NovelToon NovelToon
Cinta Beracun Pak Gustav

Cinta Beracun Pak Gustav

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nara Diani

"Aku hamil lagi," ucap Gladys gemetar, ia menunduk tak berani menatap mata sang pria yang menghunus tajam padanya.

"Gugurkan," perintah Gustav dingin tanpa bantahan.

Gladys menggadaikan harga diri dan tubuhnya demi mimpinya menempuh pendidikan tinggi.

Bertahun-tahun menjadi penghangat ranjang Gustav hingga hamil dua kali dan keduanya terpaksa dia gugurkan atas perintah pria itu, Gladys mulai lelah menjalani hubungan toxic mereka.

Suatu ketika, ia bertemu dengan George, pelukis asal Inggris yang ramah dan lembut, untuk pertama kalinya Gladys merasa diperlakukan dengan baik dan dihormati.

George meyakinkan Gladys untuk meninggalkan Gustav tapi apakah meninggalkan pria itu adalah keputusan terbaik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nara Diani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 09

“Gladys, ini kopi buat kamu.” Seorang pria muda meletakan segelas kopi latte di atas meja kerja. Wajah segarnya tersenyum hangat pada perempuan itu.

“Mau camilan juga tidak?” tanya pria itu lagi, kalau Gladys tidak salah ingat namanya Dion dari departemen marketing.

Gladys menggeleng sopan. “Tidak perlu, terima kasih,” tolaknya halus.

Dion mengangguk paham, melihat raut kurang nyaman di wajah sang pujaan Dion pun pamit pergi kembali ke departemennya.

“Baru seminggu magang tapi lo udah populer banget, Dys,” celetuk Mita mengambil kopi di meja Gladys kemudian meneguknya.

“Lumayan,” gumam Mita, bukan tidak sopan ia meminum kopi Gladys karena sahabatnya itu tidak menyukai rasa latte.

“Habisin aja buat kamu.”

“Kantin, yuk, laper banget nih gue.”

 

 

***

 

 

Setelah jam makan siang berakhir, akan dilakukan rapat dengan Direktur, anak-anak magang sengaja diikutsertakan atas perintah Gustav.

Mita sedang mengambil botol air mineral, sementara itu Gladys tengah menyusun cemilan di atas meja meeting, tidak ada siapa pun di ruangan itu kecuali dirinya.

Gladys menoleh ketika orang pertama masuk ke ruangan meeting dan ternyata itu Gustav, wajahnya tanpa ekspresi datang-datang menarik kepala lalu menyedot bibirnya.

“Nakal sekali kau menggoda banyak pria walau berada di kantorku, ya?” desis Gustav menggigit kecil cuping telinga Gladys.

Perempuan itu mengeluh geli, tetapi ia biarkan saja Gustav berbuat sesuka hati padanya.

"Aku tidak menggoda siapa pun, mereka duluan yang mendekatiku," sanggah Gladys dengan suara serak saat bibir Gustav bermain di lehernya.

"Udah, nanti Mita datang," tambahnya pelan berusaha menyadarkan Gustav agar tak melewati batas.

“Kau berani memerintah ku?” Gustav menatap tajam gadisnya bak predator ganas yang siap menerkam mangsa.

Pria itu amat kesal mendapat penolakan seperti ini. Baginya, Gladys tak lebih peliharaan yang harus patuh pada majikan agar diberi makan.

“Maaf, aku tidak berani,” cicit Gladys ketakutan Gustav berdecak kembali mencium Gladys.

Di lain sisi, Mita berjalan tergesa sambil membawa beberapa botol minum di dadanya.

“Haiss, kenapa juga kebelet pipis tadi,” ujar gadis itu.

“Semoga rapatnya belum mulai.”

Deg!

Mita tersentak kaget saat melihat pemandangan di dalam ruang rapat, seorang gadis yang begitu dia kenal dan Direkturnya sedang berciuman panas.

Gadis itu bersembunyi di belakang pintu sambil membekap mulut sendiri.

Pemandangan apa itu tadi?

Ia mengintip ke dalam. “Tidak mungkin Gladys dan Pak Gustav me—mereka berciuman?” lirihnya pelan sekali.

 “Tenang, tenang,” gumam Mita pelan.

Ia mengelus menenangkan debaran jantungnya, setelah di rasa ia mula rileks, gadis itu berjalan mundur lalu dengan sengaja menjatuhkan botol air ke lantai.

"Eits! Untung gak pecah, Dys, tolongin dong, susah ini gue bawanya,” panggil Mita pura-pura tidak melihat Gustav.

Kedua orang dewasa itu segera menjauh, Gladys merapikan rambutnya, berdeham kecil mendekati Mita yang kesusahan membawa banyak botol mineral di tangan.

“Kenapa gak pake nampan atau plastik?” tanya Gladys ikut memungut dan membawa sebagian botol. 

“Ga ada tadi karena takut telat yaudah gue peluk aja semua.”

“Eh, Pak, permisi.”

Namun, sapaannya tidak di balas sama sekali membuat gadis itu diam-diam mencibir dalam hati.

Sombong amat!

Hanya berselang beberapa menit dari situ peserta rapat mulai berdatangan dan diskusi itu bisa di mulai, kali ini Gustav hanya mengawasi dan menanggapi, para karyawan senior yang mengemukakan pendapat diskusi, sementara itu anak-anak magang bertugas mengamati dan mencatat poin-poin penting.

Rapat pun selesai setelah diskusi panjang dan tanggapan sengit dari Gustav yang selalu menginginkan kesempurnaan.

Semua orang keluar, Gladys dan Mita merapikan ruangan itu berdua saja karena memang mereka sudah di tugaskan untuk itu.

“Mita, aku tinggal bentar ya, kebelet pipis,” ujar Gladys beranjak keluar ruangan Mita mengiyakan itu.

“Lo balik aja duluan biar gue yang rapiin sisa ini.”

"Thanks Besty.”

Gladys berlalu ke toilet perempuan menuntaskan hajat yang sudah di tahan-tahannya sejak di tengah rapat.

“Leganya,” ucap perempuan itu keluar toilet membasuh tangannya dengan sabun di wastafel tidak lupa merapikan baju dan touch up tipis-tipis.

Ponselnya bergetar saat Gladys sedang memoleskan lipstik ke bibir, perempuan itu menutup lipstik di tangannya merogoh HP saku rok.

 08XXXXXXXXXXXX

 [Munafik! Kau jalang yang bersembunyi di balik topeng polos!]

Deg! Jantung perempuan itu berdetak kencang. Siapa ini? Apa orang ini tahu rahasianya dengan Gustav.

Gladys menelan ludahnya yang secara tiba-tiba mengering, menarik napas dalam.

“Tenang, pasti hanya orang iseng atau nomor salah kirim,” yakin perempuan itu pada dirinya sendiri. Ia lanjutkan membasuh kedua tangannya sebelum keluar dari toilet.

 

***

 

Suara kucuran air dari dispenser terdengar samar dari Pantry, aroma khas matcha menguar ke udara.

Pada dinding depan dispenser Mita bersandar, pikirannya menerawang kejadian barusan yang ia lihat di ruang rapat.

“Gladys dan Pak Gustav,” gumam Mita.

“Coba lo pikir gimana caranya gadis yatim piatu miskin bisa tiba-tiba saja menjadi makmur dan kuliah di kampus mahal.”

Tiba-tiba perkataan Andre tempo hari terlintas di kepala Mita. Gadis itu menggelengkan kepala kasar.

“Gak, gak mungkin, Gladys bukan orang seperti itu, gue kenal dia sejak SMP.”

“Air lo tumpah, Tolol!”

“Ah? Aw! panas!” Gadis itu tersentak begitu menyadari air dispenser sudah meluber ke lantai bahkan mengenai kakinya.

Mita mematikan keran, meniup gelasnya yang panas, bubuk matcha yang dia seduh kini sudah tidak tersisa di sana.

“Haiss, ck!” Gadis itu berdecak.

“Bodoh,” cibir Fellycia, dialah yang tadi menyadarkan lamunan Mita.

Gadis sombong itu mengambil cangkir keramik dari atas rak, memasukkan kantung teh dan setengah sendok gula lalu berbalik dengan pelan dan anggun pada Mita yang sedang menggelap sisa air di lantai menggunakan pel.

 “Ngelamunin apa lo sampai gak sadar air dispenser tumpah?” Fellycia mengisi cangkirnya dengan air panas.

“Bukan urusan elo!”

Gadis itu menatap Mita sinis, ia matikan keran air lalu aduk cangkir menggunakan sendok kecil.

“Jujur, ya, sebenarnya gue kasihan lihat elo.”

“Emang gue pakir miskin perlu dikasihani?” balas Mita tajam.

Fellycia tergelak anggun. “Ya, kasihan aja sama nasib elo yang selalu bergantung sama Gladys, lo udah kayak anak anjing yang selalu mengikuti majikan ke manapun.”

“Jaga mulut lo, Fellycia!” hardik Mita menunjuk wajah gadis berambut merah itu.

Dengan gerakan anggun Fellycia menepis lembut telunjuk Mita menggunakan sendok kecil tadi.

“Kenyataannya memang begitu kan? Dari SMP, SMA, kuliah, dan terakhir tempat kerja, lo selalu menjadi ekornya Gladys.”

Gadis itu mengitari badan Mita dan berhenti tepat di belakangnya, ia condongkan wajah pada telinga Mita.

“Lo sadar gak sih kalau elo itu udah dimanipulasi sama Gladys, dia bikin lo ketergantungan emosi sama kehadiran dia, Gladys mau lo selalu ikut dan jadi babunya,” bisik Fellycia rendah di telinga Mita.

Gadis itu menggetarkan gigi, kedua tangannya terkepal dadanya tiba-tiba terasa sesak tidak nyaman.

Mita terbawa hasutan dan mulai mempertanyakan kebenaran dari perkataan Fellycia. Apakah benar selama ini dia sudah ketergantungan dengan Gladys?

“Mita, lo polos banget sih sampai gak sadar kalau sudah dibohongi,” kekeh Felly tangannya meraih bahu kecil Mita mendekat.

“Gue kasih tahu satu rahasia, sebenarnya Gladys tidak sebaik yang lo kira.”

 

 

1
Myra Myra
lupakan gustac dah sesuai Ngan mu
Chung Chung
Up
Tình nhạt phai
Gokil abis!
Amanda
Seru banget deh!
Mina
Mantap jiwa banget, bikin nagih baca terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!