Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 - Toko Grosir Sistem
Tapi ada satu lagi, Rian." Felix berhenti dan mempertajam matanya.
Rian menelan ludah, merasakan tekanan yang lebih kuat dari sebelumnya.
"Ingat, jaga pergaulanmu." Ucap Felix
Rian mengangguk pelan.
"Saya mengerti, Pak Felix."
Felix menatapnya tajam, seakan ingin memastikan bahwa Rian benar-benar memahami maksudnya.
"Aku tidak ingin ada rumor buruk tentangmu. Jika kau benar-benar mencintai Sasha, maka buktikan dengan tindakan, bukan hanya kata-kata." Ucap Felix
Rian mengepalkan tangannya, bukan karena marah, tapi karena ia sadar tantangan ini bukan hanya tentang membangun perusahaan, tetapi juga menjaga kehormatan dan kepercayaan yang diberikan Felix.
Felix menghela napas pelan lalu mengalihkan pandangannya ke jendela.
"Aku sudah tau sasha mencintaimu. Tapi itu bukan alasanmu untuk berleha-leha, mengerti?" Felix menegaskan
Rian mengangguk sekali lagi, "Saya tidak akan mengecewakan Bapak, dan terutama… tidak akan mengecewakan Sasha."
Felix tersenyum tipis, Rian berjalan keluar dari ruangan itu, meninggalkan Felix dengan Sasha dengan pikiran rian yang semakin dipenuhi tekad.
Sasha yang melihat percakapan itu dari tempat tidurnya tersenyum tipis. Hatinya terasa hangat melihat bagaimana Rian dengan serius menerima tantangan dari ayahnya.
Dalam hatinya, ia berbisik, "Aku percaya padamu, Rian… Aku mencintaimu."
Meski tubuhnya masih lemah setelah operasi, hatinya kini merasa tenang. Rian telah membuktikan bahwa ia bukan hanya seseorang yang lewat dalam hidupnya, tetapi seseorang yang benar-benar berjuang untuk masa depan mereka.
- Di Teras Rumah Sakit -
Rian duduk di teras rumah sakit tepatnya di bangku besi yang berwarna silver, menatap orang berlalu lalang memasuki rumah sakit dan terlihatlah langit sore yang mulai berubah warna menjadi agak oranye menandakan matahari mau mulai terbenam.
Pikirannya terus berputar, mencari cara bagaimana membangun perusahaan dari nol. Dengan modal yang terbatas, ia tahu itu bukan perkara mudah.
"Perusahaan butuh modal besar… butuh pengalaman, relasi, dan waktu yang tidak sebentar." Rian menghela napas panjang, merasa tekanan semakin berat.
Namun, di tengah kebingungannya…
Ding! [Misi Tersedia]
[Bantu seorang pedagang kaki lima membayar hutang modalnya Rp. 10.000.000 kepada para rentenir]
[Hadiah: Akses Toko Grosir Sistem]
[Batas Waktu : 1 Jam]
Mata Rian membelalak. Sistem ini benar-benar ingin membantunya mendirikan perusahaan.
Jika ia bisa menyelesaikan misi ini, maka ia akan mendapatkan akses ke toko grosir sistem dan membangun toko kecilnya terlebih dahulu.
Tanpa ragu, Rian langsung berdiri. "Baiklah, mari kita mulai langkah pertama ini!"
Rian tidak membuang waktu. Ia segera membuka panel sistem dan meminta petunjuk lokasi pedagang kaki lima yang dimaksud dalam misi.
Ding! [Target Lokasi: Jalan Melati, dekat Pasar Sentosa]
Rian segera mengambil jaketnya dan bergegas menuju lokasi dengan menggunakan ojek online. Dalam pikirannya, ini bukan hanya tentang menyelesaikan misi, tetapi juga kesempatan untuk belajar bagaimana bisnis kecil beroperasi.
Sesampainya di Jalan Melati, ia melihat seorang pedagang kaki lima yang berjualan gorengan dengan gerobak sederhana. Wajahnya tampak letih, namun ia tetap tersenyum melayani pelanggan.
Rian mendekat dan melihat tulisan di gerobaknya:
"Gorengan Mak Lilis - Renyah & Gurih"
"Selamat pagi, Bu. Saya Rian. Saya ingin bicara sebentar, boleh?" Rian menyapa dengan sopan.
Mak Lilis menatapnya curiga. "Ada perlu apa, Nak?"
Saat Rian baru saja ingin menyampaikan niatnya, tiba-tiba dua pria bertubuh kekar dengan wajah garang datang menghampiri gerobak Mak Lilis.
"Woi mak, udah waktunya bayar hutang! Kalau gak, dagangan ini kita hancurin!" salah satu preman berkata dengan nada mengancam, tangannya sudah terangkat hendak membalik gerobak.
Mak Lilis terlihat panik dan ketakutan. "Tolong nak, beri saya waktu sedikit lagi, anak ibu lagi sakit di rumah butuh perawatan …" ucapnya dengan suara gemetar.
Namun, sebelum preman itu bisa berbuat lebih jauh, Rian melangkah maju dan berdiri di antara mereka.
"Berapa hutangnya?" tanya Rian dengan tenang.
Preman itu menatapnya sinis. "Haha bocah sma sepertimu mau bayar? Bajumu aja ga nyampe Rp.100.000, pake mau bayarin segala." Ucap Preman itu sambil ketawa ngakak.
"Kenapa? Kalian kira aku gak sanggup? Ucap Rian santai tidak memperdulikan kata - kata preman tersebut.
"Oh.. Mari kita buktikan, jangan banyak omong aja ya cil, utangnya Rp. 10.000.000! Sanggup ga tuh cil,? Haha" Ucap 2 Preman itu sambil ketawa ketiwi.
Rian tidak banyak bicara. Ia segera membuka aplikasi bank di ponselnya dan memperlihatkan jumlah uang yang di rekeningnya pada preman itu.
"Oh.. Banyak juga ya cil, uangmu pas Rp.10.000.000 untuk bayar hutang mak Lilis, ini rekeningnya transfer ke sini" Ucap Preman yang menghinanya tadi, memberikan selembar kertas dengan tulisan rekeningnya 7xxxxxx.
Rian menerima kertas tersebut dan menekan tombol transfer antar bank di handphonenya dan memasukkan rekening preman tadi pada aplikasi perbankan miliknya..
Transfer Antar Bank
No. Rekening : 7xxxxxx
Jumlah : 10.000.000
Setelah itu ia menekan 'next' muncul tulisan konfirmasi pembayaran dan tersedia opsi 'password'.
No. Rekening: 7xxxxxx
Jumlah : 10.000.000
Password : xxxxxxxxx
Rian memasukan password nya dan terdengar notifikasi dari 2 masing - masing handphone.
Tring..
Dalam hitungan detik, Rian mentransfer Rp. 10.000.000 ke rekening preman tersebut.
"Baik, sudah. Silahkan buka handphone atau ke atm terdekat untuk mengeceknya." Ucap Rian setelah mentransfer hal itu.
Tring..
Pada handphone preman itu terdengar sebuah notifikasi bank, dan preman itu mengeceknya sendiri.
Setelah memastikan uang masuk, preman itu memperingatkan berkata, "Hmph, mak lain kali kalau mau minjem duit, bayar tepat waktu. Kalo gak ada bocil ini siapa yang mau bayarin!"
Mereka berdua pun pergi tanpa berkata banyak lagi.
Mak Lilis menatap Rian dengan mata berkaca-kaca, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.
"Nak… kenapa kamu membantu saya? Saya bahkan tidak mengenalmu apalagi sanggup membayarmu…" ucapnya dengan suara bergetar.
Rian tersenyum. "Aku menolong mak, karena saya percaya, setiap manusia selalu pasti ada masa sulitnya dan setiap manusia di haruskan untuk saling tolong menolong." Ucap Rian berhenti sejenak dan terus melanjutkan
"Untuk apa seseorang hidup jika tidak pernah menolong orang lain.
"Saya juga sebenarnya terlahir miskin. Kemiskinan mengajari saya apa arti itu kehidupan."
Rian memang ingin membantu jika memang ia terlahir kaya namun ia terlahir miskin.
Rian memang tulus membantu mak lilis namun jika ada keuntungan kenapa tidak diambil, Iya kan?
Mak Lilis menatap Rian dengan mata berkaca-kaca. Ucapan Rian menyentuh hatinya, membuatnya teringat akan semua perjuangan yang telah ia lalui selama ini.
"Nak Rian…," suaranya bergetar, "Mak benar-benar terharu. Kamu masih muda, tapi pemikiranmu sudah jauh lebih dewasa dari banyak orang." lanjut mak lilis.