NovelToon NovelToon
Mu Yao: Hidup Kembali Di Dunia Yang Berbeda

Mu Yao: Hidup Kembali Di Dunia Yang Berbeda

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Seira A.S

Mu Yao, seorang prajurit pasukan khusus, mengalami kecelakaan pesawat saat menjalankan misi. Secara tak terduga, ia menjelajah ruang dan waktu. Dari seorang yatim piatu tanpa ayah dan ibu, ia berubah menjadi anak yang disayangi oleh kedua orang tuanya. Ia bahkan memiliki seorang adik laki-laki yang sangat menyayanginya dan selalu mengikutinya ke mana pun pergi.

Mu Yao kecil secara tidak sengaja menyelamatkan seorang anak laki-laki yang terluka parah selama perjalanan berburu. Sejak saat itu, kehidupan barunya yang mendebarkan dan penuh kebahagiaan pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seira A.S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 : Jeroan Babi yang Enak Banget

Saat Mu Cheng dan putrinya sampai di rumah, hari sudah sore menjelang malam. Liu Shi mondar-mandir di rumah, kelihatan khawatir. “Kenapa lama banget ya mereka naik gunung belum juga pulang? Jangan-jangan kenapa-kenapa?” Begitu melihat ayah dan anak itu masuk rumah dengan membawa hasil buruan dan ramuan obat, barulah dia merasa lega. Wajahnya langsung berubah dari cemas jadi heran campur kagum. “Pantes aja pulangnya lama!”

Liu Shi bahkan nggak sempat tanya-tanya dulu soal keadaan mereka di gunung, langsung nyuruh mereka cuci tangan dan istirahat, sementara dia sendiri buru-buru masuk dapur buat masak.

Sebenarnya di gunung tadi Mu Cheng dan anaknya udah sempat ngemil sedikit, jadi sekarang mereka belum lapar. Selagi langit belum gelap, mereka mulai bongkar barang-barang yang dibawa dari gunung.

Mu Cheng nanya ke anaknya, “Nak, babi hutan ini enaknya kita simpen buat dimakan sendiri, atau dibawa ke kota buat dijual lusa nanti?”

Mu Yao menjawab, “Ayah, kita kan belum pernah makan daging babi hutan. Katanya sih, rasanya lebih enak dari babi peliharaan. Besok kita tanya dulu ke orang-orang kampung, siapa tahu ada yang mau beli. Kalau nggak ada yang beli, ya udah kita bawa ke kota aja. Soalnya ini babi segede ini, kita makan sendiri bisa sampai tahun depan baru habis!”

Dari dapur, Liu Shi denger obrolan mereka. Begitu dengar anaknya bilang babinya gede, dia langsung intip dan manggut-manggut. “Yao Yao, ini babi gede bener ya, kira-kira beratnya tiga sampai empat ratus jin (150–200 kg) deh! Nggak nyangka di gunung ada babi segede gini.”

“Mak, gunung kita kan luas banget, tanamannya juga macam-macam, jadi ya wajar aja ada babi gede begitu! Eh iya, aku juga bawa dua barang bagus nih!”

Dengan semangat, Mu Yao bawa dua kelinci liar ke depan ibunya. Liu Shi kaget, “Ih, bulu kelincinya panjang banget! Kalau dibuat jaket kecil buat kamu, pasti anget dan lucu banget!”

Mu Yao senyum senang, “Mak, daging kelinci salju ini juga enak banget! Banyak vitaminnya, asam aminonya juga tinggi. Bagus banget buat tubuh! Kita makan sendiri aja ya.”

“Oke, terserah Yao Yao deh,” Liu Shi nggak ngerti soal vitamin atau asam amino, yang penting anaknya bilang bagus, ya dia ikut aja.

Mu Cheng bawa babi hutan dan kelinci ke gudang kayu, sementara Mu Yao bersihin akar huangqi yang tadi mereka ambil. Dari dapur, aroma makanan mulai menyeruak. Masakan Liu Shi memang jagoan—malam itu mereka makan malam dengan bahagia dan puas.

---

Keesokan Harinya...

Pagi-pagi banget, Mu Cheng langsung pergi ke rumah kepala desa buat minta bantuan.

“Baik, keponakan! Nanti aku keliling kampung tanya-tanya siapa yang mau beli. Tapi kamu mau jual berapa per jin daging babi hutannya?”

Mu Cheng jawab, “Paman, babi peliharaan biasa aja kan tiga puluh dua wen per jin. Ini babi hutan, aku jual empat puluh wen aja deh. Namanya juga sesama warga desa, masa tega ngasih harga mahal?”

Kepala desa senyum puas. Dalam hati dia tahu, kalau dibawa ke kota pasti bisa dijual lima puluh wen. Ini sih beneran bantu warga!

Kabar kalau keluarga Mu mau sembelih babi hutan langsung bikin heboh. Banyak warga kampung datang bantu. Wu Dazhuang, yang dulu pernah kerja potong daging di kota, jadi orang pertama yang datang. Liu Shi sudah siapkan air panas satu panci besar.

Wu Dazhuang bawa sendiri alat sembelihnya. Dengan bantuan Mu Cheng dan keluarganya, mereka gotong babi ke dapur. Pisau pengupas bulu babi di tangan Wu Dazhuang lincah banget. Dalam waktu singkat, babi hutan besar itu udah bersih mengilap di atas meja.

Mereka lalu pindahkan babi ke meja panjang rendah yang Wu Dazhuang bawa sendiri. Meja makan Mu di rumah terlalu kecil buat potong-potong daging.

Beberapa tetangga seperti Niu Er dan istrinya Zhang Fang, serta istri Wang He, Li Yuling, juga datang bantu. Mereka bahkan bawain baskom besar dari rumah masing-masing, takut keluarga Mu kekurangan wadah.

Keterampilan Wu Dazhuang emang gak main-main. Belum sampai setengah jam, semua bagian daging udah terpotong rapi. Kepala dan kaki babi dimasukin ke satu baskom gede.

Biasanya, orang-orang sini jarang makan jeroan babi. Bukan jijik, tapi karena baunya kadang aneh dan bikin masakan jadi gak enak. Jadinya banyak yang malas masak dan akhirnya dibuang begitu aja.

Tapi Mu Yao dari kehidupan sebelumnya justru paling suka jeroan, apalagi babat dan usus tumis. Makanya dari awal dia udah titip ke Paman Wu buat simpen jeroan babinya.

Warga yang mau beli daging pun mulai berdatangan. Biasanya mereka harus ke kota dan bayar ongkos buat beli daging. Sekarang daging enak ada di depan rumah sendiri, dan harganya juga miring. Siapa sih yang nggak mau?

Ada yang beli satu jin, dua jin, yang agak mampu langsung borong lima sampai enam jin. Daging babi hutan bukan barang biasa—katanya bagus buat pertumbuhan anak, dan karena cuaca dingin, bisa tahan berhari-hari.

Daging terjual lebih dari setengah, sisanya dipotong Liu Shi buat dimasak siang nanti. Dengan bantuan Zhang Shi dan Li Shi, semua masakan hampir selesai.

Dengan panduan Mu Yao, Wu Dazhuang juga bersihin jeroan sampai nggak bau lagi.

---

Waktunya Makan Besar!

Begitu semua masakan siap, Liu Shi undang kepala desa dan Tabib Xiao makan bareng. Mereka memang sering bantu keluarga Mu selama ini.

Karena tamunya banyak, Niu Er bahkan bawa meja kecil dari rumah. Perempuan dan anak-anak duduk di meja di atas dipan (炕), sementara laki-laki duduk di meja bawah.

Satu meja ada delapan jenis masakan: lima lauk daging, tiga sayur. Semua disajikan di mangkok besar, penuh sampai tumpah-tumpah.

Ada daging babi kecap, daging kukus, babi rebus dengan kol, telur dadar, babi rebus dengan jamur liar, dan masakan spesial dari Mu Yao: tumis hati babi, usus pedas, dan paru goreng kering.

Begitu makanan tersaji, aromanya langsung menggoda. Niu Er, yang paling doyan makan, langsung ngeh—ada aroma khas yang tajam tapi bikin penasaran. Dia nggak tahan, langsung nyomot sepotong usus, dikunyah pelan-pelan... matanya langsung berbinar!

Orang lain lihat ekspresi Niu Er juga langsung penasaran. Tanpa banyak basa-basi, semua rebutan jeroan buatan Mu Yao. Tiga mangkok besar habis dalam waktu singkat—padahal minuman aja belum sempat diminum!

Liu Shi lantas bawa nasi dan mantou (roti kukus) ke meja. Mantou itu udah dia kukus semalam, terus dipanaskan lagi pagi ini.

Perempuan-perempuan di atas dipan makannya masih elegan, sambil saling puji masakan Mu Yao yang katanya luar biasa enak dan minta resep. Anak-anak yang jarang makan enak langsung lahap banget, mulut mereka penuh semua!

Mu Yao sengaja nggak pakai banyak lada air biar anak-anak nggak kepedasan. Tapi ternyata dua meja langsung kehabisan jeroan! Terpaksa deh, dia keluarkan satu mangkok jeroan yang tadinya buat sarapan besok.

Orang-orang makan sampai kenyang banget, delapan mangkok besar semua tandas. Sebelum pulang, Liu Shi bahkan ngasih masing-masing rumah sepotong daging, minimal dua atau tiga jin per orang. Mereka tentu sangat berterima kasih.

Niu Er, yang polos dan blak-blakan, bahkan minta tambahan usus lagi, terus pulang sambil cengar-cengir bawa pulang jatah buat istri dan anaknya.

Masakan jeroan ala Mu Yao langsung jadi buah bibir di seluruh Desa Xiaonan. Sejak saat itu, kalau ada yang potong babi, jeroannya nggak pernah dibuang lagi—semua disimpan buat dimasak!

1
Aisyah Suyuti
baguss
Seira A.S: makasih kak
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor..
Seira A.S: makasih kak
total 1 replies
Andira Rahmawati
lanjut thorr...semangat....
Seira A.S: insyaallah kak
total 1 replies
Andira Rahmawati
coba punya ruang dimensi atai sistem..
Seira A.S: gak punya kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!