian Raska pada Elvara berubah menjadi nyata. Saat Elvara diledek sebagai “putri kodok”, Raska berdiri membelanya.

Namun di malam kelulusan, sebuah insiden yang dipicu adik tiri Raska mengubah segalanya. Raska dan Elvara kehilangan kendali, dan hubungan itu meninggalkan luka yang tidak pernah mereka inginkan.

Bagaimana hubungan mereka setelah malam itu?

Yuk, ikuti ceritanya! Happy reading! 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Game

Dari kejauhan, Vera berdiri di dekat meja minuman, jemarinya memutar pelan sedotan di gelas. Matanya tak lepas dari satu sosok.

Raska.

Seorang temannya menyenggol sisi lengannya pelan. “Ver, lo beruntung banget… pangeran sekolah datang ke pesta lo.”

Teman yang lain langsung nyeletuk sambil menahan senyum. “Selama ini dia gak pernah datang ke acara beginian. Lo tuh spesial, Ver.”

Vera terkekeh kecil, tapi matanya masih mengarah ke satu titik. “Jangan gede rasa dulu.” Ia menganggukkan dagu ke arah taman kecil di dekat kolam. “Lihat sendiri.”

Temannya mengikuti arah pandangnya.

Raska berdiri… bersama Elvara. Bukan hanya berdiri. Tapi berbicara. Terlihat… nyaman.

Vera melanjutkan dengan nada tenang, bukan cemburu, lebih seperti analisasi. “Dari tadi dia datang… dia gak nyamperin gue. Padahal gue yang ulang tahun.” Ia menyesap minumannya. “Dia langsung ke Elvara.”

Teman-temannya saling pandang.

“Iya juga ya…”

“Padahal selama ini gak ada cewek yang berani terlalu dekat sama dia.”

Vera mengangguk pelan. “Dan Elvara… satu-satunya.”

Ia melirik ke arah tiga sosok lain yang berdiri di sisi Raska.

Asep yang mulutnya gak pernah bisa diam. Vicky yang bergaya sok playboy tapi absurd. Gayus yang sok bijak kayak profesor gagal.

“Lihat mereka,” ujar Vera pelan. “Mereka itu… apa adanya.”

Temannya mengangguk kecil.

“Gak jaim.”

“Gak caper.”

“Gak jaim-jaim club.”

Vera tersenyum tipis. “Itu poinnya.” Ia menatap Raska lagi. “Kayaknya Raska gak suka orang yang pura-pura sempurna.”

Jeda.

“Dia nyaman sama orang-orang yang gak jaim. Gak jual citra.” Ia menoleh ke Elvara. “Dan Elvara? Dia bukan tipe yang mau menarik perhatian siapa pun.”

Teman-temannya mulai paham.

“Otaknya jalan.”

“Gak lebay.”

“Gak cari spotlight.”

Vera akhirnya menyimpulkan, suaranya ringan tapi tepat. “Gue gak bisa nebak soal perasaan orang. Itu wilayah gelap.” Ia mengangkat bahu kecil. “Tapi satu hal yang gue yakin…”

Ia melirik kembali ke arah mereka.

“Raska lebih tertarik sama orang yang jujur jadi diri sendiri daripada yang sibuk pencitraan.”

Temannya tertawa kecil.

“Kita, cewek-cewek ini? Ja-im semua.”

Vera ikut terkekeh. “Iya. Baper dikit. Cemburu dikit. Drama dikit.” Ia meneguk minumannya. “Makanya… jadi orang kayak mereka itu gak gampang.”

Sementara Raska masih berdiri dekat Elvara. Tiga “bodyguard murahan” masih di sekitar. Dan di balik musik pesta, perlahan terlihat, dunia Raska memang terasa lebih hidup saat ia tidak harus berpura-pura.

Lampu-lampu kecil digantung melingkar di sekitar kolam. Musik diputar pelan. Tawa dan suara gelas saling beradu.

Vera berdiri di tengah kerumunan, pisau kecil di tangan. Kue ulang tahun sudah siap dipotong.

“Make a wish!” teriak seseorang.

Vera tersenyum, meniup lilin.

Tepuk tangan pecah. Kue dipotong, dibagikan. Dan begitu semua memegang piring kecil berisi kue, Vera mengangkat mikrofon.

“Oke, biar malam ini makin meriah…” Ia menunjuk ke podium kecil dekat kolam. “...yang mau nyumbang suara, naik ke sini. Karaoke bebas. Yang penting niat.”

Sorak sorai langsung pecah.

Dan…

Vicky mengangkat tangan paling duluan. “Biar gue buka panggung,” katanya penuh percaya diri.

Asep langsung nyengir. “Wah… pembuka acara dari burung kenari gagal terbang.”

Vicky naik ke podium. Ambil mic. Ambil napas.

Musik diputar: lagu mellow.

Awalnya… Suaranya bagus. Beneran bagus. Semua yang tadinya bercanda langsung bengong.

“Eh… kok bagus?” bisik seseorang.

Lalu masuk nada tinggi.

Dan…

FALS total.

“AAAAaaaaAAAAAA—”

Suaranya melengking kayak pintu besi karatan diseret di lantai.

Orang-orang refleks menutup telinga.

“Eliminasi dini!” teriak seseorang.

Vicky panik. Salah lirik. Dan malah lanjut lagu lain.

“Raaaaaa nii… seberapa pantas ku untuk…”

Di bagian cepatnya:

“…katakatakatakatakata… eh salah… ulang, ulang!!”

Ketuker.

Keringat mengalir. Mic digenggam kayak pegangan hidup.

Asep sudah jatuh duduk. “Ini bukan nyanyi… ini ritual pemanggilan arwah nada fals.”

Begitu Vicky turun dengan harga diri tersisa 2%, Asep langsung meloncat berdiri.

“SIAPA YANG BERANI NYANYI ‘JURAGAN EMPANG’?!”

Semua langsung “HUAAAAAA!!”

“SAWERAN DARI GUE!” Asep mengangkat dompet.

"Gue." Ada satu cewek berani naik panggung. “Tapi awas lo ya,” katanya sambil tunjuk Asep, “Jangan cuma nyawer dua ribuan!”

Asep menepuk dada. “Asal goyang lo meyakinkan, duit ngucur.”

Musik diputar.

“Juuuuragan empaaang…” 🎶

Cewek itu mulai goyang.

Masuk reff… Asep naik ke panggung.

Dan…

SAWER BENERAN.

Uang beterbangan. Jogednya Asep absurd. Tangannya naik turun kayak baling-baling rusak.

Orang-orang sudah tidak bisa duduk. Meja bergetar karena tepukan tangan.

Di sudut ruangan, Elvara duduk. Makan kue. Wajah datar. Kayak nonton dokumenter sarang semut.

Gayus menyesap minuman. Komentarnya pelan tapi menusuk: “Secara teori… ini bukan karaoke. Ini pelepasan stres massal.”

Raska duduk di sebelahnya. Senyum tipis. Sangat tipis. Tapi jelas ada.

Bella berdiri sambil melipat tangan. “Jijik banget,” gumamnya.

Vera?

Tertawa puas. “Acaraku sukses.”

Vicky duduk sambil menepuk baju. “Gue trauma nada tinggi.”

Asep masih di panggung.

“NEXT!! SIAPA LAGI?!”

Dan Elvara?

Masih makan kue. Tenang. Cuek. Dunia boleh chaos. Dia tetap damai. Dan dari sudut matanya, ia sadar…

Raska meliriknya. Sekilas. Dan kali ini… ia tidak langsung mengalihkan pandang.

Lampu taman menyala lebih terang.

Vera berdiri di tengah lingkaran, tangan di pinggang, suara lantang seperti MC pensi kelas.

“Oke semuaaa… Kita ke acara selanjutnya. Game berpasangan. Sebelum game dimulai, aturan pertama!”

Ia menaikkan jari telunjuk.

“Gue hitung sampai lima. Semua harus punya pasangan lawan jenis!”

Sorakan pecah.

Detik itu juga… bumi villa terasa goyang. Cewek-cewek di sekitar Raska langsung mode sprint.

Satu nyenggol bahu. Satu lagi narik lengan. Ada yang pura-pura jatuh biar “tidak sengaja” nempel.

“Raska bareng gue aja!”

“Eh gue duluan pegang lengannya!”

“Aku di sebelah dia duluan tau!”

Bella yang dari tadi pura-pura kalem langsung gerak cepat, rambut dikibas dramatis.

Vera mulai hitung.

“SATU…!”

Riuh.

“DUA…!”

Cowok-cowok mulai panik cari cewek.

“TIGA…!”

Bella sudah hampir sampai ke Raska.

Asep dari jauh bisik ke Vicky: “Bro… ini kayak survival game.”

“EMPAT…!”

Raska yang dari tadi diam… tiba-tiba bergerak. Bukan ke Bella. Bukan ke cewek-cewek cantik.

Tapi lurus.

Langsung menembus kerumunan. Tangannya terulur. Dan... menggenggam pergelangan tangan Elvara.

Elvara yang lagi makan puding, bahkan belum selesai menelan.

“…Hm?”

“Sama gue,” bisik Raska pendek. Lalu… ia menarik Elvara ke sampingnya.

Vera teriak:

“LIMA!”

Semua berhenti.

HENING.

Satu villa menoleh ke arah mereka.

Raska berdiri di sana. Tangan masih menggenggam tangan Elvara.

Bella? Membeku seperti patung mahal salah posisi.

Trio komentator sudah punya pasangan masing-masing tapi langsung kompak melongo.

Asep ke pasangannya: “Maaf ya… fokus gue ke sejarah.”

Vicky pegang tangan pasangannya tapi matanya ke Raska: “Ini bukan game… ini deklarasi perang sosial.”

Gayus bergumam sambil mengunyah cemal-cemil: “Fenomena langka. Pangeran memilih ketenangan dibanding estetika.”

Elvara menoleh pelan ke tangan mereka yang masih saling menggenggam. “…udah bisa dilepas.”

Raska cepat-cepat lepas, agak kaku.

“Sorry.”

“Gak apa.”

Vera berdeham keras, menarik perhatian semua orang lagi. Semua kepala menoleh ke arahnya.

“Oke… karena sekarang semua orang udah punya pasangan…” suaranya ditarik sedikit, penuh efek dramatis.

Senyumnya naik perlahan. Licik. Puas.

“Kita main…”

ia mengangkat tangan tinggi-tinggi,

“versi paling berbahaya dalam sejarah pertemanan.”

Ruangan langsung riuh.

“TRUTH OR DARE!”

SORAKAN meledak. Tawa, siulan, tepuk tangan.

Dan tanpa sadar, tangan Raska kembali menggenggam tangan Elvara.

Tidak dramatis. Tidak ditanya.

Refleks.

Elvara?

Tidak memberontak. Tidak bereaksi. Wajahnya tetap datar. Fokus ke depan. Seolah berkata: ya udah.

Pegang aja kalau mau.

Dari kejauhan… Bella menatap itu semua. Rahangnya mengeras. Urat di lehernya menegang. Tangannya mengepal perlahan. Matanya panas. Seperti ingin membakar sesuatu.

...🌸❤️🌸...

Next chapter...

Botol muter. Semua nahan napas.

Berhenti di: Raska.

Vera membaca tantangan keras-keras:

“DARE: Telepon pasangan… dan bilang ‘Aku kangen’ dalam enam kata.”

To be continued

1
Puji Hastuti
Lanjut kk
sunshine wings
😢😢😢😢😢🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana... 🙏🙏🙏😁
sunshine wings
Alhamdulillah ya Rabb.. 🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼
sunshine wings
cepetan Raska.. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻😢😢😢😢😢
sunshine wings
😢😢😢😢😢
anonim
Ternyata pak Nata memantau Raska terapi pada dokter Wira. Baguslah.

Pak Nata mengenal Asep, Vicky, dan Gayus. Mereka bertiga tidak mengenal pak Nata, papanya Raska.

Ketika pak Nata mendatangi mereka bertiga yang sedang makan cilok di taman belakang sekolah, tak tahu Om itu siapa. Baru setelah pak Nata memperkenalkan diri - menyebut nama, mengatakan - ayahnya Raska, ketiganya langsung kaget.

Ngomong-ngomong Raska-nya kemana ini. Apa sedang duduk berdua dengan Elvara ?

Lisa ini perempuan nggak benar, melihat sejarahnya menikah dengan pak Nata.
Sebagai seorang ibu juga membawa pengaruh negatif bagi Roy, anaknya. Pantaslah Roy kelakuannya nggak benar. Turunan ibunya.
sunshine wings
🤬🤬🤬🤬🤬
mery harwati
Udah enak itu Lisa & Roy dikasih kemewahan oleh Nata meski dibatasi, tapi apakah sepak terjang mereka diawasi oleh Nata? Jangan berpikir karena finansial dibatasi mereka lupa diawasi, hati² Nata, orang licik tetep akan mencari cara untuk sampe tujuan hidupnya 🫣💪
sunshine wings
😢😢😢😢😢😭😭😭😭😭
Tolong kembali Elvara.. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Fadillah Ahmad
Betul, Karna dokter punya kode etik profesi yang harus di taati, dan Dokter Wajib menjaga Rahasia pasiennya. 🙏🙏🙏
sunshine wings
😢😢😢😢😢
Fadillah Ahmad
Ya elah, si paling Sibuk 😁😁😁
sunshine wings
lho boleh tenggelam situ.. busuk ati.. 😏😏😏😏😏
Felycia R. Fernandez
kamu anak hasil dari gundik...
ya beda donk hasil dari anak wanita tercinta..
tapi dasar kamu dan emak mu sama sama gak tahu diri...
anak pertama yang seharusnya jadi raja malah terusir dari rumah sendiri...
itu pun kamu gak tahu diri juga
sunshine wings
😡😡😡😡😡
sunshine wings
😮😮😮😮😮😤😤😤😤😤
sunshine wings
🤣🤣🤣🤣🤣
sunshine wings
💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻💃🏻🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!