NovelToon NovelToon
Dilema Raisa

Dilema Raisa

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga / Chicklit
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwine

Raisa, gadis malang yang menikah ke dalam keluarga patriarki. Dicintai suami, namun dibenci mertua dan ipar. Mampukah ia bertahan dalam badai rumah tangga yang tak pernah reda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19

"Ini bpkb motor iwan." ucap sari dengan mengerahkan nya pada raisa. Raisa memandang heran "kok bisa ada di teteh?" tanya nya bingung.

"iya,sebelum kesini teteh sempat mampir kerumah ibu,dan teteh liat udin melempar bpkp motor itu ke sembarangan arah. " jawab nya menjelaskan.

Raisa merasa masih bingung,dia memandang heran ke arah sari. Alisnya bertaut, matanya menyipit, seolah berusaha memahami apa yang baru saja didengarnya.

Sari menghela nafas panjang,"Begini...."

Tadi pagi.....

"Ah sialan.....!" bentak udin dengan kasar pada dirinya sendiri. Sementara risma hanya diam memandang dengan tatapan takut dan gugup.

"Apa-apaan sih kamu udin,marah-marah terus bisa nya!" omel atun ,yang mulai jengah melihat kelakuan putra pertama nya itu.

"Ini bu,aku mengajukan pinjaman ke semua bank terdekat di sini memggunakan bpkp motor iwan,semua nya menolak tidak ada yang mau menerima nya!" jelasnya dengan emosi yang sudah di ujung kepala. Wajah nya sampai memerah menahan kesal.

"Loh kok bisa?" sela sari yang memang baru datang dan tidak sengaja mendengar perkataan adik pertamanya itu.

"iya teh...ah sialan!" teriak nya lagi ,kali ini dia melempar ke segala arah bpkb motor itu. Sari membulatkan matanya,dengan gerakan cepat dia mengambil nya.

"Apaan sih ...kenapa kamu buang,ini punya adik mu sendiri loh!"omel sari dengan mata yang berkilat marah.

Alih-alih menjawab, Udin memutar bola matanya, jelas menunjukkan rasa malasnya.

sari yang melihat perlakuan sang adik hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan,dan sesekali menghela nafas panjang.

"Bener-bener si Raisa tuh! Jangan-jangan dia doain yang jelek, makanya Udin gagal gadein BPKB!" seru Atun, nadanya penuh emosi.

"Loh kok ibu jadi nyalahin orang lain yang jelas-jelas gak tahu apa-apa?!" sela Sari cepat, alisnya terangkat tinggi, menatap ibunya dengan heran.

atun hanya mendelik tajam ke arah putri sulung nya itu.

"Sudahlah aku mau pergi aja bu." ucap nya lagi dengan langsung bangkit dari duduk nya. Sebelum itu dia masukan terlebih dahulu bpkp motor milik iwan kedalam tas nya.

"loh....kok teteh masukin ke dalam tas teteh sih?!" tanya udin dengan nada sedikit membentak.

"ini punya iwan. Teteh akan berikan lagi sama pemilik nya!" bentak sari tak mau kalah.

Tanpa menunggu jawaban dari udin,dengan cepat sari pergi begitu saja .

--

"begitu sa...teteh juga heran kok bisa semua bank menolah pengajuan nya?!." ucap nya lagi setelah menjelaskan semua nya pada adik ipar nya itu.

"Mungkin tuhan sayang sama raisa teh,gak bisa raisa bayangin jika udin berhasil pinjam uang ke bank menggunakan bpkb ini." jawab raisa dengan pandangan menerawang ,membayangkan betapa ngeri nya jika motor yang baru lunas itu akan di gusur kembali oleh pihak bank.

"mungkin motor raisa akan raib,teteh tahu sendiri kan udin orang nya tidak bertanggung jawab." ucap nya lagi,kali ini pandangan nya tertuju pada sari.

"Maafin adik teteh ya sa..." lirih sari dengan pelan.

Raisa tersenyum kecil,memandang kakak ipar nya dengan hangat,"Jangan seperti ini teh...ini bukan kesalahan teteh." jawab nya pelan,mengusap lembut bahu kakak ipar nya.

"Jangan pernah berniat pergi ya...apalagi meninggal kan iwan." mohon sari,kali ini matanya berkaca-kaca.

"Insya allah..."lirih nya pelan,hampir berbisik.

Malam pun tiba,kondisi iwan semakin membaik,dia sudah bisa mandi memggunakan air dingin. "Mas jangan dulu mandi air dingin,nanti masuk angin loh." ucap raisa mencoba memperingati suaminya itu.

Iwan menoleh, dengan cepat memakai baju ,setelah itu melangkah maju ke arah raisa yang sedang sibuk membersihan wajah nya menggunakan pembersih wajah.

"Kamu sudah tidak marah ?" tanya nya pelan,sambil meletakan tangan di atas pundak sang istri.

Raisa menoleh,bibir nya tersenyum manis."tidak mas...untuk apa aku marah " jawab nya pelan.

"Makasih sayang..."selanya cepat,dengan menyium pucuk kepala sang istri. Raisa hanya tersenyum menanggapi perlakuan manis suami nya itu.

"Oh iya mas,sebentar..." ucap nya lagi, dia baru teringat sesuatu. Dia membuka laci di meja rias nya,mengambil bpkp motor milik nya.

Iwan mengerutkan dahi,merasa heran saat melihat istri nya mengeluarkan bpkb motor nya."loh sayang...." ucap nya tertahan saat raisa menempelkan telunjuk jari di bibir nya.

"Tadi, saat Teteh ke sini, dia memberikan ini," jawabnya cepat dengan mata berbinar.

"Tuhan sayang kita, Mas... Yang anehnya lagi, saat Udin mengajukan ke seluruh bank terdekat, semuanya menolak!" serunya lagi dengan wajah begitu bahagia.

"Masya Allah... kok bisa, ya?" gumamnya tak percaya. "Mas janji, Mas akan jaga baik-baik. Maafin Mas, ya... kemarin Mas nggak bisa melawan."

Ucapnya sambil mengambil BPKB itu dari tangan Raisa, sorot matanya penuh penyesalan dan haru.

ia menghela napas panjang, lalu menatap istrinya dengan mata penuh kekecewaan. "Mas takut motor kita benar-benar hilang... Mas yakin, kalau Udin berhasil pakai BPKB itu buat pinjaman, dia nggak akan bayar. Kita yang bakal kena akibatnya." Suaranya terdengar lirih, nyaris seperti bisikan putus asa.

Raisa tersenyum menanggapi kecemasan suaminya. Ia pun sempat berpikiran sama sebelumnya, karena itu ia hanya bisa meluapkannya lewat amarah kepada Iwan.

"Sudahlah, Mas. Sekarang kan BPKB-nya sudah ada di tangan kita. Simpan baik-baik, jangan sampai Udin ambil lagi. Kakak kamu memang aneh, Mas... Untungnya itu nggak nurun ke kamu," ucap Raisa, berusaha meredakan kekhawatiran suaminya.

Tangannya terulur, menangkup pipi sang suami dengan lembut, lalu mengecup bibirnya sekilas hangat, penuh cinta.

Iwan langsung meraih pinggang Raisa dan memeluknya erat, lalu membisikkan sesuatu di telinganya,

"Bikin dedek, yuk... siapa tahu malam ini jadi."

Ucapan itu membuat Raisa sedikit merinding, tapi ia hanya tersenyum menanggapi ajakan suaminya.

Dengan lembut, Iwan mengecup kening istrinya, lalu memeluknya lebih erat malam itu mereka menikmati kebersamaan sebagai sepasang suami istri, menjalankan kewajiban penuh cinta.

Keesokan paginya, Raisa bangun dengan suasana hati yang berbunga-bunga. Ia tersenyum geli membayangkan betapa liarnya dirinya di atas ranjang semalam bersama sang suami.

Dengan langkah ringan dan senyum malu-malu, ia berlari kecil ke kamar mandi, membersihkan diri dari sisa-sisa peluh malam penuh cinta itu.

Setelah selesai, Raisa segera menuju dapur. Ia membuka lemari dan kulkas, lalu menatap bahan-bahan masakan yang tersedia.

"Hm... masak apa ya hari ini?" gumamnya bingung pada diri sendiri.

"Raisa?" suara lembut sang ibu, Irah, terdengar dari belakang. Raisa menoleh dan tersenyum manis.

"Eh, Ibu..." jawabnya.

"Ibu sama Ayah mau pergi dulu. Kebetulan kami akan menginap di rumah bibimu," ujar Irah sambil mengenakan tas kecil di bahunya.

Raisa mengernyitkan dahi. "Ada acara apa memangnya, Bu?" tanyanya penasaran.

"Putrinya, Husna, menikah. Kamu nggak perlu ikut sekarang, cukup datang hari Minggu nanti bersama suamimu," jelas Irah, seolah sudah memahami kemungkinan anak dan menantunya akan sibuk.

Raisa mengangguk-angguk, tanda mengerti. Ia mengizinkan kedua orang tuanya untuk menginap beberapa hari di rumah bibi,adik kandung ibunya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!