Wanita Tangguh-Ku

Sudah 2 bulan pernikahan Aldi dan Weni, mereka setiap hari bertemu dan tinggal di satu atap. Tetapi mereka tidak pernah bersapa ataupun lainnya.

Bahkan mereka semakin jauh dan renggang, Weni selalu saja bersabar saat pulang kerja dan mendapati Aldi dan Lauren yang sedang bercumbu atau bermesraan.

Weni pernah tidak pulang selama 3 hari dan Aldi tidak pernah mencari ataupun cemas sama sekali. Bahkan Aldi seperti senang tidak ada Weni.

Malam ini Weni pulang malam kembali karena di Restoran sangat ramai dan mengharuskan ia membantu ke dua koki nya.

Ceklek.

Weni menghela nafas saat melihat Aldi yang sedang bercumbu dengan Lauren.

"Setelah mandi, kemarilah ada yang ingin aku bicarakan" ucap Aldi dengan dingin.

Weni hanya menganggukan kepala dan pergi begitu saja ke kamar nya. Sedangkan Lauren, ia tersenyum tipis.

"Kau akan segera pergi, bahkan Bunda sendiri yang akan menendang mu" batin Lauren dengan senang.

Aldi dan Lauren menghentikan cumbuan mereka dan duduk dengan biasa saja. Bahkan Lauren dengan sigap membenarkan pakaian dan tatanan rambut nya.

Hingga tak lama kemudian, Weni datang dan langsung duduk saja di sofa hadapan mereka.

"Ada apa?" tanya Weni

"Apa kamu tidak pernah mendengarkan ucapan ku? Aku pernah bilangkan jangan sampai keluarga ku menjadi buruk di mata orang lain" bentak Aldi dengan penuh amarah.

Weni kaget dan ia menatap Aldi dengan bingung, ia sama sekali tidak mengerti apa yang di ucapkan oleh Aldi.

"Apa maksud kamu, Mas?" tanya Weni dengan bingung

"Jangan pura-pura tidak tahu" jawab Aldi dengan nada tinggi.

Ting Nong.

Bel Apartemen berbunyi, Lauren segera saja membuka nya dan ia mempersilahkan masuk kedua orang tersebut.

Weni kaget saat melihat Ayah dan Ibu Mertua nya yang ada disana.

"Ayah, Bunda, kapan kalian datang?" tanya Weni dengan tersenyum.

Weni menyalami Ayah nya dan ia berniat untuk memeluk sang Ibu Mertua.

Plak.

"Bunda" lirih Weni dengan memegang pipi nya yang di tampar oleh Bunda Aldi.

Sedangkan sang Ayah hanya menatap Weni dengan Iba dan sedih. Ia tidak bisa melakukan apapun untuk membela sang menantu.

"Saya menyuruh kamu bekerja itu untuk mengisi waktu luang mu agar tidak kesepian saat Aldi sedang bekerja, bukan untuk berpacaran dan berkencan" teriak Ibu mertua nya dengan menggebu.

"Apa maksud Bunda? Siapa yang pacaran dan berkencan?" tanya Weni dengan bingung.

Bunda Aldi langsung memberikan photo dimana di photo tersebut ada Weni dan Zidan yang sedang makan bakso, berbelanja dan Weni yang sedang di tolong oleh Zidan.

"Bunda, dia ini Zidan sepupu nya Hana dan dia ini koki di Restoran. Dan photo ini kemarin saat aku dan dia sedang berbelanja bahan pokok" ucap Weni dengan jujur.

"Jangan ngeles kamu, ngaku aja aku sendiri yang lihat kamu bermesraan bahkan lelaki itu merangkul mu" ucap Lauren dengan yakin.

"Ohh aku tahu, ini pasti akal-akalan kamu kan, Lauren" ucap Weni dengan menatap Lauren dengan tajam

"Jangan menyalahkan Lauren, kamu sendiri yang ke ganjenan. Kamu itu sudah bersuami dan tidak pantas untuk jalan bersama dengan pria lain" bentak Bunda dengan lantang.

"Aku tidak jalan berdua, aku bertiga dengan Hana. Dan asal Bunda tahu, Putra Bunda sendiri yang jalan selalu dengan wanita itu" balas Weni dengan menunjuk Lauren.

"Itu wajar karena dia itu kan sekertaris Aldi" ucap Bunda

"Dan kamu harus nya mikir, saya menyesal telah menikah kan kalian, saya pikir kamu itu memang wanita baik-baik dan tidak gila harta. Apa kamu kurang dengan pendapatan dari Restoran hingga kamu menjadi wanita ******** seperti itu" ucap Bunda dengan nada yang kecewa.

"Bunda, itu tidak benar sama sekali bahkan aku tidak pernah di kasih uang oleh Aldi. Dan mereka juga bukan sekertaris dan atasan

"Diam kamu, kamu itu sudah salah malah menyalahkan wanita sebaik Lauren. Harus nya kamu bersyukur karena Lauren lah semua keburukan mu terbuka" bentak Bunda dengan memotong ucapan Weni.

Sedangkan Aldi dan Lauren tersenyum karena Bunda nya tidak lagi menyukai Weni.

"Kau itu wanita m*sk*n dan tak punya harga diri, aku akan mengurus semua surat cerai kamu dan Aldi" ucap Bunda dengan penuh tekanan.

Weni menyeka air mata nya dan menatap mereka satu persatu. Hingga ia mengambil nafas lalu di keluarkan dengan tenang.

"Baiklah, aku akan menunggu surat tersebut Bun. Dan asal Bunda tahu, pernikahan kami memang sudah sangat tidak bisa di pertahankan dari awal, bahkan aku sangat lelah dengan semua sandiwara ini. Aku tidak akan membela diri sendiri dan biarlah semua nya akan terbongkar dengan sendiri nya" balas Weni dengan tenang.

"Saya memang orang m*sk*n tetapi Ibu dan Ayah saya tidak pernah mengajarkan saya sebagai wanita ren*ahan yang rela menggoda suami orang lain. Saya akan buktikan pada kalian, bahwa wanita lemah dan miskin ini akan menjadi kaya raya" ucap Weni kembali dengan datar dan tegas

Lalu Weni pergi ke kamar nya, sedangkan Bunda dan yang lainnya duduk di sofa dengan pikiran masing-masing.

"Bunda jangan sedih ya, kasihan mas Aldi jika mereka bersama dan keluarga kalian juga akan terlihat buruk" ucap Lauren dengan sedih.

"Terimakasih ya Nak, kamu sudah menunjukan siapa Weni sebenarnya" balas Bunda dengan tersenyum.

Weni datang dengan membawa tas di tangannya, ia memutuskan akan pergi dari Apartemen ini.

Bunda dan Ayah mertua nya terkejut saat melihat Weni yang keluar dari kamar pelayan.

"Apa kalian terkejut saat melihat aku keluar dari kamar pelayan? Ya memang aku selama ini tinggal disana sebagai pembantu Putra mu dan Kekasih nya" ucap Weni dengan terkekeh.

Lalu Weni mengeluarkan Atm dan buku tabungan yang di simpan di tas selempang nya.

"Disana sudah ada uang untuk ganti uang yang Bunda berikan pada ku dan uang pembelian Restoran tersebut. Ini surat-surat tanda bahwa aku sudah sah menjadi pemilik Resto tersebut" ucap Weni dengan dingin.

"Dan saya juga akan menunggu surat cerai dari anda Tuan Aldi. Kalian ingat ini, karma masih berlaku dan aku do'akan semoga kebenaran akan terungkap segera dan disaat itulah kalian menyesal dengan semua ini" ucap Weni kembali dengan melangkah pergi keluar Apartemen

"*Apa yang aku lakukan apakah benar? Kenapa hati ku sangat ragu" batin Bunda dengan memandang tubuh Weni yang sudah pergi.

"Semoga kalian tidak menyesal" batin Ayah dengan geram*.

"Bunda akan menelpon ke dua orangtua Weni dulu" ucap Bunda dengan pergi dari sana.

Aldi dan Lauren tersenyum tipis, mereka sangat senang saat mendengar keputusan sang Bunda. Aldi jadi tidak perlu lagi untuk memikirkan cara agar bisa lepas dari Weni.

.

.

.