NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Syari_Andrian

Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."

Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."

Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku akan melindungi Semuanya..

Rey, yang selama ini tampak seperti pemuda biasa yang mempertahankan wajah dinginnya. Tanpa sepengetahuan orangtuanya, dia diam-diam mengikuti jejak kakeknya, Arfan, yang telah lama terlibat dalam dunia mafia BD bersama Kakek Arfan di Australia. Rey melihat dirinya tidak hanya sebagai anak dari keluarga kaya, tetapi juga sebagai penerus tak terduga dari alur cerita yang sudah dimulai jauh sebelum dia dilahirkan.

Setelah mengetahui betapa besar ancaman yang ditimbulkan oleh Nico dan sindikat Black Dragon, Rey memutuskan untuk bergerak di balik layar. Dia tidak ingin memberatkan orangtuanya, terutama ibunya yang selalu khawatir padanya, dengan masalah yang lebih besar dari yang mereka bayangkan. Dengan kemampuan intelijen yang sudah terasah sejak kecil dan pelatihan yang diam-diam ia terima dari kakeknya, Rey mulai bergerak dalam bayang-bayang.

Selama beberapa minggu terakhir, Rey telah mengumpulkan informasi dan menelusuri jalur-jalur yang menghubungkan dunia bisnis keluarganya dengan kelompok mafia internasional. Ia bahkan mulai menjalin hubungan dengan orang-orang yang seharusnya tidak dia kenal, tetapi semuanya demi melindungi keluarga Nisa, terutama setelah mengetahui adanya ancaman yang mengarah ke mereka.

Kakek Nisa, Arfan, yang sudah lama berdiam diri, diam-diam menyadari bahwa ada seseorang yang mengikutinya dan melanjutkan apa yang telah ia rintis. Tanpa ragu, Arfan memutuskan untuk menyambut kedatangan Rey, memberi petunjuk-petunjuk tersembunyi yang hanya orang-orang tertentu yang bisa mengerti.

Namun, yang lebih mengejutkan adalah bahwa Rey, dengan segala kemampuannya, berhasil menemukan jalur-jalur tersembunyi dalam organisasi Black Dragon yang bahkan orang-orang paling berpengaruh dalam keluarga besar Nisa belum tahu. Dengan hati-hati, dia mulai berkomunikasi dengan kakek Nisa, merancang langkah-langkah berikutnya tanpa membuat orangtuanya curiga.

Dalam keheningan malam, Rey sering melapor kepada kakek Nisa, dan satu-satunya yang tahu rahasia ini adalah Rey dan Arfan. Mereka berdua bekerja dalam diam, saling memberi informasi, sambil menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Rey tahu bahwa perang ini akan segera dimulai, dan meski dia tidak ingin membuat ibunya khawatir, dia tahu bahwa perannya dalam pertarungan ini tidak bisa dihindari.

Dengan kekuatan baru yang ia temukan dalam dirinya, Rey siap menghadapi musuh-musuhnya. Semua ini hanya masalah waktu sebelum kebenaran terungkap.

Rey berjalan perlahan di sepanjang lorong gelap, matanya tajam menatap ke depan. Di ujung lorong, sebuah pintu terbuka, mengundang dia untuk masuk. Di dalam, duduk seorang pria paruh baya dengan wajah berkerut, matanya penuh kebijaksanaan yang mengarah pada rencana besar yang telah lama disiapkan. Kakek Arfan, pria yang selama ini hanya ia dengar namanya, kini menatapnya dengan serius.

"Rey, kau sudah tahu apa yang harus dilakukan?" tanya Arfan, suara beratnya menggema di ruangan sepi.

Rey mengangguk pelan, tidak perlu banyak kata. Sejak kecil, dia tahu bahwa suatu saat, saat seperti ini pasti akan datang. "Aku sudah mempersiapkan semuanya. Aku tidak ingin ibu dan ayah tahu. Ini masalah keluarga, dan aku bisa menanganinya."

Arfan menatap cucunya dengan pandangan tajam. "Kau tahu ini bukan masalah kecil. Black Dragon bukan musuh yang bisa dianggap enteng. Mereka bukan hanya sekedar mafia biasa. Mereka bisa menghancurkan apa saja yang kita bangun, jika kita lengah."

Rey menundukkan kepalanya, seolah merenungkan setiap kata yang diucapkan kakeknya. "Aku sudah tahu. Aku sudah mengumpulkan informasi, kakek. Mereka tidak tahu apa yang sedang kita siapkan. Aku akan membuat mereka berpikir dua kali."

Arfan tersenyum tipis, seolah bangga dengan keputusan cucunya. "Bagus. Kau lebih siap dari yang aku kira. Tapi ingat, tidak ada yang bisa dipercaya sepenuhnya, Rey. Kalian, keluarga Nisa, tidak hanya berhadapan dengan musuh di luar. Ada banyak yang diam-diam mengamati setiap langkah kalian."

Rey menatap mata kakeknya dengan penuh keyakinan. "Aku paham, kakek. Aku akan menjaga Nisa dan keluarganya. Mereka tidak tahu apa yang akan datang, tapi aku akan memastikan mereka aman."

"Jangan pernah lupa, Rey," Arfan melanjutkan dengan suara lebih serius, "Apa yang kita lakukan ini bukan hanya untuk keluarga kita, tapi untuk semuanya. Dunia ini tidak seperti yang mereka lihat. Keputusan kita akan menentukan banyak nyawa."

Rey menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku siap, kakek. Aku sudah siap sejak lama."

Arfan mengangguk pelan. "Baik. Sekarang, pergi dan lakukan apa yang perlu dilakukan. Jangan sia-siakan kesempatan ini."

Rey berdiri dan berjalan menuju pintu, keyakinan di dalam dirinya semakin kuat. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi kali ini dia tidak akan mundur. Sebelum meninggalkan ruangan, dia menoleh untuk terakhir kali. "Terima kasih, kakek. Aku akan melindungi semuanya."

Arfan hanya tersenyum tipis, lalu kembali menatap ruang yang gelap, seakan menunggu tantangan berikutnya.

Disisi lain.

Di ruang tamu vila yang luas, Nisa duduk termenung, matanya kosong, pikirannya melayang jauh. Meskipun ketegangan yang menyelimuti vila telah mereda, ia tahu situasi ini jauh dari selesai. Keadaan keluarganya semakin rumit, dan perasaan tidak tenang terus menghantui dirinya. Tak jauh dari tempatnya duduk, Bu Rianti sedang berbicara dengan Pak Roni, membahas langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil untuk menjaga keselamatan keluarga mereka.

Nisa menghela napas panjang, melemparkan pandangannya ke luar jendela. Dunia luar terasa jauh sekali, seolah dirinya terjebak dalam sebuah permainan yang tak bisa dimengerti sepenuhnya. Dia mendengar percakapan orang tuanya, namun pikirannya lebih terfokus pada satu hal—keamanan. Semua yang telah terjadi, semua orang yang datang dan pergi dalam hidupnya, semuanya tampaknya terhubung dalam sebuah konspirasi yang lebih besar daripada yang ia bayangkan.

“Nisa,” panggil Bu Rianti, suaranya lembut tapi tegas. “Aku tahu kamu masih banyak berpikir. Tapi kita harus tetap kuat. Kita tidak bisa lengah. Kami sudah menghubungi beberapa teman lama, mereka akan membantu kita mengawasi situasi.”

Nisa menoleh dan melihat ibunya yang berdiri di dekatnya, dengan wajah yang penuh kekhawatiran. “Aku tahu, Ma. Tapi kenapa semua ini harus terjadi? Mengapa kita harus terjebak dalam masalah seperti ini?” ujarnya, suaranya bergetar.

Pak Roni yang duduk di kursi sebelahnya, menatapnya dengan tatapan serius. "Ini bukan hanya masalah keluarga kita, Nisa. Ini lebih besar dari yang kita bayangkan. Dan yang lebih penting, kita harus menghadapi semuanya bersama. Kita akan melindungi kamu, melindungi keluarga ini."

Nisa diam, mencoba mencerna kata-kata ayahnya. Di satu sisi, dia merasa bingung dan takut, namun di sisi lain, dia merasa semakin terbebani oleh kenyataan yang baru ia ketahui. "Tapi apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana kita bisa melawan mereka?" tanya Nisa, kebingungannya semakin mendalam.

Pak Roni menarik napas panjang, kemudian berdiri dan berjalan mendekat. "Kami akan terus mempersiapkan langkah-langkah kami. Ada beberapa hal yang harus kamu ketahui, Nisa. Banyak hal yang belum kamu pahami tentang dunia ini, dan ada alasan mengapa kita selalu menghindari konflik. Tapi itu semua akan segera berubah."

Di luar vila, hujan turun dengan deras, suara gemuruh petir menambah kesan dramatis pada malam yang penuh ketegangan ini. Nisa merasakan ketegangan itu menyelimuti dirinya. Dia tahu, apa pun yang akan datang, dia harus siap. Dunia yang selama ini dia kenal akan berubah, dan dia tidak bisa lagi menghindarinya.

“Ibu, Ayah... aku akan siap,” ucap Nisa, meskipun masih dengan keraguan dalam suaranya. Namun, di balik itu semua, ada kekuatan yang mulai tumbuh dalam dirinya.

1
Ellsya
Lumayan
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
thalexy
Thor, masih ingat sama penggemar yang gak sabar nungguin kelanjutan ceritanya?
Regrater
Kepayang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!