Alletta And 3 CEO

Malam ini Alletta sibuk membuat kue kering. Dia baru saja dapat resep baru dari ibunya. Hitung-hitung mengasah bakat memasaknya. Bahkan Alletta siap kalau kue kering nya tidak sempurna. Kalau berhasil, rencananya dia ingin membuatkan untuk Keandra dan juga orangtuanya. Alletta benar-benar mendalami peran seorang pacar pura-pura Keandra.

Ia menunggu oven berbunyi sambil memakan salad buah. Ah, salad buah. Dia jadi teringat Tenggara yang selalu memberinya salad buah.

Lamunan Alletta buyar saat mendengar oven nya bunyi tanda kue sudah matang. Buru-buru gadis itu membukanya dan mengeluarkan 2 loyang dari sana.

Alletta tersenyum puas melihat hasil karyanya. Sempurna. Dari bentuknya sih oke, tapi tidak tau soal rasa.

"Cantik," gumamnya sambil melihat kue kering yang masih panas itu.

"Kalau aku jual, untung berapa ya?"

Dia terkekeh dengan idenya sendiri. Dengan sabar ia menunggu sampai kue itu kering dan siap dipindahkan ke toples.

Tak lupa sebelum itu Alletta memotretnya untuk ia kirim kepada sang ibu.

Tiba-tiba bel berbunyi. Alletta segera melihat siapa yang bertamu. Gadis itu tersenyum saat melihat Lorenzo di sana.

"Pak Lorenzo, ada apa?" tanya Alletta.

Lorenzo mengangkat tangannya yang terdapat plastik besar. "Saya mau main, boleh?"

"Boleh boleh." Alletta segera menyingkir dan membiarkan Lorenzo masuk.

"Wangi apa ini?" Kedua alis Lorenzo terangkat saat mencium aroma sedap dari apartemen Alletta.

"Saya bikin kue, Pak. Baru matang," jawab Alletta.

"Oh ya?" Lorenzo menatap Alletta dengan kagum. "Kayanya kamu ini punya banyak bakat."

Alletta terkekeh sebagai balasan. Dia menyuruh Lorenzo duduk di sofa, sedangkan dirinya membuatkan minuman.

Lorenzo melihat isi apartemen Alletta yang ternyata sangat rapi. Biasanya apartemen perempuan lebih banyak perabotan atau hiasan, tapi apartemen Alletta masih enak dipandang, tidak ada benda-benda tidak penting di sana. Selain itu juga, Lorenzo bisa mencium parfum ruangan yang ada di atas meja di depannya ini.

Alletta benar-benar pandai merawat apartemennya.

"Bapak gak lembur, ya?" tanya Alletta, dia kembali membawa sebuah nampan berisi minuman dan kue kering tadi.

"Hari ini Pak Kean membebaskan saya," jawab Lorenzo membuat keduanya tertawa kecil.

"Dimakan, Pak, kue nya. Ini resep baru, jadi maaf kalau rasanya gak enak."

Lorenzo mengambil 1 dan mulai memakannya. Sontak saja pria itu terbelalak merasakan kue buatan Alletta.

"Ini enak banget, Alletta! Kamu gak mau coba buka toko kue?" Lorenzo kembali mengambil kue nya, hal itu membuat Alletta senang. Artinya, kue buatannya memang enak.

"Saya cuma bisa buat ini, Pak. Ya kali langsung buka toko kue."

Lagi-lagi mereka tertawa. Padahal tidak ada yang lucu, hanya untuk mencairkan suasana saja.

"Oh iya." Lorenzo menyerahkan plastik yang dia bawa pada Alletta. "Saya bawa makanan buat kamu."

Alletta membuka dan melihat isi di dalamnya. Ternyata frozen food, banyak sekali macam nya. Selain itu juga ada beberapa snack kesukaan Alletta.

"Banyak banget, Pak..." Alletta melongo. Kenapa orang-orang gemar sekali memberinya makanan?

"Itu sedikit."

Alletta cemberut. Kalau sudah seperti ini, dia bingung ingin membalasnya dengan apa.

"Kamu sibuk?" tanya Lorenzo. Dia meminum jus jeruknya sambil menatap Alletta.

"Nggak, Pak. Kenapa?"

"Mau nonton sama saya?" tawar Lorenzo.

Mata Alletta berbinar. "Mau-mau!"

"Saya ambil laptop dulu!" seru Alletta lagi, dia segera berlari ke kamar nya untuk mengambil laptop.

Lorenzo terkekeh geli melihat tingkah Alletta yang begitu menggemaskan.

Tak lama kemudian Alletta kembali menghampiri Lorenzo. "Bapak cari filmnya, saya mau goreng ini dulu buat camilan," ujarnya sambil membawa frozen food tadi ke dapur untuk ia goreng.

Lorenzo tidak sempat melarang karena Alletta sudah melarikan diri.

****

"Kamu dapat darimana gadis secantik Alletta? Ya ampun, Mama gak nyangka kamu pinter cari pacar!"

Keandra menghela nafas berat.

"Kalian nikah bulan depan aja gimana? Mama gak sabar punya cucu!"

"Ma...," tegur Keandra. Wajahnya terlihat sangat tertekan. Sedangkan Giandra tertawa kecil melihat istrinya yang terus merecoki Keandra.

"Ayolah, Kean. Kalau nanti-nanti, Mama bisa lumutan nunggunya!"

"Alletta belum terbiasa dengan kalian, Mama gak lihat dia tadi gugup?" balas Keandra.

Sahara cemberut. Iya sih, Alletta memang kelihatan belum terbiasa dengan dirinya dan suaminya. Wajar, karena masih masa pendekatan.

"Tapi jangan lama-lama. Mama mau pamerin dia ke teman-teman arisan Mama soalnya," ujar Sahara. Paras Alletta yang cantik juga sikap sopan nya tentu membuat hati Sahara bersyukur mendapatkan calon menantu seperti itu.

Keandra berdeham singkat. Terserah, asalkan tidak memintanya untuk menikah secepatnya.

"Awas aja kalau kalian putus. Mama gak mau tau, kamu harus nikah sama Alletta, jangan yang lain!"

Keandra menyeringai tipis, dia mengangguk. "Hm, aku pastikan, aku akan nikah sama dia."

Giandra geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya.

****

Asik menonton film, tiba-tiba bel apartemen berbunyi. Lorenzo mengerang dalam hati, sedangkan Alletta segera beranjak membuka pintu.

"Pak Reygan?!" seru Alletta antusias. Dia segera menyuruh Reygan masuk.

Reygan tersenyum melihat keantusiasan Alletta. Namun, sedetik kemudian senyumnya hilang saat melihat seseorang yang tengah duduk anteng di sofa.

"Ayo duduk, Pak!" ajak Alletta.

Reygan berjalan di belakang Alletta sambil terus menatap tajam Lorenzo. Tatapan itu jelas membuat Lorenzo tidak nyaman, terlihat sekali dia gelisah.

"Pak Lorenzo, ini Pak Reygan." Alletta memperkenalkan Reygan pada Lorenzo.

Tentu saja Lorenzo tau siapa Reygan. Dia berfikir, kenapa Alletta bisa kenal dengan Reygan?

Lorenzo tersenyum menyapa Reygan, sedangkan Reygan terlihat acuh.

"Alletta, ada air dingin? Saya haus," ucap Reygan.

Alletta mengangguk. "Sebentar saya ambilkan."

Dia berjalan ke dapur tanpa tau hawa panas yang menyelimuti Lorenzo dan Reygan.

Melihat Reygan yang terus menatapnya tajam, Lorenzo pun berdeham. "Saya—"

"Sepertinya sudah cukup Anda bermain-main malam ini. Silakan keluar, saya ada perlu dengan Alletta," sela Reygan.

Lorenzo terdiam. "Maaf, Anda ada hubungan apa dengan Alletta?" Jelas dia tidak terima diusir begitu saja.

"Sudah tua, jangan kepo," balas Reygan. Dia menyandarkan tubuhnya dengan santai.

Lorenzo menghela nafas berat. Padahal dia masih ingin berlama-lama di sini. Sayangnya Reygan datang mengacaukan.

"Pintu keluar ada di sebelah sana." Tangan Reygan mengarah pada pintu keluar.

"Baik, saya akan keluar, tapi—"

"Tidak usah nunggu Alletta," sela Reygan pula. Tentu saja Lorenzo tidak terima.

"Gak bisa, Alletta tuan rumahnya, saya harus berpamitan lebih dahulu."

Reygan bersedih sinis. Dia menatap sekelilingnya asal tidak menatap wajah menyebalkan Lorenzo.

Tak lama kemudian Alletta kembali membawakan air untuk Reygan. Bertepatan dengan itu, Lorenzo berdiri.

"Alletta, ini sudah malam, saya mau pulang aja. Udah ada Pak Reygan yang temani kamu," ucap Lorenzo tidak ikhlas.

Alletta menatap bingung Lorenzo, kenapa tiba-tiba sekali?

"O-oh, iya Pak. Makasih ya sudah main ke sini," katanya.

Lorenzo mengangguk sambil tersenyum, tangannya mengelus rambut Alletta dengan lembut. "Saya pulang dulu, besok kita ketemu di kantor ya."

Alletta mengangguk, dia mengantarkan Lorenzo sampai pintu.

Reygan terkekeh sinis melihatnya. Ternyata Lorenzo sudah bermain jauh.

"Bapak sudah makan?" tanya Alletta, ia duduk di samping Reygan.

Reygan menggeleng, dia menunjuk plastik yang dia bawa. "Saya pengen makan malam bareng kamu."

Alletta mengerjapkan matanya. Seniat itukah Reygan sampai membawa makanan ke sini? Untung saja Alletta belum terlalu kenyang, jadi dia bisa menuruti keinginan Reygan.

bersambung...