Notes : zona dewasaaaaaa!
“Om nikahin temenku ya? Ntar dapet istri sekaligus anak di hari pertama kalian menikah!”
Ide gila yang muncul dari Tari, membuat masa depan Lea yang hancur lebur menjadi indah.
Siapa sangka? Luca, pria yang Lea nikahi sebagai ayah darurat dari janinnya, telah merubah kehidupannya menjadi lebih berwarna dan berarti.
Akankah Luca menutup mata dengan siapa ayah kandung dari janin di perut istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
03. Dapet Istri + Anak
...“Nikahin temen aku ya? Lea namanya. Ntar Kakak dapet istri sekaligus anak.” — Tari Heidi...
“Gue hamil.”
“Whattt?!” Dimas tak mampu menutupi rasa terkejutnya.
“Aw!” pekik Dimas.
Tari mencubit paha Dimas sambil berbisik. “Diam lo! Ntar emak bapaknya denger.”
“Le.” Tari memposisikan tubuhnya menghadap Lea. Wajahnya terlihat serius.
Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Lea. Tapi ia menahan diri. Takut-takut pertanyaannya nanti membuat Lea semakin depresi.
“Siapa—”
“Dimas!” Tari menutup mulut Dimas menggunakan tangannya. “Lo bisa diem nggak sih?!”
Tari melotot ke arah Dimas. Pria gemulai itu menciut seperti anak anjing yang habis dimarahi oleh majikannya.
Cukup lama ketiganya terdiam dengan pikiran masing-masing. Mencerna keadaan dan mencoba mencari solusi. Hingga akhirnya Tari yang membuka pembicaraan.
“Jadi, apa rencana lo?”
“Gugurin?” Lea mengatakannya tanpa basa basi.
“Bahaya, Le!” Tari menatap tajam ke arah Lea dengan intonasi penuh penekanan, tapi dengan suara yang perlahan.
“Nggak mungkin anaknya lahir. Kan nggak punya bapak?” celetuk Dimas lagi.
“Ya terus lo mau kehilangan sahabat?”
Dimas menggelengkan kepalanya.
Tari menghela nafas beratnya seperti menumpahkan seluruh masalah di sana. Masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu, juga menjadi masalahnya. Karena, pada malam itu ia sudah berjanji dengan kedua orangtua Lea. Tapi … ia tidak bertanggungjawab.
Sampai-sampai Lea yang sudah di amanahkan padanya terpaksa menelan pil pahit memilukan ini.
“Lo harus nikah, Le.”
“Terus, lo lahirin tuh bayik.”
Lea dan Dimas menatap Tari yang tiba-tiba mengeluarkan ide itu. Atas dasar apa Tari bisa berfikir sampai ke sana? Dalam kondisi hamil dan ternodai seperti ini, pria mana yang mau menikahinya?
“Emangnya ada—”
“Ada!” Tari memotong pembicaraan Dimas.
“Duh, Dim. Mending lo pulang deh. Berisik amat dari tadi, ah!”
“Gue jamin seratus persen! Dia pasti mau nikah sama lo! Dan dia juga butuh anak lo!” jelas Tari antusias. “Gimana kalo lo ketemu dulu sama Om gue?”
“Anjir! Lo nyuruh sahabat lo nikah sama Om-Om?” celetuk Dimas sembari menoyor kepala Tari. “Mau lu kasih gue duit miliaran pun, ogah gue sama om-om!”
“Dim, gue tampol lu ya!” kesal Tari sambil menatap Dimas. Kemudian ia kembali melempar pandangannya ke arah Lea.
“Dia itu masih perjaka, Le. Pokoknya masih seger,” jelas Tari lagi.
“Nggak deh. Gue gugurin aj—”
“Ayok!” Entah sejak kapan Tari sudah bangkit dari duduknya. Ia menarik Lea yang kumal karena tak mandi dan tak mengurus diri. Kemudian ia mendorong sahabatnya ke kamar mandi. “Lo mandi dulu ya. Terus kita coba cari angin segar ke luar.”
“Tapi—”
“Udah, lo mandi dulu. Biar otak lu fresh.”
...🌸...
Sebuah mobil Mini Cooper kuning berhenti tepat di pekarangan rumah mewah. Lea, Tari dan Dimas, turun dari mobil tersebut.
“Lo mau ngejual Lea?” celetuk Dimas khawatir.
“Dih, gue malah berharap Lea jadi keluarga ipar gue.”
Lea mendadak bimbang. Sepertinya ia belum siap dengan yang namanya pernikahan. Apalagi dengan pria yang tak ia kenali. “Gue mau pulang.”
Tari yang sudah kepalang berharap menjadi ipar Lea, ia menarik tangan Lea dan menuntun gadis itu ke depan pintu utama rumah itu.
Rumah berwarna putih dengan nuansa arsitektur Belanda. Pintu yang kokoh dengan hiasan emas itu sepertinya setinggi 2 meter setengah.
Tari menekan tombol bel yang ada di samping pintu tersebut.
Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya membuka pintu. “Eh, Non Tari.”
“Bi, ada Om Luca, nggak?”
“Ada. Kayaknya lagi di taman belakang rumah.”
“Opa sama Oma juga di rumah nggak, Bi?”
“Buset, Tar. Kakek sama Nenek? Udah setua apa lah tuh Om lu?” bisik Dimas mencubit lengan Tari karena kesal.
“Oh. Tuan Alex dan Nyonya Katty lagi keluar kota, Non. Baru banget berangkat tadi pagi.”
“Yaudah, aku ke taman ya, Bi.” Tari menarik tangan Lea ke dalam rumah. Kemudian ia menuntun Lea ke taman belakang rumah dengan girang.
Sesekali gadis berambut ikal itu menatap sahabatnya yang sedang muram itu. “Lea, gue yakin lo pasti suka.”
Saat ketiga sahabat itu sudah berada di teras taman belakang rumah, Lea dan Dimas mematung membisu. Tak ada kata-kata yang bisa mereka ungkapkan. Apalagi Dimas?
“Tari … nggak usah kasih uang miliaran, lo kasih gratis pun gue mau sama Om lo, Tar.” Dimas terpesona menatap ketampanan sosok paman yang Tari jodohkan dengan sahabatnya. “Kok selama ini lo sembunyiin sih? Kenapa nggak bilang-bilang?”
Tari hanya bisa cengengesan bangga. Ia merasa puas saat Dimas yang sejak tadi berisik, kini ia buat bungkam dengan pesona pamannya tersebut.
Sedangkan Lea? Gadis itu mematung membisu karena berpikiran, bahwa pria itu tak mungkin mau menikahinya yang sudah ternodai.
“Om!” panggil Tari mengalihkan fokus Luca yang saat itu sedang sibuk berkutat dengan laptopnya.
Pria berkulit sawo matang namun sedikit cerah itu menatap ke arah suara itu berasal. Ia melepaskan kacamatanya dan meletakkannya ke atas meja. Mata elang yang tajam itu sedikit mengkerut saat sebuah senyuman terukir di bibirnya yang seksi.
“Tari? Ada apa, Dek?”
Tari bergegas menarik Lea dan menghampiri Liam.
“Om—”
“Om?” ulang Luca sambil menaikkan alisnya sebelah dan menatap tajam ke arah Tari. “Panggil Kakak.”
“Eh … iya, lupa.” Tari cengengesan. Karena ia sudah berjanji untuk memanggil Luca dengan sebutan Kakak kalau di depan orang lain.
“Jadi gini, Kak …,” Tari memulai ucapannya. Padahal ia masih berdiri dan belum duduk sama sekali.
“Duduk dulu,” ucap Luca yang sadar bahwa mereka masih berdiri. “Minum dulu dan tarik nafas dulu. Baru cerita.”
Dimas yang mendengar Luca menyuruh mereka duduk, laki-laki itu langsung duduk di kursi besi yang bersebelahan dengan Luca. Dengan gerak-geriknya yang kemayu dan malu-malu. Sesekali ia menggigit bibirnya karena gugup.
Tari yang menyadari hal itu, ia kembali mempelototi Dimas.
Tari akhirnya duduk bersampingan dengan Luca. Sedangkan Lea, ia duduk berhadapanan dengan Luca. Namun wajah gadis itu sejak tadi tertunduk atau mengalihkan pandangannya ke sekeliling.
“Anu, Kak—”
“Maaf, Non, Den. Ini Bibi bawain minum sama camilan.” Tiba-tiba Titi muncul dengan nampan yang penuh minuman dingin dan camilan.
Wanita paruh baya itu meletakkan makanan dan minuman di atas meja. Kemudian ia bergegas kembali ke dapur.
“Jadi, tadi mau ngomong apa?” tanya Luca sambil mengambil gelas yang berisikan jus jeruk, dan menyeruputnya perlahan.
Tari menunjuk ke arah Lea, namun dengan tubuhnya yang merapat mendekat ke arah Luca. “Kakak nikahin temen aku ya? Lea namanya. Ntar Kakak dapet istri sekaligus anak di hari pertama kalian menikah.”
“Udah paket complete.”
“Mana anaknya cantik.”
“Nggak rugi loh, Kak.”
Ohok! Ohok!
Ucapan Tari yang begitu lantang dan tanpa basa basi itu, membuat Luca tersedak dan tak mampu menahan ekspresi terkejutnya. Pria yang kini berusia 26 tahun itu terkejut dengan permintaan Tari, anak dari kakak kandungnya.
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung …....
❤❤❤❤
calon pelakor
jgn sering..
masih rentan...
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
berdasarkan cerita panakannya kalo lea dibobol org saat di club...
makanya walau awalnya nolak lea..
akhirnya luca mau ngaku ke pak johan kalo dia hamilin lea..
❤❤❤❤❤
apa yg akan terjadi hayooiii..
😀😀😀❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
yg dapat pelukan dari istru kecil yg cantik..
❤❤❤❤❤❤
kan eamng anakmu luca..
❤❤❤❤❤
udah terlanjur kena gampar lagi..
❤❤❤❤❤