(INI KISAH ZAMAN DULU DIPADUKAN DENGAN ZAMAN SEKARANG YA)
"Emak sama Bapak sudah memutuskan jika kamu akan menikah satu bulan lagi dengan laki-laki pilihan Bapak kamu, Niah," Aku lantas kaget mendengar ucapan Emak yang tidak biasa ini.
"Menikah Mak?" Emak lantas menganggukkan kepalanya.
"Tapi umurku masih kecil Mak, mana mungkin aku menikah di umur segini. Dimana teman-temanku masih bermain dengan yang lainnya sedangkan aku harus menikah?" Ku tatap mata Emak dengan sendu. Jujur saja belum ada di dalam pikiranku untuk menikah apalagi d umur yang masih dikatakan baru remaja ini.
"Kamu itu sudah besar Niah, bahkan kamu saja sudah datang bulan. Makanya Bapak dan Emak memutuskan agar kamu menikah saja. Lagian kamu juga tidak sekolah, jadi tidak ada masalahnya jika kamu menikah sekarang. Menikah nanti pun tidak akan ada bedanya dengan sekarang karena, sama-sama menikah saja akhirnya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Indah Yuliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
ISTRI 13 TAHUN
16
"Benar begitu Pak?" Kini Rukaiyah beralih menatap Bapak yang tengah menyerut kopi buatan Emak.
"Iya Rukaiyah," Bapak lantas mengangguk beberapa kali sambil menggelap bibirnya yang terkena noda kopi.
Rukaiyah memepetkan tubuhnya kepada Suniah sehingga Suniah memilih memundurkan tubuhnya. "Kamu ini kenapa Rukaiyah?" bingung Suniah kenaikan salah satu alisnya.
"Emm, dia sama besar tidak sama kamu Niah? atau lebih besar dari umur kamu? oh iya apa dia tampan seperti Kusno?" Rukaiyah memainkan mata centilnya membuat Suniah menatap malas.
"Calon suami Niah itu sudah dewasa Rukaiyah, umurnya juga sudah 24 tahun. Dia juga lebih tampan dari si Kusno itu." Emak membalas ucapan Rukaiyah membuat bola mata gadis itu membola.
"Benarkah Mak? jadi setampan apa calon suami Suniah, Mak? Wahhh, membayangkannya saja aku tidak bisa Mak. Apa ada salah satu orang di kampung kita ini yang sama tampannya dengan calon suami Suniah, Mak?" Kini Rukaiyah mendekati Emak bahkan sampai menatap emak dengan binar dimatanya.
Gadis itu seperti ingin sekali tahu dengan rupa calon suami Suniah, membuat Suniah merasa tidak suka dan sedikit rasa cemburu. Meskipun dirinya belum jatuh cinta kepada calon suaminya, tapi dirinya juga tidak ingin calon suaminya itu dikagumi oleh orang lain apa itu teman dekatnya. Panas sekali rasanya hati dan telinga Suniah.
"Lagian buat apa sih kamu sampai nanya-nanya segitunya Rukaiyah?"
"Iya tidak apa-apa lah Suniah, lagian aku kan juga penasaran dengan sosok calon suami kamu. Apalagi kata emak dia itu sudah dewasa dan pastinya juga sudah mapan tidak seperti Kusno yang masih minta jajan sama Emaknya,"
"Terus jika nanti kamu sudah tahu bagaimana rupa calon suami ku itu kamu mau apa? bukankah tidak ada gunanya juga buat kamu, Rukaiyah?"
"Ya tidak mau apa-apa Suniah. Lagian aku ini cuma nanya doang loh? kenapa juga kamu yang kayak cacing kepanasan begini?" Suniah saat ini sudah berdiri dengan tangan yang berada di pinggangnya. Menatap nyalang Rukaiyah yang masih entengnya menyender di bahu Emak.
"Aku tidak suka saja jika calon suamiku kamu tanya-tanya begitu ya." Suggut Suniah membuat Emak dan Bapak yang memperhatikan menahan senyum mereka.
"Sudahlah, kalian berdua juga tidak perlu bertengkar begini. Lagian juga Rukaiyah tidak akan mengambil calon suami kamu itu Niah, toh dia juga cuman nanya doang. Itu masih dalam tahap yang wajar saja." lerai Emak membuat pipi Suniah memerah karena malu.
"Tuh dengar apa kata Emak, Niah. Jadi gimana Mak dengan pertanyaan ku tadi?" Rukaiyah kembali menatap Emak, menanti jawaban atas pertanyaan yang di lontarkan nya.
"Emmm, menurut emak tidak ada laki-laki di kampung kita ini yang bisa menyaingi ketampanan calon suami Suniah, Rukaiyah. Bahkan calon suami Suniah sangat tampan melebihi ketampanan Bapak saat masih muda." Bapak melotot karena ucapan Emak yang menyinggungnya. Padahal dulu dia juga sangat tampan, makanya Maimun sampai tergila-gila kepadanya dan sekarang lihatlah apa yang di katakan istrinya itu.
"Abang juga tampan kali Mai waktu muda." sunggut Rijali disambut kekehan kecil dari Maimun.
"Lagian yang mengatakan Abang itu tidak tampan siapa? bukanlah tadi aku juga mengatakan Abang tampan? tapi kan Abang lihat sendiri jika memang Abang waktu mudah itu kalah tampannya dari calon mantu kita," terang Maimun. Lagian disini dirinya berbicara sesuai fakta yang ada.
"Ahhh iya, ya. Kamu benar Mai. Abang sampai lupa akan fakta itu, padahal Abang hanya menganggap cuman Abang lah yang paling tampan." ucapnya seakan tak mau kalah.
"Terserah Abang lah, lagian juga susah kalau ngomong sama Abang jika sudah membahas soal ketampanan. Pastinya tidak akan mau kalah!"
"Kamu tau saja Mai,"
"MasyaAllah, aku nggak bisa bayangin gimana tampannya calon suami kamu Niah. Dari cerita Emak saja bisa membuatku pingsan seketika, apalagi saat melihat wajahnya nanti pas acara nikahan kamu,"
"Kamu terlalu lebay Rukaiyah,"
TBC