NovelToon NovelToon
Membawa Benih Sang Casanova

Membawa Benih Sang Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Action / Romantis / Mafia
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Demi biaya pengobatan ibunya, Alisha rela bekerja di klub malam. Namun kepercayaannya dikhianati sang sahabat—ia terjerumus ke sebuah kamar hotel dan bertemu Theodore Smith, cassanova kaya yang mengira malam itu hanya hiburan biasa.
Segalanya berubah ketika Theodore menyadari satu kenyataan yang tak pernah ia duga. Sejak saat itu, Alisha memilih pergi, membawa rahasia besar yang mengikat mereka selamanya.
Ketika takdir mempertemukan kembali, penyesalan, luka, dan perasaan yang tak direncanakan pun muncul.
Akankah cinta lahir dari kesalahan, atau masa lalu justru menghancurkan segalanya?
Benih Sang Cassanova

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MBSC+

"SEMUA... PERGI!!!"

Suara Theo menggelegar, mengisi setiap sudut ruang pemotretan itu. Nadanya tajam, dingin, dan tak menyisakan ruang untuk penolakan. Namun tatapannya tak beralih sedikit pun dari sosok Alisha, yang kini berdiri kaku, seperti tertusuk petir.

Suasana mendadak sunyi.

Tak ada yang berani bicara. Bahkan langkah pun seolah tertahan di udara.

Tapi begitu mereka menangkap sorot mata CEO muda itu—mata tajam bak elang yang mengancam—satu per satu langsung menunduk dan pergi dari ruangan. Penata rias menarik lembut lengan Alisha, mengisyaratkan untuk ikut keluar.

Alisha menunduk. Ia ikut berjalan ke arah pintu, mencoba menahan debar jantungnya yang anehnya begitu keras. Namun, saat melewati Theo, suara berat itu kembali terdengar.

"Kecuali kau."

Langkah Alisha langsung terhenti. Ia menoleh perlahan, dan untuk pertama kalinya, mata mereka bertemu.

Deg.

Tatapan itu. Sorot itu. Aura pria ini benar-benar membuat tubuhnya bergetar. Ada sesuatu yang mengintai dari balik ketegasannya—sesuatu yang ia belum pahami, tapi terasa menakutkan.

Theo melangkah pelan mendekatinya. Setiap langkahnya seperti memaku Alisha di tempat. Ia mundur reflek, merasa napasnya mulai sesak.

"Kau mau pergi lagi?" Suaranya dalam dan sarat luka. "Lima tahun lalu kau hilang tanpa jejak, dan sekarang... kau berniat kabur lagi?"

Alisha mengerutkan dahi. Ia mencoba memahami ucapan pria itu, namun semuanya terasa asing.

"Maaf, Tuan. Sa—saya tidak mengerti apa yang Anda maksud," ucapnya, suara bergetar, nyaris seperti bisikan.

Di luar ruangan, Elsa yang baru saja keluar, menatap pintu dengan gelisah. Ia menoleh ke arah Jimy yang berdiri di depannya, menghalangi jalan.

"Aku harus masuk. Bagaimana kalau temanku dibvnvh di dalam sana?!" desisnya panik.

Jimy menarik napas panjang. "Tenang. Presdir tidak akan membvnuh siapa pun. Dia bukan penjahat"

"Kau yakin? Tatapannya barusan seperti singa kelaparan yang baru keluar dari kandang!"

"Justru karena itu aku menahanmu. Kalau kau masuk, bisa-bisa kau yang dimangsa duluan," balas Jimy sambil menarik lengan Elsa menjauh.

"Hei! Lepas! aku serius!" Elsa berteriak kesal, namun Jimy tetap menariknya dan menutup pintu perlahan, membiarkan suasana di dalam ruangan mengurung dua orang yang kini terjebak oleh masa lalu.

Di dalam ruang makeup...

Alisha mundur sampai punggungnya membentur meja rias. Napasnya tak beraturan. Tangannya meraba permukaan meja, mencari pegangan, namun tak ada yang bisa ia jadikan pelindung dari tatapan pria di depannya.

Theo berdiri hanya beberapa inci darinya. Sosok tinggi dan dingin itu perlahan mengangkat tangan, menyentuh dagu Alisha dengan dua ujung jarinya.

"Lihat aku baik-baik," bisiknya nyaris tak terdengar. "Kau sungguh tidak mengingatku?"

Alisha hanya bisa menatap, matanya bergetar, sementara jantungnya berdentum tanpa ritme.

Theo tersenyum tipis. Bukan senyum hangat—tapi senyum getir yang menyimpan amarah dan luka.

"Aku adalah pria yang menolongmu malam itu. Malam saat kau dipengaruhi ob4t... malam yang mengubah segalanya."

Mata Alisha membelalak. Sejenak, dunia di sekelilingnya mengabur. Ingatan itu… samar tapi nyata… berkelebat begitu saja. Cahaya remang, tubuhnya yang lemah, seseorang yang berada dalam pelukannya, aroma parfum maskulin yang menusuk indera...

"Tidak..." bisiknya pelan. "Aku... aku bukan wanita malam itu. Kau salah orang."

Theo tertawa kecil, getir. Tatapannya berubah tajam.

"Kau mau membohongiku?"

Dalam sekejap, tangannya menarik pinggang Alisha, mendekatkannya ke d4da bidangnya. Tubuh mereka kini hanya dipisahkan helaan napas.

"Sejak malam itu, hidupku tak lagi sama. Aku menjadi tak normal... karena kau." Ia menyentuh pipi Alisha dengan lembut, namun sorot matanya menyiratkan badai.

Alisha mencoba mengelak, tubuhnya bergetar.

"Kau salah orang..." bisiknya, matanya berkaca-kaca.

"Kalau begitu..." Theo mendekatkan wajahnya. "Kenapa jantungmu berdetak kencang ketika aku menyentuhmu?"

Alisha tercekat.

Ia tak tahu siapa pria ini. Tapi kenapa... kenapa perasaannya seperti ini? Ada sesuatu dalam dirinya yang berkata: dia tidak asing.

Theo menatap Alisha tajam, napasnya kini lebih berat, seperti sedang menahan sesuatu yang sudah terlalu lama ia pendam.

“Kau mau bukti?” suara Theo terdengar berat, nyaris seperti bisikan, tapi cukup tajam menusuk udara di antara mereka.

Alisha terdiam. Tubuhnya gemetar, jantungnya berdebar terlalu kencang saat Theo perlahan mendekat. Tatapannya tak bergeser sedikit pun dari wajah lelaki itu.

“Ada tahi lalat di d4d4mu… warnanya cokelat gelap. Kalau kau masih mengelak, aku tak akan segan membuktikannya langsung di hadapanmu.”

Tangan Theo terangkat, hendak menyentuh tali gaun Alisha yang menggantung di bahunya. Namun dengan cepat, Alisha menangkap tangan itu, menahannya erat di depan da danya.

“Jangan...” bisiknya, matanya mulai berkaca. “Aku tidak tahu, dan tidak ingat siapa pria malam itu. Tapi... jika benar itu Anda, aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena sudah menyelamatkanku. Mari kita anggap semua itu... hanya sebuah kesalahan satu malam. Tidak ada yang dirugikan...”

Ucapan itu membuat rahang Theo mengeras. Wajahnya menegang, matanya menyipit penuh emosi.

“Kau bilang... tidak ada yang dirugikan?” gumamnya pelan, namun nadanya dalam dan penuh tekanan.

Tanpa memberi kesempatan untuk berkata lebih jauh, Theo menarik tubuh Alisha dengan satu tangan, mendek4pnya dalam jarak yang nyaris tanpa udara. Bibirnya mengha ntam bi bir Alisha dengan ciu man mendalam, penuh rasa yang tertahan selama bertahun-tahun.

Alisha terkejut, tubuhnya refleks menegang. Tapi rasa hangat yang mengalir dari sentuhan itu membuatnya perlahan melemah. Tubuhnya berhenti melawan. Ia tidak mendorong, tapi juga tidak men4rik.

“Kau… kau juga merindukan ini, kan?” bisik Theo di sela nap4snya yang memburv. Civman itu bergeser ke r4hang, lalu turun ke leher Alisha. Tvbvh perempuan itu bergetar, ia menahan napas, merem4s baju Theo tanpa sadar.

“Kita.. tak boleh...” suaranya pelan, penuh konflik, namun tak ada lagi penolakan tegas di dalamnya. Ia tahu dirinya juga sedang tenggelam dalam gejolak yang tak bisa dibendung.

Tanpa bisa ditolak, Theo mengangkat tubuh Alisha ke atas meja rias. G4un itu sudah setengah melorot, memperlihatkan kulit pucat yang memerah karena de s4h4n napas panas Theo. Kaki Alisha terbuk4 di sisi tvbuh Theo, dan tak ada satu pun di antara mereka yang berniat menghentikan semua ini.

“Kau membuatku gila sejak malam itu. Aku tak bisa menyentvh wanita lain, karena hanya tubvhmu yang tersisa dalam pikiranku. Kau telah mengutukku, Alisha… dan sekarang, aku ingin kau tahu rasanya.”

Saat tu bvh mereka bersatv dalam satu irama, Alisha menahan napasnya. “Ahh... Emmhh…” desisnya lirih, tubvhnya melengkung seiring ger4kan Theo yang perlahan namun intens.

Theo mencivm keningnya dengan lembut di tengah kegilaan itu. “Tubvhmu… candv. Ini bukan hanya tentang malam itu. Ini tentang kita… dan aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi.”

Tubvh mereka saling menempel erat. Alisha menutup matanya, antara malu dan pasr4h, tapi tak ada lagi penolakan dalam dirinya. Ia menikm4ti setiap alunan yang dimainkan tubvh Theo. Suara de s4han pelan, napas tercekat, dan bisikan rindu membuat ruangan itu menjadi saksi dari dua hati yang tertambat di masa lalu.

Sampai akhirnya, Theo men de s4h dalam dan memelvk Alisha erat. “Maaf… kalau tadi sedikit kasar. Aku hanya... terlalu rindu.”

Ia membenahi g4unnya dengan penuh perhatian, lalu membelai rambut dan pipi Alisha, menghapus air matanya yang jatuh tanpa sadar.

“Maukah kau menjadi wanitaku? Aku akan menjagamu… dan membahagiakanmu.”

"Kau mau menikahiku?," Tanya Alisha dengan suara pelan.

"Maaf, aku tidak suka berkomitmen. Kita bisa tinggal bersama tanpa menikah dan aku akan memberikan apapun yang kau minta," ucap Theo.

Namun, Alisha menunduk, Theo ternyata tidak berniat menikahinya, dan hanya mau menjadikan wanitanya dan itu membuat hatinya sakit. “Tidak… aku sudah memiliki kekasih. Jangan ganggu aku lagi. Anggap hari ini… sebagai balas budi.”

Theo terdiam. Saat hendak membuka suara, ponsel Alisha berdering. Ia segera menjawabnya.

“Halo sayang… sebentar lagi Mommy pulang, ya.”

Mata Theo menyipit tajam. Hatinya mencelos saat mendengar suara penuh kasih itu.

“Dia... anakku, bukan?” tanyanya pelan tapi pasti.

Alisha tersentak. “Tidak! Dia anakku...” jawabnya cepat.

Theo menatap wajah Alisha yang terlihat gugup.“Kau bohong. Aku pernah melihat kalian di pusat perbelanjaan bersama. Dan wajah anak itu, mirip denganku. Kau tidak bisa berbohong."

Alisha menegang, bagaimana Theo bisa tahu semua itu, "Kau salah, dia bukan anakmu...."

"Heuh.. kau bisa membohongiku sekarang, tapi ..  jika aku tahu kebenarannya… aku akan mengambil apa yang menjadi milikku.”

Lalu Theo pergi, meninggalkan Alisha yang kembali didera dilema dan rasa takut yang merayap pelan.

1
Reni Anjarwani
doubel up
Hari Saktiawan
selamat tahun Baru juga 🎊🎊🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎊🎉🎊🎉🎊🎊🎉🎉
Ndha: selamat tahun baru akak🤗🤗
total 1 replies
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉 selamat tahun Baru semua doa terbaik buat kita semua 🎉🎉🎉
Ndha: Aamiin... 🥳
total 1 replies
Bu Dewi
up lagi kak😍😍😍
Ndha: besok ya kak🤗
total 1 replies
Mifta Nurjanah
kurang itu hentakannya
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉 ayo Thor 🤗🤗🤗🤗🤗 di goyang up nya
Bu Dewi
up lagi kak🤭biasanya 2 kok ini cuma 1 seh/Whimper//Whimper//Grievance/
vj'z tri
ak hir nya ku menemukan mu ,saat haaati iiiini mulai meragukan , ku berharap engkaulah jawaban segala risau hatiku dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku🎉🎉🎉🎉🎉asekkkkkk
Aqillah Mustanir
up
Mifta Nurjanah
up lagi dongg minn
Bu Dewi
up lagi donk kak 🤭😄😍
Ndha: lanjut nanti kak😊
total 1 replies
vj'z tri
yakkkk itu Dady sayang Dady 🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
jangan an permen toko bahkan pabrik nya bakal langsung di kasih 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
ya di Dady mu dan sekarang pun bau tapi bau wangiiii princess 🎉🎉🎉🎉
Mifta Nurjanah
lanjut
Bu Dewi
wah, penasaran siapa yg gendong? masak theo sih,pasti lucu kalau thea nolak dia...hihihihihi
Ndha: tunggu kelanjutannya 🤗
total 1 replies
vj'z tri
bikin penasaran loh 🤭🤭🤭🤭
Bu Dewi
Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya waktu mereka ketemu nantinya😍😍😍🤭
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 kan ibu suri di balik layar
vj'z tri
ibu suri kah 🤔🤔🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!