NovelToon NovelToon
Terbelenggu Takdir Ke 2

Terbelenggu Takdir Ke 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Hafsah bersimpuh di depan makam suaminya, dalam keadaan berbadan dua. Wanita berjilbab itu menumpahkan rasa lelah, atas kejamnya dunia, disaat sang suami tercinta tidak ada lagi disisinya.

Karena kesalahan dimasa lalu, Hafsah terpaksa hidup menderita, dan berakhir diusir dari rumah orang tuanya.

Sepucuk surat peninggalan suaminya, berpesan untuk diberikan kepada sahabatnya, Bastian. Namun hampir 4 tahun mencari, Hafsah tak kunjung bertemu juga.

Waktu bergulir begitu cepat, hingga Hafsha berhasil mendapati kebenaran yang tersimpan rapat hampir 5 tahun lamanya. Rasa benci mulai menjalar menyatu dalam darahnya, kala tau siapa Ayah kandung dari putrinya.

"Yunna ingin sekali digendong Ayah, Bunda ...." ucap polos Ayunna.

Akankan Hafsah mampu mengendalikan kebencian itu demi sang putri. Ataukah dia larut, terbelunggu takdir ke 2nya.

SAQUEL~1 Atap Terbagi 2 Surga~
Cuma disini nama pemeran wanitanya author ganti. Cerita Bastian sempat ngegantung kemaren. Kita simak disini ya🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 26

Ayuna mengangkat tongkatnya ala peri, dengan mengembangkan senyum manisnya.

"Sayang, siapa yang membelikan baju peri itu? Perasaan, Bunda nggak pernah belikan kamu baju itu," ucap Hafsah yang yang kini berjongkok didepan tubuh putrinya.

"Tadi ada dua Paman yang datang kesini, Bunda-"

"Bastian dan Asistennya tadi datang. Dia membelikan Ayuna banyak sekali barang-barang, dan juga beberapa perlengkapan sekolahnya! Dia juga ada titipan buat kamu, Sah!" sela mbok Nah, yang baru keluar dari dalam.

Hafsah lalu bangkit. Dia mengajak sang putri masuk kedalam, karena sebentar lagi Kota Malang akan terguyur hujan.

"Tadi sudah Simbok taruh didalam kamarmu!" gumam mbok Nah, setelah menutup pintu.

Hafsah mendesah dalam, sambil menjatuhkan tubuhnya diatas sofa. Pikiran serta tubuhnya terkuras habis setelah bekerja, dan ditambah pertemuanya tadi dengan Reza, lalu setibanya dirumah, dia mendapat kejutan yang membuatnya bertanya-tanya. Kini tubuh kecil itu hanya dapat bersandar sambil meluapkan semuanya yang menyiksa.

"Untuk apalagi dia datang, Mbok?" Hafsah bersuara dengan masih memejamkan matanya.

"Hafsah ... Biar bagaimanapun, Bastian adalah Ayah kandung putrimu! Kamu boleh membencinya, namun kamu juga harus menghargai dia ... Ya, setidaknya sebagai sahabatmu!"

'Mas Raga pasti sudah menulis semuanya disurat itu. Untuk apa kamu memberitahunya, Mas! Demi apapun aku tidak rela!' gumam batin Hafsah.

Mbok Nah yang duduk disebelah Hafsah, tanganya terulur memijat sebelah bahu sang cucu. Wanita tua itu teringat, semasa hidup Raga, cucu semata wayangnya itu selalu mengadu lelah setiap pulang bekerja. Raga tidak akan bisa tidur, jika bahunya belum tersentuh tangan renta sang Nenek.

"Kamu cepat mandi dulu, sholat! Ayuna tadi sudah makan."

Hafsah mengangguk. Dia mengambil tangan keriput sang Nenek untuk diciumnya begitu lama. Setiap kali dia menatap mbok Nah, mata itu sangat mirip sekali dengan mata mendiang suaminya. Tatapanya yang teduh, membuat Hafsah selalu merasa nyaman dan tenang.

"Terimakasih, Simbok sudah mau merawat mas Raga semasa hidupnya dulu! Aku juga berterimakasih, Simbok sudah mau merawat serta menerimaku dulu. Walaupun Simbok tahu, jika Ayuna bukan putri kandung mas Raga."

"Simbok juga berterimakasih sama kamu, Nak! Jika tidak ada kamu dan Ayuna ... Entah seperti apa hidup Simbok saat ini."

Hafsah langsung menghambur kedalam pelukan wanita tua itu. Pelukanya terasa hangat, sama seperti pelukan mendiang Raga dulu. Hafsah sangat bersyukur, masih ada yang peduli dengan hidupnya setelah ditinggalkan Raga untuk selama-lamanya.

Setelah itu, Hafsah melonggarkan pelukanya. Dia lalu bangkit untuk masuk kedalam kamarnya.

Dia melihat, ada dua bingkisan yang diletakan mbok Nah diatas meja riasnya. Hafsah mengernyit, dia mendekat untuk melihat apa isi didalam bingkisan itu.

Hafsah duduk diatas kursi kayu, sambil membuka bingkisan pertama yang bersampul biru laut. Ada sebuah kotak agak besar, yang terlilit pita emas diatasnya. Begitu Hafsah membuka, didalamnya ada sebuah set abaya indah, yang sudah dilengkapi dengan jilbab lebarnya.

Wajah Hafsah hanya datar tanpa ekspresi. Tanganya mengambil satu bingkisan satunya, yang bersampul hitam. Ketika dibuka, didalamnya sama ada sebuah kotak bewarna orange dengan logo Cxxx. Dan ternyata, isinya adalah tas mewah. Seumur-umur, baru kali ini dia mendapat bingkisan tas mewah dengan harga fantastik itu.

Senang, bangga, atau girang mendapat tas mewah? Tidak, Hafsah sama sekali tidak tertarik dengan itu semua. Wajahnya sejak tadi tanpa gairah saat membukanya.

'Apa dia pikir, dengan barang mewah itu aku dapat luluh begitu saja ... Tentu tidak!'

Hafsah menyingkirkan semua barang itu, seolah masih utuh didalam bungkusannya semula.

Drrt.. Drrt..

Baru saja Hafsah akan bangkit menuju kamar mandi. Tiba-tiba ponselnya bergetar didalam tas kerjanya. Namun waktu sudah menunjukan pukul hampir 5 sore. Dan Hafsah harus segera menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Drrt.. Drrt..

Ponsel Hafsah terus saja berdering, hingga dia selesai menunaikan sholat. Karena penasaran, Hafsah langsung beranjak menuju meja rias, untuk melihat siapa yang menghubunginya sejak tadi.

"Bapak? Ada apa, ya?" lirih Hafsah yang masih mengenakan mukenanya.

Drrt.. Drrt..

Dan kebetulan, ponsel yang masih dia genggam kini berbunyi kembali. Dan sekarang, ganti bu Mirna yang menghubunginya.

"Hallo bu, ada apa?"

"Hafsah ... Kamu ini apa-apan, ha? Suka sekali membuat masalah dalam keluarga Bapak!" sergah pak Mulyo, yang saat ini menyambar ponsel istrinya.

Hafsah mengernyit, merasa bingung dengan ucapan sang Ayah barusan. Masalah? Masalah apalagi, sementara dirinya saja jauh dengan orang tuanya. Lalu, masalah dari mana yang dia timbulkan.

Flasback 2jam yang lalu,

Setelah apa yang terjadi tadi, Reza dengan segala kelicikannya langsung saja datang kerumah pak Mulyo, untuk meminta pertanggung jawaban Hafsah.

Pria itu turun dari mobil, memasang wajah murka, serta langkah tergesa agar sampai didepan rumah Hafsah.

Tok!! Tok!!!

Begitu pintu terbuka, Reza langsung saja melenggang masuk dengan wajah yang kurang bersahabat.

Pak Mulyo dan bu Mirna tampak melempar tatap sekilas, karena merasa heran dengan sikap pria muda didepannya kini.

"Putrimu! Putrimu sudah berani meludahi wajahku dengan ucapan sombongnya itu!" sentak Reza, menekan penuh kalimatnya.

"Hafsah? Apa nak Reza tadi bertemu Hafsah? Apa yang terjadi sebenarnya?" sela bu Mirna merasa cemas.

"Saya tidak mau tahu ... Jika Hafsah tidak datang meminta maaf padaku, maka saya akan memenjarakan dia saat ini juga!" ancam Reza menatap bias kedua orang tua Hafsah.

Degh!

Pak Mulyo membolakan mata lebar, bagai mendengar petir tanpa adanya hujan turun.

"Nak Reza ... Nak Reza lebih baik tenangkan dulu perasaanmu! Ayo, mari silahkan duduk! Kita dapat bicarakan semua ini dengan kepala dingin," bujuk pak Mulyo, yang begitu antusias mempersilahkan pria muda itu duduk.

Dada Reza bergemuruh kencang, hingga deru nafasnya terdengar naik turun.

"Tunggu sebentar ya Nak, biar ibu telfon dulu, Hafsah!"

Flashback of.

Hafsah benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan Reza saat ini. Entah maunya apa sehingga membuat masalah dalam hidupnya.

"Bu, tapi dia yang sudah memulai lebih dulu! Dia menghadang jalan Hafsah-"

"Sudahlah, Hafsah! Lebih baik kamu pulang dulu sekarang! Reza sudah menunggumu disini!"

Tut!!!!!

Hafsah mendesah dalam. Ingin rasanya dia meludahi pria gila itu untuk yang kedua kalinya. Bisa-bisanya Reza melempar batu sembunyi tangan. Dia yang memulai, dia sendirilah yang berlagak seperti korban. Hafsah berasa menghadapi Puspita season 2.

Mau tidak mau, setelah selesai adzan magrib berkumandang, dia langsung cepat-cepat untuk bersiap menuju kerumah orang tuanya.

Sejujurnya Hafsah sangat malas sekali. Badan sudah terasa lelah, dia harus dihadapkan kembali dengan masalah yang tidak seharusnya terjadi. Mungkin saja jika dapat berteriak kencang, Hafsah akan melakukannya malam ini.

"Bunda, Bunda mau kemana?" tanya Ayuna, begitu melihat Bundanya keluar dari kamar sudah memakai pakaian rapi dengan tas selempang kecil.

"Sayang, Yuna dirumah sebentar ya! Bunda ada sedikit urusan orang dewasa. Nanti setelah pulang, Bunda belikan jajan kesukaanmu!"

"Oke Bunda! Bunda hati-hati ya!" Ayuna kembali lagi duduk didepan televisi, dengan melakukan hobinya yakni mewarnai.

Mendengar itu, mbok Nah lantas keluar dari kamarnya, setelah dia juga selesai melaksanakan sholat magrib.

"Mau kemana, Sah?"

"Ada sedikit masalah, Mbok di rumah! Nanti Hafsah ceritain kalau sudah selesai. Titip Ayuna sebentar ya, Mbok! Assalamualaikum ...."

"Walaikum salam! Hati-hati, diluar masih gerimis, jangan lupa pakai jas hujan!" peringat mbok Nah, sambil berjalan kedepan pintu.

Setelah Hafsah menjalankan sepeda motornya, belum juga 5 menit disaat mbok Nah baru saja mau menutup pintu rumahnya, wanita tua itu mengerutkan dahi, kala melihat ada sebuah mobil hitam berhenti didepan masjid, sebrang rumahnya.

Rupanya, Bastian!

Pria itu langsung saja berjalan cepat, sambil membawa satu bingkisan disebelah tangan kanannya.

"Assalamualaikum, Mbok!" sapanya saat melihat mbok Nah masih didepan pintu.

"Walaikumsalam, Bas! Kebetulan kamu datang. Hafsah baru saja pergi menuju rumah orang tuanya," jawab mbok Nah terlihat cemas.

"Hafsah pergi? Ada apa, mbok? Lalu ... Ayuna juga ikut?"

"Ayuna dirumah. Sepertinya ada masalah dirumah orang tuanya! Kamu lebih baik susul dia, Bas! Simbok takut terjadi sesuatu ... Apalagi cuacanya seperti ini," ucap mbok Nah masih merasakan kekhawatiran disana.

Bastian dengan cepat, langsung memberikan bingkisan itu kepada mbok Nah. Dia lalu kembali lagi menuju mobilnya, dan langsung menuju desa tempat tinggal Hafsah.

Dan untung saja, Bastian waktu lalu sudah mengetahui rumah Hafsah dalam pencariannya, namun pria itu belum sempat datang karena sudah menemukan rumah Ragantara, yang artinya tempat tinggal Hafsah juga.

Wajah Bastian mendadak cemas, pikirannya melambung jauh, bahwasanya terjadi sesuatu yang tidak Hafsah inginkan.

Karena jalan begitu licin, Hafsah sangat pelan mengedarai motornya saat ini. Dia sedikir menggigil walaupun tubuhnya sudah terbalut denga jaket yang begitu tebal.

Hingga tak terasa, perjalanannya sudah memasuki pelasman masuk menuju desa tercinta. Bukan lagi tercinta, namun lebih memberi luka selama masa mudanya.

*

*

*

*

Kediaman pak Mulyo,

Mereka semua yang didalam saat ini langsung bangkit, kecuali Reza yang masih duduk tenang dengan senyum tipisnya, kala mendengar suara motor Hafsah sudah berhenti didepan rumah orang tuanya.

Bu Mirna menyambut kedatangan putrinya dengan wajah yang begitu sulit diartikan. Dia menatap Hafsah, mengisyaratkan agar segera masuk kedalam.

Hafsah menghela nafas dalam, lalu segera masuk kedalam dengan raut wajah menahan geram.

"Hafsah, akhirnya kamu pulang!" ucap Reza seraya bangkit dari duduknya. Wajah pria itu sangat terlihat tengil, dengan gayanya yang sok tampan.

1
Sunaryati
Semangat Hafsah, jadilah ibu yang tangguh
Septi.sari: 😊🙏🙏❤nantikan update selanjutnya ibu.
total 1 replies
Sunaryati
Itulah jika bertindak tanpa dipikir dulu akhirnya dihinggapi penyesalan. Tapi jika niatmu sungguh-sungguh, mudah- mudahan masih ada waktu memperbaiki kesalahan
Septi.sari: iya bu, semoga niat bastian sungguh2.🤧
total 1 replies
Sunaryati
Wah ternyata banyak yang tertarik sama Hafisyah, sayang masa mudanya dihancurkan teman- temannya.
Septi.sari: hai ibu sunaryati selamat mebaca cerita sederhana ini❤🙏
total 1 replies
yumi chan
thor lps ini bt hafisah pergi jauh sm anknya thor..stlh bas tau kalau dia punyn ank stlh kjdian itu...bt bas mkn berslh dn gla di tgl pergi kauh sm hafisah....sbd kt maaf tdki ckp dgn apa yg di lkukn..
Septi.sari: kak, terimakasih sudah mampir dicerita sederhana ini. nantikan bab selanjutnya ya❤❤🤗
total 1 replies
Tunjiah
aq sika cerita nya. ngk ber tele2
Septi.sari: kak terimakasih banyak, 🙏🙏❤❤🤗
total 1 replies
yumi chan
good jod thor
Septi.sari: kak selamat membaca, dan nantikan updatan terbarunya🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
ceritanya bagus
Septi.sari: maa syaa allah kak, terimakasih bintangnya😊🙏❤❤
total 1 replies
Nadiaaa
lanjut thor
Septi.sari: baik kak❤🙏
total 1 replies
Elly Irawati
pengen tak cakar" tuh ya wajah si pus pus😡
Septi.sari: gas dek ell, 🤣🤣🤣
total 1 replies
Elly Irawati
lanjut gais, ditunggu up selanjutnya😍😍💪💪
Septi.sari: macih dekk ell😍🤗
total 1 replies
CF
wduh sya suka kota mlang
Septi.sari: Saya juga suka kak, walaupun saya asli jawa tengah😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!