"Dasar brengsek! Kadal burik! Seumur hidup aku gak mau ketemu kamu lagi. Bahkan meskipun kamu mati, aku doain kamu susah menjemput ajal."
"Siapa yang sekarat?" Kanya terhenyak dan menemukan seorang pria di belakangnya. Sebelah tangannya memegang kantung kresek, sebelah lagi memasukan gorengan ke dalam mulutnya.
"Kadal burik," jawab Kanya asal.
"Kadal pake segala di sumpahin, ati- ati nanti kena tulah sumpah sendiri."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menderita Selamanya!
"Lalu sekarang kamu mengatakan untuk aku memberi kesempatan? Kesempatan apa? Kesempatan membuka luka lama yang sudah dengan susah payah aku lupakan? Kamu tahu betapa hancurnya aku dulu?"
"Karena itu aku ingin menebusnya."
"Menebusnya?" Kanya terkekeh. "Gak perlu, hiduplah dengan penuh rasa bersalah dan menderita selamanya. Aku akan sangat berterimakasih untuk itu."
"Anya-"
"Jadi, udah selesai kan?" Kanya kembali berkutat dengan berkas di depannya.
"Selama ini aku udah ngelakuinnya..." Kanya mendongak. "Hidup dalam rasa bersalah bahkan penyesalan. Setiap hari, bahkan setiap waktu aku gak akan pernah lupa tentang kesalahanku sama kamu," ucap Alan.
Kanya terdiam.
"Aku tahu seharusnya aku mencari kamu, bahkan menjelaskannya sejak awal. Tapi aku hanya diam. Karena aku menyadari apapun yang aku lakukan tetap akan menyakiti kamu. Aku berpikir saat itu akan lebih bagus kalau kamu membenciku saja. Tapi ternyata ini juga menyakitkan untukku. Lima tahun ini aku menahannya, dan saat aku melihat kamu lagi, rasanya aku akan mati kalau aku mengabaikan kamu."
"Gak apa, jika sampai sekarang kamu membenciku. Tapi aku akan tetap menunjukkan kalau aku mencintai kamu. Aku gak akan menyerah sampai nanti kamu mau dengerin penjelasan aku."
Kanya meremas berkas di tangannya tatapannya memicing tajam menatap wajah Alan yang sialnya tak menunjukan raut wajah berarti selain kelembutan di matanya, hingga Kanya hanya bisa menerka-nerka, apa benar yang pria ini katakan?
Tapi masa bodoh, apapun itu, Kanya tak peduli. Alasan apapun itu, jelas Alan sudah menyakitinya. Dan jangan lupakan ada anak antara Alan dan Sonya.
Candra datang membawa satu cangkir kopi dan segelas jus di nampan. Menyadari jika suasananya sedang memanas, pria itu berniat kembali ke dapur. Namun Kanya yang menyadari kedatangan Candra segera memanggilnya.
"Kopi saya, ya, Pak Candra?"
Candra mengangguk salah tingkah, lalu meletakan nampan di meja. "Silakan, Bu. Kopi tanpa gula." Candra menyodorkan cangkir kopi Kanya lalu jus di depan Alan.
Kanya mengangguk. "Makasih." baru saja akan mengambil gelas kopinya, Kanya mendengar Alan mencegahnya.
"Lambung kamu bisa kambuh, Anya!" Alan mengambil cangkir kopi Kanya lalu menggantinya dengan gelas jus miliknya.
Kanya menatap tak percaya dengan apa yang dilakukan Alan. Pria itu tanpa tahu malu mengambil kopinya dan menukarnya dengan jus kiwi.
Kanya tahu, Alan mengetahui tentang penyakit lambung yang di deritanya dulu, jika dia meminum kopi berlebihan. Namun, apakah Alan perlu melakukan itu disaat mereka tak memiliki hubungan lagi?
Kanya pikir Alan ini benar-benar tak tahu malu.
Alan, Sialan! Makinya dalam hati.
Kanya memejamkan matanya. Meletakkan gelas di genggamannya. "Kalau gitu kita percepat ya, prosesnya. Karena pinjaman atas nama Pak Candra, silakan Pak Candra tanda tangan berkas- berkasnya." Kanya menunjuk dimana saja Candra harus memberikan tanda tangannya.
"Bapak bisa datang saat pencairan nanti untuk menyelesaikan beberapa formalitas lainnya, kan?" Kanya merapikan berkasnya dan memasukannya ke dalam tasnya. Mengabaikan Alan, Kanya berdiri menjabat tangan Candra bahkan dia tak berpamitan pada Alan dan langsung pergi tanpa menoleh.
Baru saja akan menaiki motornya Kanya melihat tangan Alan mencegahnya.
"Aku antar, ya?" Kanya mengerutkan keningnya.
"Kamu gak denger soal jangan ganggu aku lagi?"
"Dan kamu gak denger, kalau aku bakalan terus berusaha sampai kamu mau mendengar penjelasanku?"
nti kamu malah di tuduh pelakor lg sama sonya
semangat..
semangat..💪