"Oke. Dua Cinnamon Pumpkin Chai latte," jawab gue sambil mencatat di kasir. Gue perhatikan dia. "Kalau mau sekalian nambah satu, gue kasih gratis, deh!"
"Lo kira gue butuh belas kasihan lo?" Nada suaranya ... gila, ketus banget.
Gue sempat bengong.
"Bukan gitu. Lo, kan tetangga. Gue juga naruh kupon gratis buat semua toko di jalan ini, ya sekalian aja," jelas gue santai.
"Gue enggak mau minuman gratis. Skip aja!!"
Ya ampun, ribet banget hidup ini cowok?
"Ya udah, bebas," balas gue sambil mengangkat alis, cuek saja. Yang penting niat baik sudah gue keluarkan, terserah dia kalau mau resek. "Mau pakai kupon gratis buat salah satu ini, enggak?"
"Gue bayar dua-duanya!"
Oke, keras kepala.
"Seratus sebelas ribu," sahut gue sambil sodorkan tangan.
Dia malah lempar duit ke meja. Mungkin jijik kalau sampai menyentuh tangan gue.
Masalah dia apa, sih?
────୨ৎ────
Dear, Batari Season IV
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengganggu
"Kenapa? Ada yang ganggu lo?" Kalimat itu pun keluar dari mulut gue, dan Hazerrie langsung naikan alis sambil memperhatikan gue.
Ya, jelas, lah, gue khawatir sama dia.
"Apa? Enggak, gue cuma mikir, karena gym ini dekat banget dari rumah, enggak ada salahnya dong belajar bela diri, siapa tahu nanti gue butuh."
"Emangnya keluarga Batari pernah bikin tangannya kotor?" sindir Hazerrie, dan gue langsung maju sedikit, karena kalau dia bicara omong kosong lagi ke dia, gue bakal menyudahi obrolan ini sekarang juga.
Hazzerie punya alasan buat kesal sama keluarga Batari. Kita berdua pun punya. Tapi itu semua enggak ada hubungannya sama Ailsa.
Ailsa enggak gentar sedikit pun. "Hmmm … kita lihat aja. Gue bantu renovasi cafe, terus juga sering motongin sayur buat bikin shake ini, jadi kayaknya ... iya. Batari yang satu ini siap kotorin tangannya kalau memang dibutuhin."
Tiba-tiba ada siulan dari belakang gue, dan saat gue menoleh, ternyata Mohan sudah rebahan di sofa sambil tertawa terbahak-bahak. Eros melirik dia sambil menutupi kuping Chumpa, dan Kai diam saja, mengamati semuanya.
"Oke deh. Kayaknya cewek ini memang butuh kelas tinju, Nauru." Hazerrie mengulurkan tangan ke dia. "Siapa tahu juga lo bisa bantu bikin cowok ini benar-benar siap buat pertandingan nanti."
Dia senyum waktu menyalami tangan Hazerrie, terus menyodorkan tas ke gue. "Minum satu sekarang sebelum latihan, terus satu lagi setelah sesi sore nanti, ya."
"Oke. Gue bakal lihat apakah si Pingko bisa jadi pelatih lo." Gue ambil tas dari tangannya, dan jari gue sempat menyentuh jarinya. Dan sialan ... cuma gara-gara sentuhan kecil itu, gue langsung ereksi. Enggak tepat banget waktunya. Jadi dia harus segera pergi. "Nanti gue kabarin, ya. Makasih buat minumannya."
"Iya, santai." Dia mundur selangkah, matanya sempat melirik ke Hazerrie yang masih memandangnya, "Sampai ketemu lagi."
"Daaa, Kaaak Ailsa!" Chumpa langsung lompat dan lari bukakan pintu buat dia.
Bocah kecil sialan itu memang sudah kelewat batas.
"Bye, Beefcake. Semoga kita ketemu lagi." Ailsa tersenyum lebar sampai dada gue berasa tertarik.
Sial, jangan-jangan gue sakit. Mungkin benar kata anak-anak, gue sudah terlalu banyak latihan dan kurang nutrisi.
Tapi akhirnya gue cuma bisa diam saja, memperhatikan Ailsa.
"Oh, Kakak pasti bakal ketemu aku lagi," kata Chumpa saat dia keluar dan menutup pintu. "Aku bakal nikahin dia suatu hari nanti."
Semua pada tertawa, kecuali Hazerrie yang sekarang malah memperhatikan gue.
"Kayaknya lo harus ikut antre dulu deh, bocil!" Gue kasih dia jari tengah, terus taruh tasnya di meja dan ambil satu botol minuman yang Ailsa kasih tadi.
Gue buka tutup botol plastik itu dan langsung teguk panjang. Rasanya enggak enak-enak banget, tapi gue habiskan dalam dua kali teguk terus rebahan ke sofa.
"Jadi, apa ceritanya, nih?" tanya Kai.
"Enggak ada cerita, Bro." Gue tutup mata, capek.
"Tutup kuping, Beefcake!" pekik Hazerrie, yang sudah jadi kode buat Chumpa biar menutup telinganya. "Buka mata lo dan berhenti jadi banci, Nauru!"
Gue buka mata dan naikkan alis. "Bro, gue lagi enggak punya energi buat ngeladenin lo. Enggak ada apa-apa, suer."
Dia senyum.
"Kayaknya kita semua udah tahu alasannya," kata Mohan. "Lo naksir dia."
"Setidaknya si Beefcake punya nyali buat ngaku," timpal Hazerrie sambil ketawa.
"Dia kelihatan baik, sih. Tapi gue juga enggak kenal dia sedekat itu. Sumpah enggak ada apa-apa."
"Tapi kita semua tahu, gimana cara lo ngelihat dia waktu di Bar malam itu. Gue lihat sendiri lo langsung ngacir begitu dia pergi. Dan jangan lupa, malam waktu lo nyelametin dia dari pembobolan itu dan akhirnya lo biarin dia tidur di rumah lo," kata Hazerrie.
"Dia tidurnya di kasur Chumpa."
"Eh. Nama aku Beefcake!" protes Chumpa sambil memelototi gue seolah gue baru saja menusuk hatinya.
"Maaf-maaf. Enggak bakal keulang lagi."
"Lo ada masalah sama itu?" tanya Kai, kali ini menunjuk pertanyaannya langsung ke Hazerrie.
"Dengar, buat gue keluarga dia itu racun. Mereka enggak mikir dua kali buat ngelakuin apa yang mereka lakuin ke gue dan Nauru. Okay, iya, gue setuju, kalau cewek itu beda. Dia kelihatannya benar-benar enggak tahu sama apa yang dulu pernah terjadi."
"Terus?" sahut Kai sambil naikkan alis.
"Gue kasih tahu lo nih, orang tua dia enggak bakal suka kalau dia pacaran sama cowok yang bukan dari kalangan atas kayak mereka. Jadi, kalau lo mau jalan terus, itu keputusan lo. Tapi ingat, mereka pernah ngehancurin lo, dan bisa aja ngelakuin itu lagi."
Gue mengangguk pelan. "Enggak ... Akan ... Terjadi ... Apa-apa ... Sama kita."
"Tapi lo naksir, kan?" goda Mohan.
Gue langsung kasih dia jari tengah saat Chumpa menyeletuk, "Aku yang bakal dapetin hati Kakak itu!"
Dan ruangan langsung pecah sama tawa mereka semua.
Gue lirik tajam ke Hazerrie, dan dia mengerti banget sebenarnya bagaimana perasaan gue. Karena dia benar. Dunia Ailsa dan dunia gue itu bagaikan minyak sama air, enggak bakal bisa menyatu.
Dan sekarang, yang harus gue lakukan cuma satu, fokus ke pertarungan.
Enggak boleh ada gangguan.
Dan Ailsa Batari?
Sekarang justru jadi pengganggunya.
sampe Nauru akhirnya mau minuman gratis di cafe Ailsa 🤭
walau di cerita awal, Caspian itu adiknya tapi disini jd kakaknya, gpplah. mohon lanjutannya Thor 🙏🙏🙏🙏