Ketukan palu dari hakim ketua, mengakhiri biduk rumah tangga Nirma bersama Yasir Huda.
Jalinan kasih yang dimulai dengan cara tidak benar itu, akhirnya kandas juga ... setelah Nirma dikhianati saat dirinya tengah berbadan dua.
Nirma memutuskan untuk berjuang seorang diri, demi masa depannya bersama sang buah hati yang terlahir tidak sempurna.
Wanita pendosa itu berusaha memantaskan diri agar bisa segera kembali ke kampung halaman berkumpul bersama Ibu serta kakaknya.
Namun, cobaan datang silih berganti, berhasil memporak-porandakan kehidupannya, membuatnya terombang-ambing dalam lautan kebimbangan.
Sampai di mana sosok Juragan Byakta Nugraha, berulangkali menawarkan pernikahan Simbiosis Mutualisme, agar dirinya bisa merasakan menjadi seorang Ayah, ia divonis sulit memiliki keturunan.
Mana yang akan menang? Keteguhan pendirian Nirma, atau ambisi tersembunyi Juragan Byakta Nugraha ...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29
Spesial meminta restu.
...----------------...
“TUNGGU!!” Nirma spontan berseru, kala menangkap maksud perkataan calon suaminya, ia menatap lekat wajah Byakta, lalu menoleh ke putranya yang sedang bermain Monyet menabuh gendang, bersama Trio Cebol.
Semua pasang mata tertuju pada Nirma, hati mereka dipenuhi tanda tanya.
Byakta paham maksud lirikan Nirma, lalu menoleh menatap Kamal dan para anak beranjak remaja. “Yek, dan lainnya … bisa tak kalian bawa Kamal bermain di luar?”
Diantara mereka bertiga, Danang lah yang memiliki kepekaan lebih tinggi. Ia langsung menggendong Kamal. “Ayo Dek! Kita tengok si Mbek kembarannya bang Rizal!”
“Macam betul saja kau! Dirimu sendiri pun mirip Biawak nya!” Rizal menjitak belakang kepala Danang.
Ayek memungut mainan Kamal sambil berseru. “Sesama saudara beda jenis, tak boleh saling mengolok! Tak patutlah macam tu.”
Langsung saja, Danang dan Rizal menatap tajam Ayek. Bersama mereka berseru seraya melangkah keluar rumah. “Kamal, ayok kita ke tanah lapang! Di sana banyak Lembu kembarannya Ayek!”
“Kalian tengok ya Wee! Bila nanti aku telah sukses menjadi Juragan Babi Ngepet, kalian pasti langsung kulupakan!”
Kamal tertawa terpingkal-pingkal di bawa lari kecil oleh sosok yang menurutnya sangat menghibur.
Ron memilih berjaga di teras rumah, agar pembicaraan ini tetap menjadi rahasia keluarga.
***
Selepas kepergian trio Cebol, Mak Syam menatap sungkan Byakta. “Maaf ya Juragan, mereka memang macam tu. Suka bercanda.”
“Tak apa, Mak Syam. Saya lebih suka anak macam mereka yang apa adanya. Namun, memiliki adab sopan santun tinggi! Tahu menempatkan diri.” Juragan Byakta telah mengenal Trio Cebol, sebelumnya sudah beberapa kali datang kemari guna memberikan kabar terkini tentang Nirma serta pertumbuhan Kamal.
“Apa aku jua harus keluar?” Dhien bertanya seraya menunjuk dirinya sendiri, ia paham akan ada pembahasan serius.
Nirma yang duduk disebelah Dhien, menahan lengan wanita berambut keriting itu. “Tak perlu Kak. Sebab dirimu bukan orang lain, melainkan keluarga bagi kami.”
Bungkamnya juragan Byakta, menambah rasa penasaran mereka. Tangan Mak Syam digenggam erat oleh Nirma.
“Mak Syam … dengan kerendahan hati, saya berniat ingin memperistri putri bungsu mu, yakni Nirma.” Byakta menatap serius wajah terkejut calon ibu mertuanya.
“A_pa? Saya tak salah dengar ‘kan?” sosok tua berkerudung merah muda itu sampai terbata-bata. Jelas dirinya begitu terkejut, rasa bahagia yang menyelimuti hatinya berganti dengan kebingungan luar biasa.
“Maaf bila menyela, tapi diri ini begitu penasaran ingin mengetahui alasan apa kiranya dibalik lamaran tiba-tiba ini?” Mala mengambil alih pembicaraan, dikarenakan ibunya masih terlihat linglung.
“Saya tak ingin berbasa-basi apalagi mencoba mencari simpati. Namun, alasan utama dibalik keinginan hati ini tak lain dan tak bukan, yakni karena Kamal Rashad, serta ingin menjadi suami sekaligus pelindung bagi Nirma!” jawabnya tegas tanpa menatap lawan bicaranya.
Kembali keheningan menyelimuti ruangan, Agam Siddiq masih diam seraya mengamati.
“Apa diantara kalian ada rasa cinta?” Mak Syam mulai bisa buka suara, netranya memandang bergantian sang putri dan juga Byakta yang duduk berseberangan.
“Belum! Namun, dengan berjalannya sang waktu, kami pasti bisa menumbuhkan rasa sakral itu, terlebih hidup dalam naungan atap yang sama, bukan tak mungkin cinta hadir diantara kami,” ucap Byakta tegas penuh keyakinan.
‘Apakah aku bisa belajar mencintaimu Mas?’ Nirma menunduk, batinnya berkecamuk.
“Bila niat kalian semata-mata demi Kamal, bukankah seperti ini saja telah cukup? Takutnya bila memaksakan diri, di kemudian hari akan timbul masalah lain lagi, sedangkan kalian sudah terlanjur terikat tali suci pernikahan,” sela Mak Syam.
“Mak Syam, semakin hari Kamal akan bertambah besar, cara berpikirnya pun tak lagi sederhana. Untuk sekarang kami bisa mengelabuinya dengan berpura-pura menjadi orang tua bahagia dihadapannya. Namun, kedepannya siapa yang dapat menjamin bila dia tidak akan bertanya tentang mengapa ayah dan ibunya tinggal terpisah.”
Pernyataan juragan Byakta itu bukan hanya menyentak pola pikir Mak Syam, tapi juga lainnya.
“Adapun Nirma telah hijrah, tak mungkin kan melakukan sentuhan fisik disaat tak ada ikatan halal, seperti bergandengan tangan kala membawa Kamal jalan di taman, dan hal-hal sederhana lainnya yang menurut putra kami wajar dilakukan oleh orang tuanya.”
Juragan Byakta kembali menyuarakan hal lumrah dilakukan pasangan suami istri yang memiliki kehidupan harmonis.
“Nirma, apa hal ini tak terlalu cepat? Sedangkan kau sendiri baru saja melewati masa Iddah,” Mala menatap lekat sang adik yang memilih menunduk sambil menggenggam tangan ibu mereka.
“Bila tak sekarang, lalu kapan Mbak? Apa menunggu sampai Kamal mengerti terlebih dahulu bila sosok yang selama ini ia panggil Ayah, ternyata hanya Bapak angkatnya?" Nirma mendongak menatap kakak kandungnya.
"Mbak tak lupa bukan? Perihal Yasir Huda yang kini mendekam di penjara, status tersangka yang disandang olehnya akan berdampak pada Kamal. Pasti ada saja manusia tak memiliki hati nurani yang mengatakan putraku itu anak narapidana." Nirma menghela napas panjang.
"Sebagai seorang ibu, tentu Nirma tak terima. Jalan satu-satunya untuk melindunginya ya memberikan figur nyata sosok Ayah yang sudi melimpahinya dengan kasih sayang, pemahaman, dan ikhlas membimbingnya agar tak salah langkah," sambungnya dengan tatapan mata berembun.
“Nirma ingin Kamal mulai mengenal para saudaranya, kedepannya mungkin kami akan sering berkunjung ke sini. Namun, sebelum hal itu terlaksana, Nirma ingin Kamal memiliki Ayah nyata, agar ia tak merasa berbeda dari lainnya.”
“Nak, apa kau yakin dengan keputusanmu?” Mak Syam membingkai lembut wajah putrinya, berusaha mencari kebenaran dibalik raut sendu itu.
Nirma mengangguk pelan. “Insya Allah, Mak.”
Mendengar jawaban tanpa keraguan itu, Mak Syam menoleh ke anak sulungnya. “Bagaimana, Mala?”
Nur Amala tidak begitu saja setuju, ia yang memiliki insting kuat, merasa ada sesuatu mengganjal belum diungkapkan.
“Juragan Byakta, bolehkah saya mengetahui rencana keseluruhan Anda? Sebab diri ini meyakini bila ada hal penting lainnya yang belum dikatakan.”
Byakta tersenyum samar, lalu menatap lekat wajah calon istrinya. “Ini tentang Kamal yang statusnya akan saya ubah menjadi anak kandung di atas kertas. Meniadakan nama Yasir Huda!”
Nirma menggigit kuat bibir bagian dalam agar tetap bungkam. Ia sama sekali tidak tak tahu menahu perihal ini. ‘Mengapa sampai sejauh ini? Sebetulnya apa maumu Mas?’
"Bolehkah kami mengetahui alasannya, Juragan ...?"
“SAYA TAK SETUJU!!”
.
.
Bersambung.
restu dah dikantongi tinggal gasssss polllll resepsi yeeeeeeeee
Gak tahu aja mereka, kalau juragan Byakta dan Aji sudah mepersiapkan seminggu sebekum hari H.nya.