Renatta Putri Setiawan, seorang gadis berusia 22 tahun. Hidup dalam kemewahan dan kemanjaan dari keluarganya. Apapun yang menjadi keinginannya, selalu ia di penuhi oleh orang tua dan saudaranya.
Namun, suatu hari gadis manja itu harus menuruti keinginan orang tuanya. Ia harus mau dijodohkan dengan seorang pria berusia 40 tahun, agar keluarga Setiawan tidak mengalami kebangkrutan.
Renatta yang membayangkan dirinya akan hidup susah jika keluarganya bangkrut, terpaksa menerima perjodohan itu. Asalkan ia tetap hidup mewah dan berkecukupan.
Gadis itu sudah membayangkan, pria 40 tahun itu pasti berperut buncit dan berkepala plontos. Namun, siapa sangka jika pria yang akan dijodohkan dengan dirinya ternyata adalah Johanes Richard Wijaya. Tetangga depan rumahnya, dosen di kampusnya, serta cinta pertama yang membuatnya patah hati.
Apa yang akan Renatta lakukan untuk membalas sakit hatinya pada pria yang pernah menolaknya itu?
****
Hai-hai teman Readers. Kembali lagi bersama Author Amatir disini.
Semoga cerita kali ini berkenan, ya.
Ingat, novel ini hanya fiksi belaka. Tidak ada ikmah yang dapat di ambil setelah membacanya.
Terima Gaji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Five Vee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Masih Ada Waktu Untuk Membatalkan.
Setelah makan malam usai. Mereka semua kembali berkumpul di ruang tamu.
Kali ini pembicaraan menjadi serius. Papa Jonathan selaku orang tua Richard, secara resmi mengutarakan niatnya melamar Renatta untuk menjadi istri sang putra.
Papa Roy menerima lamaran itu. Bagaimana pun juga, telah terjadi kesepakatan diantara dirinya dan Richard. Ia tidak bisa menolak.
“Ah, senangnya aku akan memiliki mantu.” Celetuk mama Luna. Menggenggam lembut tangan Renatta.
Sejak tadi, ia tidak mau lepas dari Renatta. Seperti takut jika gadis itu akan melarikan diri. Saat makan malam pun mereka duduk berdampingan.
“Apa aku boleh berbicara?” Tanya Renatta ragu. Sejak tadi ia hanya diam menyimak papa Roy dan papa Jonathan berbicara.
Gadis itu merasa perlu mengutarakan keinginannya, sebelum pembahasan tentang pernikahan ini terlalu jauh.
Richard menatap Renatta dengan lekat. Ia tahu apa yang akan gadis itu bicarakan. Pasti tentang pernikahan mereka yang di rahasiakan.
“Mau bicara apa, sayang? Bicara saja. Kamu mau konsep pernikahan seperti apa? Katakan saja, papa dan mama siap mewujudkannya.”
Mama Luna sangat antusias. Tidak ada kabar yang lebih membahagiakan selain kabar pernikahan sang putra.
Orang tua mana yang tak bahagia mendengar putranya yang sudah berusia kepala empat akan menikah? Semuanya pasti sangat bahagia.
Kepala Renatta menggeleng pelan. Sebelum berbicara, gadis itu melihat ke arah Richard. Yang kebetulan, pria itu masih menatapnya.
“Aku mau pernikahan ini di rahasiakan.” Ucap Renatta membuat mama Luna dan papa Jonathan tercengang.
“Maksudku, aku hanya ingin pernikahan ini di hadiri oleh keluarga kita saja. Tidak ada acara yang meriah. Hanya pengucapan sumpah pernikahan kemudian makan siang bersama. Itu saja, ma. Aku tidak meminta lebih.” Lanjut Renatta yang kemudian menundukkan kepalanya.
Papa Jonathan mengamati raut wajah Renatta. Seperti ada sesuatu di balik permintaan gadis itu. Ia merasa ada keterpaksaan di balik semua ini.
Jantung Renatta berdebar kencang. Dalam hatinya berharap jika salah satu dari keluarga Wijaya tidak menyetujui dan membatalkan pernikahan ini.
‘Ma. Aku harap mama marah, dan membatalkan pernikahan ini.’
Batin Renatta berbicara kepada mama Luna.
Wanita paruh baya itu sangat antusias. Siapa tahu dengan begini, mama Luna menjadi naik darah, dan membatalkan pernikahan ini.
Mama Luna belum menanggapi. Ia menatap ke arah sang suami dan Richard yang duduk berseberangan dengannya.
Kedua pria berbeda usia itu mengangguk bersamaan.
“Ah. Mama mengerti. Kamu pasti menginginkan intimate Wedding. Kami tidak keberatan. Apapun itu. Katakan saja, sayang. Soal gaun pengantin, dekorasi, biar mama dan Anna yang mengurusnya. Kamu tinggal menyiapkan diri saja nanti.”
Bahu Renatta melemas mendengar jawaban mama Luna. Semuanya tak sesuai dengan yang ia inginkan.
“Baiklah. Karena kita semua sudah sepakat. Dan Renatta sudah mengungkapkan keinginannya. Bagiamana jika pernikahan ini kita laksanakan minggu depan saja? Lagipula, acara hanya di hadiri anggota keluarga. Jadi, tidak perlu menyiapkan banyak hal bukan?” Papa Jonathan kemudian berpendapat.
Papa Roy meminta persetujuan sang istri. Mama Dona hanya menganggukkan kepalanya.
“Kami ikut baiknya saja, Jo. Anak-anak juga sudah setuju. Menunggu apalagi?” Sahut papa Roy kemudian.
Renatta semakin melemas. Ia telah kalah. Sekarang, yang ada gadis itu harus mempersiapkan diri dan hati untuk hidup bersama Richard.
****
“Rich, kita perlu bicara. Kamu harus menjelaskan pada papa apa maksud semua ini?” Papa Jonathan mencegah langkah sang putra yang hendak menapaki tangga menuju kamarnya.
Mereka kini sudah kembali ke rumah, setelah kedua belah pihak keluarga sepakat dengan hari pernikahan Richard dan Renatta.
“Bicara apalagi, pa? Bukannya kita semua sudah sepakat dan setuju?” Mama Luna menyela suaminya.
Mereka semua pun menuju ruang keluarga.
“Tanyakan pada putramu. Apa yang dia lakukan pada Renatta sehingga gadis itu terpaksa menerima pernikahan ini.”
“Terpaksa? Apa maksud papa? Mana mungkin Renatta terpaksa menikah dengan Richard, pa.” Mama Luna tak mengerti maksud sang suami. Terlalu antusias membuatnya tak merasakan hal yang aneh dalam diri Renatta.
Papa Jonathan menghela nafas kasar. Pria berusia senja itu menjatuhkan bokongnya di atas sofa. Sang istri dan Johanna pun mengikutinya.
Baru saja ia merasa bahagia karena sang putra yang telah berusia empat puluh tahun memutuskan untuk menikah.
Namun, melihat tidak adanya raut bahagia pada wajah Renatta, membuat papa Jonathan yakin, jika ada sesuatu di balik semua ini.
Richard menatap ketiga orang itu. Ia merasa sedang berada dalam persidangan.
“Aku hanya membantu keluarga Setiawan, pa. Mereka sedang krisis keuangan.” Jelas pria itu singkat.
Sebelah alis Johanna terangkat mendengar ucapan sang kakak. Sebagai orang yang tahu tentang cerita Richard dan Renatta, wanita dewasa itu merasa sang kakak sangat pintar membuat alasan.
‘Jadi seperti itu cara kakak meminta bantuan keluarga Setiawan. Meminta mereka berpura-pura bangkrut, lalu kakak datang sebagai pahlawan, kemudian meminta Renatta sebagai penggantinya. Alasan yang sangat klasik.’ Batin Johanna terkekeh.
“Lalu kamu meminta putri mereka sebagai bayarannya?” Tukas papa Jonathan kemudian.
“Hanya itu yang bisa aku lakukan, pa.” Jawab Richard tenang.
“Pantas saja papa melihat keterpaksaan pada diri gadis itu.” Papa Jonathan kemudian bangkit. Bukan untuk menuju kamar, namun menunju pintu utama.
“Eh, papa mau kemana?” Mama Luna mengejar sang suami.
“Mau ke depan, ma. Semuanya belum terlambat untuk kita membatalkan pernikahan ini.”
Mata mama Luna membulat sempurna.
Tidak. Ia harus mencegah suaminya. Pernikahan Richard dan Renatta tidak boleh di batalkan.
“Tidak. Papa tidak boleh pergi.” Mama Luna menarik lengan suaminya dengan paksa.
“Ma. Papa tidak bisa membiarkan semua ini terjadi. Kita sejak dulu berteman baik dengan keluarga Roy. Hanya karena memberi bantuan, tidak perlu meminta putri mereka dengan paksa sebagai bayarannya.” Papa Jonathan mencoba melepaskan tangan istrinya.
Pria paruh baya itu tidak tega jika Renatta menikahi Richard karena terpaksa.
“Tidak, pa. Tidak ada yang seperti itu. Justru kita beruntung, karena calon menantu kita bukan orang lain. Kita sudah mengenalnya sejak bayi. Kita tahu bibit dan bobotnya. Jadi tidak ada yang perlu di batalkan.” Mama Luna bersusah payah membawa sang suami kembali ke ruang keluarga.
Ia meminta bantuan Richard melalui isyarat matanya.
Pria berusia empat puluh tahun itu pun mendekati orang tuanya.
“Maafkan aku, pa. Aku juga terpaksa melakukan hal ini. Karena hanya dengan cara menikahi Renatta aku bertanggung jawab pada keluarga Setiawan.” Ucap Richard sembari menundukkan kepalanya.
“Aku hanya meminta papa untuk mengerti. Aku sudah bersumpah akan menjaga Renatta seumur hidupku. Dan hanya dengan cara ini, aku bisa menepati sumpahku, pa.” Imbuh pria itu lagi.
Papa Jonathan termenung mendengar ucapan sang putra. Seketika, pria paruh baya itu melunak. Dan menurut pada sang istri.
****
Bersambung.
dimana mana bikin gerah 😜🤪
aku baru nemu cerita ini setelah kesel nunggu cerita sisa mantan 😁