Nura sangat membenci Viona seorang gadis sholehah, cantik dan berprestasi di sekolahnya. Di hari ulang tahunnya, Nura merencanakan sesuatu yang jahat kepada Viona.
Dan akhirnya karena perbuatan Nura, Viona menyerahkan kesuciannya kepada pemuda asing.
Viona terpaksa menikah dengan pemuda lumpuh. Setelah hamil, Viona memutuskan lari meninggalkan suaminya dan mencari ayah dari anaknya.
Berhasilkah Viona menemukan ayah dari anaknya?
Ikut ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 Rumah Terapung
"VIONAAAAA!"
Alvaro terbangun dari tidurnya. Alvaro keluar dari kamar dan mengetuk pintu kamar Raka.
"Iya Bos," Raka dengan malasnya membuka mata.
"Apa kamu tau di mana rumah terapung?" tanya Alvaro.
Raka yang masih terkantuk menggelengkan kepala. Raka berdiri di depan pintu dengan mata terpejam. Raka merasa keningnya ditepuk-tepuk sesuatu. Raka mencium aroma uang yang khas.
Perlahan Raka membuka mata. Dan benar, tepat di depan matanya, ada segepok uang berwarna merah. Dengan cepat Raka mengambilnya.
"Ayo!" Alvaro menarik uang itu dan memasukkannya ke dalam sakunya.
Raka membuka lebar matanya. Dengan semangat Raka berlari mengambil kunci mobil menuju pintu depan.
"Bos, tunggu! Kok gak pake kursi roda?"
"Ini darurat, ayo!" Alvaro masuk ke dalam mobil duduk di kursi depan.
"Tapi, kalo Tuan Arya, Syakira liat gimana?"
"Bodo amat, ayo ke rumah terapung!" Alvaro memasang seat belt.
Raka mencari rumah terapung dan mengatur map dari ponselnya. Raka mengikuti arahan map. Selama tiga puluh menit mereka masih berputar-putar di area pinggir sungai.
Di daerah sana lah terdapat rumah terapung. Raka menepikan mobilnya.
"Bos, memangnya kita mau ke mana?"
"Aku juga tidak tau. Raka ini belum terlalu malam, cari masjid terdekat."
Raka kembali menyalakan mesin mobilnya. Raka perlahan memperhatikan sekitar. Raka dengan sopan bertanya kepada orang yang mereka jumpai di jalan. Berkat bantuan orang tersebut mereka menemukan masjid.
Alvaro dan Raka masuk ke dalam masjid. Alvaro dengan sopan menyapa bapak-bapak yang lagi berkumpul di dalam masjid. Alvaro memperkenalkan diri dan menyampaikan maksud dan tujuannya datang.
Alvaro mencari istrinya yang mengalami kecelakaan mobil. Mobil itu tenggelam di sungai. Sepupu Alvaro sudah ditemukan tapi sayang istrinya sampai sekarang belum ditemukan.
Alvaro menunjukkan foto Viona kepada bapak-bapak di masjid. Mereka semua saling berpandangan. Salah seorang dari mereka yang dipanggil Pak Ustaz menanyakan apakah benar yang ada difoto itu istri Alvaro. Alvaro menjawab iya.
Pak Ustaz segera membawa Alvaro yang diikuti Raka ke rumah warga yang letaknya tidak begitu jauh dari masjid. Rumah itu dikerumuni warga. Tuan rumah menyambut kedatangan pak ustaz, Alvaro dan Raka.
"Ini suaminya. Tolong pertemukan mereka," kata Pak Ustaz.
"Mari, silakan, maaf keadaan rumah kami begini," Ibu yang punya rumah membawa Alvaro, Raka dan pak ustaz ke ruang tengah rumahnya.
Di ruang tengah, ibu-ibu duduk membacakan surat yasin untuk seseorang yang terbaring di atas kasur kapuk. Alvaro mendekat, matanya membelalak. Alvaro memeluk Viona yang tidak sadarkan diri.
"Sayang, sayang, bangun. Aku datang. Bangun," Alvaro menangis sambil memeluk Viona.
Ibu-ibu yang ada di sana mengucap syukur karena suaminya menemukan Viona. Pak Ustaz secara singkat memberitahu ibu-ibu yang ada di sana tentang Viona yang mengalami kecelakaan.
Ibu Rani juga bercerita awal bertemu Viona. Ibu Rani si pemilik rumah seperti biasa mencuci pakaian di belakang rumah. Bu Rani berteriak histeris ketika melihat seseorang mengapung di atas batang pohon.
Tetangga yang mendengar teriakannya berbondong-bondong datang membantu mengangkat Viona dari sungai.
Tubuhnya sedingin salju. Kulitnya mengelupas, wajahnya pucat, bibirnya pecah-pecah. Bu Rani memanggil bidan yang ada di kampung mereka untuk memeriksa keadaan Viona.
Viona dalam keadaan hamil mengalami kekurangan cairan. Untungnya bayi yang ada di dalam kandungannya sehat. Tapi Viona sampai sekarang enggan membuka mata seolah ada sesuatu yang menahannya.
Bu Rani meminta bantuan pak ustaz untuk memeriksakan kondisi Viona secara mata batin. Ternyata ada satu keinginan yang kuat dari Viona. Viona ingin bertemu dengan ayah bayinya.
"Maaf Nak Alva, apakah benar Nak Alva Ayah dari bayi yang dikandung Viona?" tanya Pak Ustaz.
"Benar, saya orangnya," jawab Alvaro.
"Sebelum kemari, apa Nak Alva memimpikan sesuatu?"
"Iya, saya bermimpi mendengar Viona mengaji, tapi Viona tidak mau kembali bersama saya," jawab Alvaro.
"Alhamdulillah, berarti memang benar itu Nak Alva. Saya yang mengirim mimpi itu. Baiklah. Nak Alva, pegang tangan Viona. Saya akan membantu Nak Alva menemui Viona. Bujuk dia kembali. Kasihan anak kalian, dia juga ingin melihat orang tuanya."
Alvaro duduk di samping Viona sambil memegang tangannya. Pak ustaz meminta ibu-ibu yang ada di rumah Bu Rani membaca surah Yasin bersama. Pak Ustaz memegang tangan Alvaro dan membaca ayat-ayat suci di dalam hati.
Sukma Alvaro keluar dari raganya. Alvaro dibimbing pak ustaz pergi menuju cahaya terang yang ada di samping Viona. Alvaro masuk ke dalam lingkaran berwarna terang yang letaknya persis di samping Viona.
Alvaro berjalan menelusuri cahaya. Di ujung jalan, Alvaro melihat Viona. Alvaro berlari dan memasukkan Viona ke dalam pelukannya. Viona membalas pelukan Alvaro. Alvaro membujuk Viona agar kembali.
Viona terlihat sedih. Alvaro memegang perut Viona. Alvaro mengingatkan Viona di dalam perut Viona ada malaikat kecil yang berhak hidup. Dia berhak mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya.
"Viona, ini anak kita. Aku adalah Ayah dari anak ini. Percayalah. Aku adalah Ayahnya. Ayo kita besarkan bersama. Dia ada di sini," tunjuk Alvaro ke perut Viona.
"Benarkah Kak Alva Ayahnya?"
"Benar. Aku ingin dia lahir ke dunia. Aku ingin kita kumpul bersama. Viona, kembalilah sayang," bujuk Alvaro.
Viona menangis dalam pelukan Alvaro. Viona mengelus perutnya dan mengangguk. Viona mendengar suara-suara yang melantunkan surah Yasin. Viona perlahan membuka matanya.
"Sayang, kamu sudah kembali. Terima kasih," Alvaro memeluk Viona.
"Alhamdulillah," semua orang mengucap syukur.
Viona memperhatikan sekelilingnya. Viona menatap orang-orang yang sama sekali tidak pernah dia temui. Viona bangun sembari memegangi lengan Alvaro.
Alvaro sangat berterima kasih kepada pak ustaz dan ibu-ibu warga rumah terapung yang sudah membantunya.
Bu Rani menyediakan tempat untuk Alvaro, Viona dan Raka untuk beristirahat di rumah kontrakannya yang ada di sebelah rumah pribadinya.
Alvaro, Viona dan Raka beristirahat. Raka lebih dahulu terlelap. Sedangkan Alvaro dan Viona dalam kecanggungan.
"Kak Alva kok bisa ada di sini?" tanya Viona.
"Aku datang menjemputmu. Apa kamu ingat apa yang baru saja terjadi?"
"Aku ingat bertemu dengan Yumna di restoran. Ketika kami di parkiran, Kak Arya memaksaku masuk ke mobilnya. Tiba-tiba mobil kami terjun ke dalam sungai."
"Hmmm, apa kamu tidak ingat apa yang baru saja terjadi? Misalnya bermimpi sesuatu?"
"Mimpi?" Viona mengernyitkan keningnya.
Alvaro sedikit membalikkan badannya. Alvaro mengumpulkan keberanian untuk jujur kepada Viona. karena sudah waktunya Viona mengetahui kebenarannya.
"Viona, sebenarnya, aku adalah orang yang waktu itu menghabiskan malam panas bersamamu. Aku adalah Ayah dari bayi yang ada di dalam kandunganmu. Maaf, waktu itu aku ...."
Alvaro kembali membalikkan badannya. Dan ternyata Viona sudah duluan tertidur pulas di sampingnya.
"Selamat tidur sayang," Alvaro mengecup kening Viona.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...