Karya ini menceritakan tentang seorang karakter utama yang di reinkarnasi menjadi semut di dunia fantasy.
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HZ77, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Kemanusiaan Livia
Sudah lebih dari satu jam sejak Ryzef dan Livia berjalan, tetapi mereka masih saja tersesat.
Ryzef mulai frustrasi dan akhirnya mengambil keputusan. "Kita berhenti di sini saja. Kalau terus berjalan tanpa arah, kita malah makin jauh dari sarang."
Livia mengangguk setuju. "Benar juga. Kita bisa menandai tempat ini dulu sebelum mencari jalan pulang."
Mereka pun mulai mencari tempat yang nyaman untuk beristirahat. Sebenarnya, tersesat di tengah hutan mungkin terdengar mengerikan bagi manusia. Namun, bagi semut seperti mereka, ini bukan masalah besar.
Kalau saja mereka adalah manusia, mungkin situasi ini akan terasa canggung dan dramatis, seperti dalam kisah romansa klasik. Namun, mereka hanyalah dua ekor semut yang kebetulan nyasar bersama.
Malam itu, perut mereka mulai keroncongan.
Tidak ada makanan, tidak ada getah manis, dan tentu saja tidak ada layanan antar makanan.
Hari pun berlalu. Bahkan mungkin dua hari telah terlewati sejak mereka terakhir makan.
Ryzef mulai menyadari bahwa jika mereka tidak segera menemukan makanan, mereka bisa mati kelaparan di sini.
Dengan tekad kuat, ia bangkit. "Aku akan berburu sesuatu untuk kita makan. Aku nggak tahu ini hutan jenis apa, tapi pasti ada serangga yang bisa kita makan di sini!"
Livia mengangguk malas. "Baiklah, aku tetap di sini."
Tanpa membuang waktu, Ryzef bergegas memasuki semak-semak untuk mencari makanan.
Setelah beberapa saat, matanya menangkap sesuatu—seekor belalang besar dengan warna hijau terang.
"Bagus, ini cukup besar untuk makan berdua."
Ryzef merendahkan tubuhnya, bersiap melompat.
Namun, saat ia hendak menerkam...
SWOOSH!
Belalang itu melompat jauh, menghilang ke antara dedaunan!
"...Sial, larinya cepat."
Ryzef mengepalkan rahangnya. Ia tak bisa membiarkan buruannya kabur begitu saja.
Dengan gesit, ia meluncur ke depan, mengejar belalang itu di antara semak-semak.
Belalang itu melompat dari satu batang ke batang lain, seolah mengejeknya.
Tapi Ryzef tidak menyerah.
Ia melompat ke atas daun yang lebih tinggi dan menunggu belalang itu mendarat di tempat yang salah.
Saat belalang itu mendarat di ranting kecil, Ryzef langsung menyerang dari atas!
"KENA KAU!"
Ia menggigit kaki belakang belalang itu dengan rahangnya yang kuat!
Belalang itu menggelepar liar, berusaha melepaskan diri.
Tendangannya mengenai kepala Ryzef beberapa kali, tetapi ia tetap bertahan.
Belalang itu menabrakkan tubuhnya ke batang pohon dengan keras, mencoba melepaskan diri dari gigitan Ryzef.
Namun, Ryzef semakin menggigit lebih kuat.
Hingga akhirnya—
CRACK!
Salah satu kaki belalang itu terlepas dari tubuhnya.
Belalang itu langsung melompat pergi dengan pincang, meninggalkan Ryzef yang masih menggigit kaki yang baru saja diputusnya.
"Hah... hah... ini saja sudah cukup, kurasa."
Dengan nafas sedikit tersengal, Ryzef membawa kaki belalang itu kembali ke tempat Livia.
Makanan Akhirnya Datang... Tapi...
Saat Livia mulai mengerang kelaparan, tiba-tiba Ryzef muncul dengan bangga membawa sesuatu.
Di rahangnya yang kuat, tergantung satu kaki belalang yang telah dipatahkan paksa.
"Aku bawa makanan!" katanya penuh kemenangan.
Livia menatap kaki belalang itu dengan ekspresi kosong. "...Hanya satu kaki?"
Ryzef mengangguk. "Ya. Aku menemukan belalang besar, tapi saat aku hendak membawanya, aku melihat sesuatu yang aneh di ekornya."
Livia mengerutkan dahi. "Apa?"
Ryzef menelan ludah. "Sepertinya ada parasit yang menjalar di tubuhnya... dan jujur saja, aku nggak mau ambil risiko."
Livia diam sejenak.
Ia ingin protes, tapi setelah mendengar soal parasit, ia langsung mengerti.
"Oke... lebih baik kita makan ini saja daripada kena penyakit."
Dengan itu, Ryzef mengambil gigitan pertama.
Meskipun ia dulunya manusia, tapi sebagai semut, ia tidak banyak berpikir. Makanan adalah makanan.
Namun, berbeda dengan Livia.
Ia menatap kaki belalang itu dengan ekspresi sulit dijelaskan. Matanya berkedip beberapa kali, lalu mendesah panjang.
"...Haruskah aku benar-benar memakan ini?" gumamnya pelan.
Ryzef menatapnya dalam diam.
Ia bukan tipe yang terlalu peka terhadap perasaan orang lain, tetapi ada sesuatu dari ekspresi Livia yang membuatnya berpikir.
"Apakah ini... sisi kemanusiaannya?"
Seorang semut biasa tidak akan ragu untuk melahap kaki belalang ini. Tetapi Livia...?
Ia terlihat ragu dan jijik.
Ryzef tidak ingin mempertanyakan identitas Livia secara langsung, tetapi semakin lama ia mengamati, semakin ia yakin bahwa Livia benar-benar bukan semut biasa.
Bagaimanapun juga, ia bisa bicara, berpikir, dan bahkan memiliki aura tertentu yang terasa tidak wajar sebagai seekor semut—sama seperti ratu mereka.
"Kalau kau nggak makan, nanti kau sakit," kata Ryzef akhirnya. "Kita nggak tahu berapa lama lagi bisa keluar dari sini. Jadi lebih baik makan apa yang ada."
Livia menoleh, masih enggan. "...Tapi ini kaki serangga."
Ryzef menghela napas. "Dan kita ini semut. Kita makan serangga. Itu normal."
Livia masih ragu, tapi suara perutnya yang keroncongan mengkhianatinya.
Ryzef tersenyum kecil. "Kau tidak perlu memikirkan yang aneh-aneh. Fokus saja pada bertahan hidup."
Livia diam sejenak, lalu akhirnya menghela napas panjang.
"Baiklah."
Dengan sedikit ragu, ia menggigit kaki belalang itu.
Dan setelah beberapa detik mengunyah...
"Oh... ternyata lumayan."
Ryzef hanya bisa menahan tawa.
"Lihat? Tidak seburuk yang kau kira."
Livia mendesah, tetapi kali ini tidak seberat sebelumnya.
Mungkin ia masih mempertahankan pikirannya sebagai sesuatu yang lebih dari sekadar semut.
Tapi setidaknya, untuk saat ini, ia memilih untuk bertahan hidup.
...~𝙱𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚋𝚞𝚗𝚐~...