NovelToon NovelToon
OBSIDIAN BLOOM

OBSIDIAN BLOOM

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Antagonis / Romansa / Reinkarnasi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:798
Nilai: 5
Nama Author: Dgweny

Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.

dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.

Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.

Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.

Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Mata Sang Arsitek Dan Kehancuran Timur

lBab 19: Mata Sang Arsitek dan Kehancuran Timur

(Risa/Elena Von Helberg, Darius Sterling, Serafina Lowe, Komandan Jada, The Obsidian Monarch, & The Weaver of Shadows)

Teriakan Komandan Jada terdengar parau saat bayangan pekat menyelimuti Benteng Zamrud. Bukan hanya kegelapan malam, melainkan bayangan yang terasa dingin, lapar, dan sangat dimensional. Di tengah pusaran itu, di puncak benteng giok, berdiri dua entitas yang harusnya berada di dimensi yang berbeda: The Obsidian Monarch dan The Weaver of Shadows.

The Monarch, Lucien De Martel, mengenakan baju besi kristal hitam yang bersinar keemasan. Dia tidak lagi menunjukkan kegilaan Obsesi, melainkan kejelasan dingin yang mutlak. Dia didampingi oleh The Weaver, entitas yang lebih abstrak, terbuat dari kain dimensional yang berputar-putar, mata tak berwujudnya memancarkan kelaparan terhadap sihir murni Kekaisaran Timur.

“Permainan sudah berakhir, Risa. Kamu lari ke Timur, tetapi kamu tidak bisa lari dari takdir. Kamu adalah Segel. Dan sekarang, aku, The Obsidian Monarch, akan menggunakanmu untuk mempersatukan dimensi.”

Suara Lucien yang baru, penuh otoritas kosmik, memecah keheningan. Dia tidak menyerang, dia mengamati. Dia ingin Risa menyadari ketidakberdayaannya.

Di halaman Benteng Zamrud, Komandan Jada dan para Ksatria Giok panik. Sihir elemental mereka, yang merupakan pertahanan utama Timur, mulai padam.

"Sihirku… dia menyerapnya!" teriak Jada, mencoba memanggil sihir Bumi. Hanya pasir tipis yang muncul. "The Weaver memakan sihir murni! Jangan gunakan sihir!"

Darius, The Shield, segera mengambil posisi, menarik Risa dan Serafina di belakangnya. "Kita harus lari! Benteng ini tidak bisa dipertahankan tanpa sihir!"

"Tidak," kata Risa, suaranya tenang meskipun tubuhnya gemetar. Dia menatap The Monarch. "Dia ingin aku lari. Dia ingin aku mengakui kelemahan Risa yang rapuh. Kita harus melawan di sini."

Dia menyentuh dadanya. Di sana, sisa-sisa energi dimensional netral yang dia serap saat Kristal Obsidian meledak terasa dingin, tenang, dan asing. Itu bukan sihir. Itu adalah arsitektur.

The Obsidian Monarch, dari atas, hanya tersenyum. "The Architect. Aku tahu kamu akan memahami ini. Datanglah padaku. Kita akan membangun dimensi baru."

The Weaver of Shadows bergerak. Bayangan dari kakinya menyebar seperti tinta hitam ke seluruh Benteng Zamrud, mencari sumber sihir. Saat bayangan menyentuh Ksatria Giok, energi mereka—esensi kekuatan elemental mereka—terhisap. Ksatria-ksatria itu roboh, tubuh mereka kosong dan dingin.

"Darius! Lindungi Serafina!" perintah Risa. "The Weaver mencari energi. Serafina adalah The Light; dia adalah ketiadaan sihir. Dia adalah satu-satunya yang tidak bisa dikonsumsi oleh Weaver!"

Darius mengangguk, The Shield bertindak berdasarkan naluri. Dia mendorong Serafina menjauh dari bayangan yang merayap. "Tetap di sisiku, Cahaya!"

Risa kini sendirian di tengah halaman, menghadapi The Monarch di atas dan The Weaver di sekelilingnya.

Dia memejamkan mata. Dia menarik energi dimensional netral yang baru dia serap. Dia tidak mencoba memanifestasikannya sebagai serangan. Dia mencoba memahaminya.

Observer, Weaver. Utara, Timur. Obsesi, Kelaparan. Ini adalah dua sisi dari dimensi yang sama.

Risa membuka matanya. Mata Risa yang normal kini memancarkan cahaya biru muda yang aneh—bukan dinginnya es, bukan hitamnya Obsidian, tetapi cahaya pemetaan dimensional.

Dia melihat Weaver. Bukan sebagai makhluk, tetapi sebagai retakan yang bergerak. Weaver adalah lubang hitam yang memakan sihir di dimensi ini.

Dia melihat The Monarch. Dia bukan sekadar Lucien. Dia adalah jembatan yang menyatukan kedua ancaman dimensional itu. Dia telah menyerap Manifestasi Observer, dan kini dia mengikatnya dengan Weaver.

Risa mengangkat tangannya, tidak dengan sihir, tetapi dengan kehendak murni. Dia memetakan ulang ruang di sekeliling The Weaver.

"Aku adalah Arsitek," bisik Risa. "Aku tidak akan bertarung. Aku akan membangun kembali."

Dia memaksakan energi dimensional netral itu. Lingkaran aneh, seperti diagram kompleks, mulai bersinar di udara di sekitar The Weaver. Dia tidak menyerang, dia membingungkan dimensi tempat Weaver berada.

Weaver menjerit, suaranya seperti kain sutra yang dirobek. Bayangan-bayangan itu menyusut, terpaksa kembali ke bentuk aslinya. Weaver tidak bisa lagi memakan sihir.

"Apa yang kamu lakukan?!" raung The Monarch, terkejut.

"Aku tidak menyerangmu, Lucien," jawab Risa, kepalanya sakit karena pemetaan yang rumit. "Aku hanya memperbaiki batas dimensi yang kamu langgar."

Melihat The Weaver tidak bisa lagi menyerap sihir, The Monarch turun dari benteng, mendarat dengan dentuman keras, Obsidiian Sentinels baru bermunculan dari lantai giok yang retak.

"Kamu telah tumbuh kuat, Risa," kata The Monarch. "Tapi kamu masih lemah. Kamu harus menjadi Vesselku."

Sementara Monarch menghadapi Risa, Serafina mengambil keputusan. Dia melihat Ksatria Giok yang kelelahan, melihat bagaimana sihir mereka lenyap. Dia tahu dia adalah satu-satunya yang tidak bisa disentuh oleh The Weaver.

Serafina berlari ke arah The Weaver.

"Serafina, jangan!" teriak Darius. "Dia akan membunuhmu!"

"Dia tidak bisa membunuh apa yang tidak dia mengerti!" balas Serafina.

Dia berdiri di depan The Weaver. The Weaver, yang bayangannya kini terbatas, mengarahkan matanya yang kelaparan kepada Serafina.

The Weaver mencoba menyerapnya. Serafina tidak merasakan rasa dingin, tidak merasakan tarikan. Dia hanya merasakan ketiadaan.

Weaver bingung. Tubuh Serafina, yang benar-benar tidak memiliki energi sihir (The Light), adalah racun bagi entitas yang dirancang untuk memakan sihir.

The Weaver mundur, bayangannya bergetar.

"Kamu adalah anomali," desis The Weaver, suaranya seperti bisikan ribuan hantu yang lapar.

"Aku adalah manusia biasa," balas Serafina, dengan keberanian yang mengejutkan. "Aku bukan makananmu. Pergi."

The Weaver tidak bisa menyentuhnya, tetapi ia juga tidak bisa meninggalkannya. Ini adalah kebuntuan dimensional.

Dengan Weaver yang terikat oleh Serafina, fokus pertarungan beralih ke Risa dan The Obsidian Monarch.

Darius, bersama Komandan Jada (yang kini hanya bertarung dengan pedang murni), menghadapi Sentinels Obsidian.

Risa menatap Lucien. "Kamu harus melepaskan Dominion itu, Lucien. Ini akan menghancurkanmu."

"Tidak," kata The Monarch. "Aku telah menemukan kebenaran. Obsesi bukanlah kegilaan. Obsesi adalah fokus. Dan aku fokus padamu."

Lucien menembakkan energi emas murni. Itu bukan es, bukan kegelapan, tetapi kehendak Obsidian yang murni. Risa, dengan energi dimensional netralnya, menciptakan perisai berbentuk diagram yang berputar-putar.

"Kamu hanya tahu cara menghancurkan, Lucien!" teriak Risa. "Aku tahu cara memurnikan!"

Lucien mendaratkan serangan. Perisai Risa retak, dan dia terlempar.

Darius melihat Risa jatuh dan berteriak, "Risa!" Dia berhasil menghancurkan Sentinel terakhir dengan pedang, dan bergegas membantu.

"Darius! Jangan! Aku butuh waktu!" perintah Risa.

Risa tahu dia tidak bisa mengalahkan Lucien secara fisik. Dia harus menyerang intinya: energi Dominion.

Dia memanggil kembali Visi yang dia dapatkan. Observer, Weaver. Dua sisi dari dimensi yang sama.

"Lucien! Kamu memiliki Manifestasi Observer di dalam dirimu!" teriak Risa. "Dan kamu telah membuat persekutuan dengan The Weaver! Kamu telah menciptakan Simpul Dimensional!"

The Monarch berhenti, terkejut. "Kamu tahu terlalu banyak, Arsitek."

"Aku tahu bagaimana memutus Simpul itu," kata Risa, dengan tekad. "Aku tidak bisa menyerangmu, tetapi aku bisa mengisolasi kamu dari Weaver!"

Risa mengarahkan semua energi dimensional netral yang tersisa, bukan untuk pertahanan, tetapi untuk menyerang Weaver yang sedang terikat oleh Serafina.

Dia memaksakan energi arsitekturnya, menciptakan dinding dimensional antara The Monarch dan The Weaver.

Dinding itu meledak. The Weaver menjerit, bayangannya terlempar kembali ke langit, kembali ke Kota Terlarang Emas, segelnya kembali, tetapi lebih rapuh dari sebelumnya. The Weaver telah diputus dari sekutunya.

The Obsidian Monarch, yang kini kehilangan dukungan dimensi, berguncang. Energi emasnya memudar, dan dia kembali menjadi Lucien De Martel yang hanya memancarkan Obsidian. Dia lemah.

"Tidak! Aku tidak akan kalah!" raung Lucien.

Dia melihat Risa, lemah tetapi menang. Dia melihat Darius dan Serafina. Dia tahu dia kalah dalam pertempuran ini.

Lucien menyalurkan energi Obsidian terakhirnya, tidak untuk bertarung, tetapi untuk memanggil.

Dari jurang di perbatasan, dari tempat Kristal Obsidian itu meledak, muncul sesuatu.

Itu adalah pedang Vengeance milik Lucien, yang kini terbuat dari Obsidian murni, dan di sampingnya, sebuah objek kuno—sebuah Gulungan Dimensi yang sangat tua yang berhasil ia selamatkan saat dia jatuh.

Lucien meraih pedangnya dan gulungan itu. Dia menatap Risa, matanya kembali menunjukkan kilatan Obsesi yang liar.

"Kamu menang dalam pertempuran ini, Risa. Tapi aku telah mengambil kunci untuk dimensi Observer. Aku akan menjadi Raja Obsidi di sana, dan aku akan kembali untuk mengklaimmu, Vessel."

Dia merobek Gulungan Dimensi itu, dan pusaran hitam terbuka di sampingnya—bukan badai kosmik, tetapi portal yang tepat.

Lucien melangkah ke dalamnya.

Portal itu menutup dengan sekali sentakan, meninggalkan Benteng Zamrud dalam keadaan hancur, tetapi tenang. Risa roboh, kelelahan total.

Darius dan Serafina berlari ke sisinya.

"Risa! Kamu berhasil! Dia pergi!" kata Serafina, lega.

"Tidak," bisik Risa, napasnya tersengal. "Dia tidak pergi. Dia hanya bergerak."

Komandan Jada dan Tetua Agung datang. "Dia pergi! Kita aman! Segel Weaver telah kembali!"

"Berapa lama segel itu akan bertahan?" tanya Risa.

Tetua Agung menjawab dengan sedih, "Tidak lama. Weaver telah dilepaskan; ia akan kembali. Dan dia, The Monarch... dia pergi ke dimensi Observer. Dia akan mendapatkan kekuatan penuh dan kembali."

Risa menyadari takdirnya. Sebagai Arsitek, dia telah memecahkan teka-teki, tetapi dia telah membiarkan kuncinya melarikan diri.

"Kita harus mengikutinya," kata Risa, dengan nada yang menakutkan. "Kita harus pergi ke dimensi Observer."

Darius dan Serafina saling pandang. Sebuah misi bunuh diri.

Risa, Darius, dan Serafina berdiri di ruangan observatorium yang sama, menatap peta bintang yang bergerak.

"Lucien sekarang adalah The Obsidian Monarch di dimensi Observer," jelas Risa. "Dia akan mengambil alih Observer, dan dia akan kembali untuk menghancurkan kita."

"Bagaimana kita bisa mengikutinya?" tanya Darius. "Kita tidak memiliki sihir dimensi yang cukup."

Risa menunjuk ke Gulungan Dimensi yang robek. "Itu adalah Gulungan Kuno. Itu adalah kuncinya. Lucien telah membawanya, tetapi dia meninggalkan jejak energi."

Risa meletakkan tangannya di atas peta. Energi dimensional netral yang ia serap berdenyut, dan ia memetakan jejak Lucien.

"Aku bisa membuka portal, tetapi itu akan membutuhkan semua sisa energi dimensional yang terserap di tubuhku. Dan aku butuh kalian," kata Risa. "Darius, The Shield, untuk menahan energi portal. Serafina, The Light, untuk memurnikan gerbangnya. Kita akan memasuki Dimensi Ketiadaan."

Mereka semua mengangguk, menerima takdir gila ini.

Di saat itulah, Darius menyentuh tangannya, ekspresi khawatir terpancar di wajahnya.

"Risa," katanya, "Aku harus mengatakan ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Obsidian Vessel, tetapi… setelah semua yang terjadi, aku menyadari bahwa aku tidak lagi melihat Risa sebagai Vessel. Aku melihatmu sebagai... seorang wanita yang berjuang untuk dunia. Aku… aku mencintaimu."

Risa menatapnya, matanya memancarkan kehangatan Risa yang telah lama hilang. Tepat ketika dia akan menjawab, sebuah suara lain terdengar.

Serafina, yang berdiri di samping mereka, tiba-tiba memegang dahinya. Tubuhnya bergetar.

"Tidak... tidak mungkin," bisik Serafina.

"Ada apa?" tanya Risa.

Serafina menatap Risa dengan mata yang dipenuhi air mata dan teror. "Saat aku menyentuh The Weaver... saat aku memaksanya pergi... dia tidak menyerapku, Risa. Dia meninggalkan sesuatu."

Serafina menarik napas dalam-dalam, dan di matanya, mereka melihat pantulan yang mengerikan. Bayangan-bayangan itu mulai berputar-putar di pupil matanya.

Dan kemudian, suara The Weaver, suara ribuan hantu yang lapar, bergema, tidak di luar, tetapi dari dalam Serafina.

“Kamu adalah Cahaya yang sempurna. Sekarang, kamu adalah Wadah Kelaparan yang sempurna. Kamu tidak melarikan diri dariku, Light. Kamu membawaku masuk. Dan sekarang, aku akan membantumu membuka portal. Kita akan pergi ke Dimensi Ketiadaan. Tapi kita akan membawa Kelaparan bersamamu.”

Bersambung....

1
shookiebu👽
Keren banget nih cerita, authornya jago banget!
Dgweny: makasihhh banyak
total 1 replies
Bell_Fernandez
Plot yang rumit, namun brilian.
Dgweny: makasih banyak
total 1 replies
Tae Kook
Jangan biarkan kami menunggu lama-lama, update please~~
Dgweny: siapp , di tunggu update selanjutnya yaaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!