NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peduli?

Vian segera membawa Gaby ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat. Di tengah perjalanan, Gaby terus mengeluhkan sesak napas dan ruam merah di kulitnya semakin menyebar.

Sesampainya di rumah sakit, dokter langsung menangani Gaby. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Gaby mengalami reaksi alergi parah terhadap udang.

Gaby langsung diberikan perawatan, termasuk suntikan epinefrin dan obat anti-alergi. Vian menemani Gaby selama proses perawatan karena memang tidak ada yang bisa lelaki itu hubungi, rekan atau saudara gadis itu.

Setelah beberapa jam, kondisi Gaby mulai membaik. Ia bisa bernapas lebih lega dan ruam merah di kulitnya mulai memudar. Vian sendiri merasa lega melihat kondisi Gaby membaik.

Gaby tersenyum lemah, "Terima kasih, aku tidak menyangka kamu masih peduli."

Vian menunduk, menghindari kontak mata. "Tidak masalah". Suara Vian datar, tapi matanya mengungkapkan perasaan lain. Gaby melihat kelembutan yang dulu pernah membuatnya jatuh cinta.

"Aku masih ingat saat kita bersama," kata Gaby, suaranya pelan. "Kamu selalu melindungi aku."

Vian mengangkat wajahnya, mata mereka bertemu. Sesaat, waktu terasa berhenti.

"Tapi entah mengapa tiba-tiba kamu memutuskan hubungan kita, memblokir kontak serta membuatku pergi jauh darimu. Sebenarnya apa alasanmu? Kau selalu mengelak setiap aku meminta penjelasan darimu!".

Vian terdiam, ia tidak tau harus merespon seperti apa, karena dia sendiri tidak tahu apa masalahnya.

"Gaby, jangan bicarakan itu lagi" kata Vian, suaranya agak bergetar. "Sebaiknya kamu istirahat dan jangan banyak bicara."

Gaby memandang Vian dengan harapan. "Baiklah, aku senang kamu masih peduli. Aku ingin kamu menemani aku di sini, apa bisa?."

Vian terlihat bingung, matanya kosong. "Aku... aku tidak bisa. Aku harus pergi."

Gaby terkejut. "Kenapa? Apa kamu belum memaafkan aku Vian?", Gaby meraih tangan Vian namun dengan cepat Vian melepaskannya.

"Aku harus pulang".

"Tolong, jangan pergi dulu. Aku takut sendirian. Sampai seseorang datang, ya?"

Vian terlihat ragu, lalu menyetujui. "Baiklah, aku akan menemani sebentar."

Gaby tersenyum lemah. "Terima kasih, aku tahu kamu masih peduli"

Vian duduk kembali, berusaha tidak menatap Gaby langsung. Lelaki itu terdiam, tidak menjawab. Ia merasa bingung, tidak mengerti perasaannya sendiri. Ia tidak ingat apa pun tentang masa lalunya dengan Gaby.

Setengah jam telah berlalu, keduanya terlihat mengobrol walaupun sebenarnya Gaby lah yang lebih banyak bicara dari pada Vian yang hanya menanggapinya seperlunya.

"Aku ingat saat kita bersama dulu, kejadian lucu di mana kita sama-sama masuk Rumah Sakit karena memakan masakan yang ternyata terbuat dari kaldu udang, apa kamu masih ingat itu?".

"Maaf, bukankah kamu sudah menghubungi saudaramu. Kenapa tidak kunjung datang?", tanya Vian mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ah, itu, em...", Gaby terlihat gelagapan, tentu saja dia belum menghubungi siapapun, dia mencoba mengulur waktu agar bisa bersama Vian lebih lama.

Vian berdiri, dia keluar ruangan dan beberapa menit kemudian lelaki itu datang dengan seorang suster untuk menitipkan Gaby padanya hingga seseorang tiba. Tentu saja Gaby terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba.

"Aku harus pulang".

"Tidak Vian, maksudku hanya sebentar lagi, temani aku".

*****

Di kamar yang tenang, Nara berjalan gelisah di balkon dengan tangan yang menggenggam ponsel, menatap ke luar dengan mata yang khawatir. Dia tengah menunggu kabar dari suaminya. Selama berjam-jam, tapi ponselnya tetap tidak bisa dihubungi.

Nara merasa ada yang tidak beres. Vian biasanya selalu menghubunginya jika dia akan terlambat pulang, tapi kali ini dia tidak mendapat kabar apa pun.

Gadis itu berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Apakah Vian sedang dalam bahaya? Apakah dia sedang bersama dengan seseorang?

Nara mencoba mengusir pikiran-pikiran itu dari kepala, tapi dia tidak bisa menghilangkan perasaan khawatir yang mendalam.

Tiba-tiba, Nara mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Dia berpaling dan melihat Vian berdiri di ambang pintu dengan wajah yang lelah.

"Mas Vian!", Nara berlari ke arah suaminya, memeluknya dengan erat. "Aku khawatir sekali! Di mana kamu? Kenapa kamu tidak menghubungiku?"

Vian memeluk Nara kembali, tapi wajahnya masih terlihat lelah. "Aku minta maaf, Sayang. Aku memiliki urusan yang tidak terduga. Aku akan menceritakannya padamu nanti."

Nara melepaskan pelukan dan memandang Vian dengan mata yang penasaran. "Urusan apa Mas? Tetapi kamu baik-baik saja kan?".

Vian mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Mas baik-baik saja, Nara. Mas hanya mengantarkan temanku ke rumah sakit karena dia mengalami reaksi alergi parah. Mas tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tapi dia terlihat sangat kesakitan dan membutuhkan bantuan medis secepatnya. Mas langsung membawanya ke unit gawat darurat dan dokter segera menangani dia. Setelah melakukan pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa dia mengalami reaksi alergi parah terhadap udang. Mas menemani dia selama proses perawatan dan berbicara dengan dokter tentang kondisinya. Setelah beberapa jam, kondisinya mulai membaik dan Mas bisa meninggalkannya di rumah sakit dengan perasaan lega. Itu saja yang terjadi. Dan maafkan Mas ya, batrei ponsel Mas habis, jadi Mas tidak bisa memberimu kabar".

"Syukurlah jika Mas Vian tidak apa-apa", ucap Nara tersenyum lega. Vian tersenyum, perhatian dari istrinya seperti inilah yang membuatnya berat untuk mengatakan yang sesungguhnya hingga akhirnya ia pun memutuskan untuk tidak berbicara jujur, takut jika apa yang sebelumnya ia lakukan akan menyakiti istrinya.

Krukk, kruuuuuyk

"Mas Vian belum makan?", tanya Nara saat mendengar suara perut suaminya berbunyi, yang empunya perut pun hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Ya sudah, Mas mandi gih, aku akan menyiapkan makan malam untuk Mas".

"Baiklah, terimakasih sayang, jangan lupa buatkan kopi tanpa gula ya".

Nara mengangguk, gadis itu keluar kamar dan berlalu ke dapur begitu juga dengan Vian yang langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian Nara kembali ke kamar dan membawa sepiring nasi beserta lauk serta satu gelas air putih dan juga secangkir kopi. Dia meletakkan semuanya di meja yang berada di balkon kamar, menikmati pemandangan malam yang tenang dan damai.

Nara duduk di kursi yang berada di dekat meja, menunggu Vian selesai mandi. Dia memandang ke arah kamar mandi, mendengar suara air yang mengalir dan merasa tidak sabar untuk bertemu dengannya lagi.

Setelah beberapa menit, Nara mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka. Dia memandang ke arah pintu dan melihat Vian keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono yang terikat di pinggangnya, menampilkan penampilan yang segar. Rambutnya yang basah membuatnya terlihat seperti model yang baru saja keluar dari sampul majalah. Mata yang cerah dan kulit yang bersih, membuatnya terlihat sangat menarik.

Nara tidak bisa tidak memandang Vian dengan mata yang penuh kagum. Dia merasa seperti sedang melihat pria yang paling tampan di dunia.

"Apa yang kamu lihat, hem?", tanya Via. saat dia sudah berada di depan perempuan yang dia cintai itu.

"Seperti biasa kamu sangat tampan, Mas," kata Nara dengan suara yang lembut, dia yang mengatakan namun dia sendiri yang merasa malu, bahkan pipinya bersemu merah.

Vian tersenyum dan memandang Nara dengan mata yang penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang", katanya.

Vian mendekati Nara dengan mata yang penuh kasih sayang. Dia mencium Nara dengan lembut, dan Nara merasa seperti sedang melayang di awan. Mereka berdua terjebak dalam keintiman yang hangat dan nyaman.

Namun, ketika Vian ingin melanjutkan keintiman mereka, Nara menolak dengan lembut. "Mas, maaf aku tidak bisa".

Vian terkejut dan memandang Nara dengan mata yang penuh pertanyaan. "Apa yang salah, Nar?".

Nara tersenyum dan memeluk Vian. "Aku sedang datang bulan, Mas. Aku tidak ingin membuat kamu tidak nyaman", ucap Nara merasa tidak enak karena menolak ajakan suaminya.

Vian mengerti dan memeluk Nara kembali. "Tidak apa-apa", kata Vian dengan suara yang lembut.

"Ya sudah, Mas ganti baju dulu gih, setelah itu Mas makan malam ya".

Vian mengangguk. Pria itu beranjak dan berjalan ke arah lemari pakaian. Nara memandangnya dengan mata yang penuh kasih sayang, menikmati pemandangan Vian yang sedang berganti baju.

Setelah berganti baju, Vian kembali ke balkon menjumpai Nara yang masih setia menemaninya untuk makan malam.

1
Muliati Sherina
ceritanya banyak alurnya belum terlalu ngerti tapi ceritanya cukup menantang dan bikin penasaran, mampir baca novel aku masih pemula biar semangat judulnya" jarum penunggu"
Nur Adam
lnjut
Antok Antok
Sepertinya aku yang pertama.... lanjut Thor
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!