(Area orang dewasa🌶️)
Hidup Viola Amaral berubah drastis ketika sebuah kontrak mengikatnya pada kehidupan seorang jenderal berpengaruh. Bukan pernikahan impian, melainkan perjanjian rahasia yang mengasingkannya dari dunia luar. Di tengah kesepian dan tuntutan peran yang harus ia mainkan, benih-benih perasaan tak terduga mulai tumbuh. Namun, bisakah ia mempercayai hati seorang pria yang terbiasa dengan kekuasaan dan rahasia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Tak, tak, tak.
...Suara ketukan tajam sepatu hak tinggi Viola memecah keheningan mansion saat ia menuruni anak tangga, membuat Revan yang tengah berdiri dan berbincang santai dengan Bobby otomatis menoleh ke arah sumber suara....
Astaga... mendapatkan istri secantik ini, malah disia-siakan, Tuan benar-benar bodoh, batin Bobby tanpa sadar, matanya terpaku pada sosok anggun yang kini tampak di ujung tangga.
...Sekilas, Revan pun terpesona, sebelum buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah Bobby yang masih bengong....
"Ehem!" dehem Revan.
"Eh! Tuan," Bobby tersentak, matanya melebar sesaat sebelum ia salah tingkah merapikan jasnya yang sebenarnya sudah licin, berusaha menyembunyikan kekaguman yang baru saja terpampang jelas di wajahnya di bawah tatapan tajam Revan.
"Tuan, saya sudah siap," sela Viola, berdiri di samping Bobby dan Revan, menciptakan jarak kecil di antara keduanya.
"Cih! Ayo cepat," desis Revan dingin, berbalik dan berjalan cepat meninggalkan Viola dan Bobby.
"Mari, Nyonya," ajak Bobby memberi jalan dengan sopan kepada Viola.
"Baik," jawab Viola sedikit canggung, lalu segera melangkah pergi.
Bobby mengikuti dari belakang.
...Mereka berjalan bersamaan menuju pintu utama mansion, kemudian berlanjut ke arah mobil yang terparkir. Viola hendak membuka pintu depan, namun tiba-tiba sebuah teguran menginterupsinya....
"Kau, masuk sini. Jangan membuatku dalam masalah dengan menciptakan drama," suara dingin Revan menusuk, tatapannya tajam dari balik kaca pintu belakang mobil yang terbuka.
"Maaf," lirih Viola sambil menunduk, menyembunyikan ketakutannya. Ia segera berjalan menuju pintu belakang mobil, membukanya, dan masuk.
...Begitu Viola duduk di samping Revan, Bobby segera menjalankan mobil, meninggalkan pekarangan mansion menuju gedung tempat acara akan diadakan. Perjalanan singkat membawa mereka tiba di lokasi, di mana kerumunan wartawan telah siaga menanti dengan kamera yang siap membidik....
"Kita harus berakting seolah-olah kita adalah suami istri yang bahagia. Paham?" cetus Revan tanpa menoleh.
Viola tersentak kecil, lalu mengangguk pelan. "B-baik, Tuan," jawabnya lirih.
...Mobil yang mereka tumpangi berhenti dengan mulus. Bobby segera keluar dan bergegas membuka pintu belakang....
"Silakan, Tuan," ucap Bobby sopan.
"Hhhmm," gumam Revan sambil membenarkan letak jasnya. Ia keluar dari mobil, berdiri tegak, lalu mengulurkan tangannya ke arah Viola yang masih duduk di dalam.
...Dengan gerakan kaku yang bercampur dengan rasa gugup, Viola meraih tangan Revan yang terasa begitu kokoh. Ia turun dari mobil, dan seketika itu juga, riuh rendah suara serta kilatan cahaya kamera menyerbu mereka. Para wartawan saling berdesakan, berusaha mengabadikan gambar Viola dan Revan dalam jepretan heboh....
...Tanpa diduga, Revan menarik Viola mendekat, merangkul pinggangnya dengan posesif. Viola tersentak kaget, mendongak menatap Revan dengan bingung....
"Tersenyumlah ke arah kamera," bisik Revan di telinganya, sambil menampilkan senyum menawan dan melambaikan tangan ke arah lensa-lensa yang membidik mereka.
...Viola menoleh ke arah kamera dan mencoba tersenyum, meskipun terlihat sedikit kaku. Gelombang kehebohan kembali menyeruak di antara para wartawan ketika sebuah mobil mewah lainnya tiba-tiba muncul dan berhenti tepat di samping Revan dan Viola....
Pintu mobil itu terbuka, dan Brian keluar dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Ia mengulurkan tangan ke arah pintu mobil, siap menyambut sang istri, Olivia.
"Selamat malam, Kakak dan Kakak Ipar," sapanya ramah.
"Malam," balas Viola dengan senyum tulus. Berbeda dengannya, Revan memasang wajah dingin tanpa sedikit pun menoleh ke arah Brian.
Tak lama kemudian, Olivia keluar dari mobil, dan kilatan kamera para wartawan semakin tak terkendali.
"Nyonya, apakah Anda bahagia menjalani hidup sebagai istri Tuan Muda Brian?" tanya seorang wartawan di tengah ramainya jepretan kamera.
...Brian dengan sigap merangkul pinggang Olivia, lalu mengecup pipinya dengan mesra. Setelah itu, ia menoleh ke arah wartawan yang bertanya. ...
"Sungguh pertanyaan yang konyol, bukan begitu, Sayang?" ucapnya sambil tersenyum pada Olivia.
Sontak, pipi Olivia bersemu merah dan ia mencubit perut Brian dengan gemas. "Sudah, ayo kita masuk," bisiknya malu.
"Ayo, Sayang," ajak Brian lembut, menggandeng Olivia melewati Revan dan Viola menuju pintu masuk gedung.
"Tuan Revan, apakah Anda sudah melupakan Nyonya Muda Olivia dan menerima Nyonya Muda Viola sebagai istri Anda?" tanya seorang wartawan lain, mencoba mendapatkan reaksi dari Revan.
"Tentu saja," jawab Revan dengan suara lantang, tanpa ragu menarik Viola ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya di hadapan semua orang.
...Aksi Revan itu sontak membuat para wartawan semakin histeris, berlomba-lomba mengabadikan momen tersebut. Dengan cepat, Revan mengakhiri ciumannya, lalu menggandeng Viola menuju pintu gedung, bergabung dengan Olivia dan Brian yang sudah menunggu di depan pintu gedung....
"Aktingmu sangat buruk, Kak," bisik Brian sambil terkekeh pelan.
"Bukan urusanmu," jawab Revan singkat, tanpa sedikit pun menoleh ke arah adiknya.
...Kemudian, mereka berempat berjalan masuk bersamaan, menggandeng mesra pasangan masing-masing. Kedatangan mereka sontak menarik perhatian seluruh tamu yang hadir, yang menatap dengan tatapan kagum....
(Bersambung)