NovelToon NovelToon
Surai Temukan Jalan Pulang

Surai Temukan Jalan Pulang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Fantasi Timur / Spiritual / Dokter Genius / Perperangan
Popularitas:199
Nilai: 5
Nama Author: Hana Indy

[Sampul digambar sendiri] Pengarang, penulis, penggambar : Hana Indy

Jika ada yang menganggap dunia itu penuh dengan surga maka, hanyalah mereka yang menikmatinya.
Jika ada yang menganggap dunia penuh dengan kebencian maka, mereka yang melakukannya.

Seseorang telah mengatakan kepada lelaki dengan keunikan, seorang yang memiliki mata rubah indah, Tian Cleodra Amarilis bahwa 'dunia kita berbeda, walau begitu kita sama'.

Kali ini surai perak seekor kuda tunggangnya akan terus memakan rumput dan berhagia terhadap orang terkasih, Coin Carello. Kisah yang akan membawa kesedihan bercampur suka dalam sebuah cerita singkat. Seseorang yang harus menemukan sebuah arti kebahagiaan sendiri. Bagaimana perjuangan seorang anak yang telah seseorang tinggalkan memaafkan semua perilaku ibundanya. Menuntut bahwa engkay hanyalah keluarga yang dia punya. Pada akhirnya harus berpisah dengan sang ibunda.

-Agar kita tidak saling menyakiti, Coin-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Indy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Ratapan

...“Mengorbankan waktu tidur untuk saling menyapa. Hanya digelap malam aku sudah menemui sosokmu tersenyum di sana. Tenanglah kawan! Aku berada di sini untuk mereka.” – Surai....

Seraut wajah seperti apa yang dinamakan sekarang? Pada anak usia 14 tahun sedang meratapi kehidupan yang dia punya. Seharusnya dia bermain bebas, belajar dengan benar, lalu mengemban kembali tugas yang biasa dilakukan anak sekolah.

Tian masih menatap manik disiniari mentari ufuk barat mulai tenggelam. Embusan membelai pelan kedua pipi anak muda. Meluangkan waktu untuk saling menyapa dan bercerita. Tian meletakkan biolanya. Biola yang dia pinjam dari galeri musik dekat dengan kemiliteran.

“Ada apa Yang Mulia ingin berbicara denganku?”

Tian hanya berbasa-basi namun, untuk mengatakannya secara gamblang praduganya keberaniannya sedang tidak berada ditempat.

Hanya rapatan yang dia dapat.

“Tian.”

Suara yang tidak ingin Tian dengar adalah ketika namanya dipanggil untuk dikasihani.

“Apa begini caramu bertamu untuk Kerajaan Argania?”

Tian menutup mulutnya. Hendak mengisahkan tangis yang dia pendam selama ini. Bisakah Tian menjadi anak remaja yang baru tumbuh mencari kedewasaan dengan segala keegosiannya?

Pangeran Andreas menepuk pelan pundak Tian. Menenangkan barang sebentar. “Aku menyadari ada yang ingin kamu sampaikan semenjak pendaftaran. Aku sengaja membantu untuk meletakkanmu dekat dengan Kerajaan. Menyadari jika namamu sama sekali seperti kenalan yang lama aku rindui. Yang aku tahu, Regen tidak pernah memiliki putra kedua. Apa yang terjadi?”

Begitulah dunianya memperlakukan Regen. Putra kedua tidak akan diumumkan sebelum menginjak 17 tahun.

Tian menenangkan dirinya barang sejenak sebelum mengambil nafas untuk mengatakan kengerian. “Aku putra kedua Regen. Seperti yang sudah diberitakan. Pulau Arash dibombardir.”

“Hah?” sedikit menaikkan nadanya akan ketidakpercayaan Pangeran Andreas.

“Lalu bagaimana bisa kamu selamat?”

“Jadi benar, berita itu hanya tersebar di Pulau Arahis, Kerajaan Eudoria.” Tian memeluk dirinya sendiri, setelah menenangkan barang sebentar.

“Katakan kepadaku apa yang terjadi,” desak Pangeran Andreas.

Tian mengangguk. Taman nyaman sekitaran Kerajaan. Memasuki halaman pribadi Pangeran Andreas membuat Tian begitu lega. Jamuan teh diadakan segera.

“Sekte Uno yang pernah menyerang Kerajaan Argania beberapa tahun lalu. Ketika ayahku masih berdaulat. Kala itu, kami berhasil mengirimkan bantuan. Tentu saja Kerajaan Argania tidak akan pernah melupakannya, bukan?” Tanya Tian menajam.

Pangeran Andreas mengangguk mantap. “Tentu saja. Jika kamu ingin menagihnya sekarang. Kami akan bersedia membantu. Tian, kamu tidak perlu melakukan ini semua.”

Tian menundukkan kepalanya sejenak lalu mendongak. “Sejujurnya aku juga tidak ingin melakukannya. Ketika itu, aku hendak mengirimkan surat ke Argania. Namun, dikarenakan jalur perdagangan sudah tertutup sempurna. Menerobos keluar akan membuat rakyatku lebih sengsara. Aku hanya bisa menunggu seseorang penunggang kapal ilegal mengangkut dan berharap jika bisa membebaskan diri ke Argania.”

Mata mereka saling mengadu. Seakan merindui hal yang sama. Sebuah kenyamanan.

“Aku berakhir di Pulau Arahis. Bersyukur jika pulau itu memiliki koneksi dengan Argania. Selama itu aku mencoba untuk bertahan akan kejahatan yang mereka lakukan. Dan ini adalah kesempatan langka untuk bisa memasuki Arganiamelalui perdagangan gelap.”

Kerutan di wajah Pangeran Andreas kentara. “Apakah ada perdagangan gelap yang terjadi?”

“Ini adalah bentuk narkoba. Penjualan Opium dalam jumlah besar sedang diselundupkan. Aku bisa memberikan buktinya.”

“Bisakah aku melihatnya?” tanya Andreas.

Yang ditakutkan oleh semua Kerajaan adalah kehancuran dari dalam.

“Aku meletakkannya di kamar. Kita bisa kembali bertemu.”

Pangeran Andreas menyetujui. “Aku akan berbicara dengan ayah masalah ini. Dan segera berkirim pesan untukmu. Selama itu, tolong tunggu lebih lama.”

Pertemuan menanggung itu disudahi. Malam menjadi penutup antara dua mata sudah bertemu. Kelegaan yang tidak pernah ditemukan semenjak Tian kabur akhirnya kini menjadi kenyataan.

Berlangkah tegas menuju kamarnya. Selalu berharap bahwa esok adalah masa depan penuh cahaya.

Tian akan menunggu sampai anak panah dia letakkan dan berteriak menang. Menanggung dendam banyak orang. Kemarahan. Menggenggam erat kepalanya tangannya. Berniat untuk meledakkan setiap amarah yang dia punya.

Kobarnya hasrat membara malam ini.

...**...

Masih enggan menyerah. Bagaikan cangkang kosong terpisah dengan sisinya. Wanita ini hanya bisa meletakkan makanan sarapan, siang, dan malam untuk lelaki kecil yang merajuk. Berusia 11 tahun. Wanita ini tahu waktu yang sangat muda bagi dewasanya seorang lelaki. Tidak pantas dia sebut dirinya sebagai ibunda jika masih menyayat jiwanya sendiri.

“Coin,” lirihnya sembari mengetuk pintu. “Aku yakin kamu belum mau berbicara denganku. Tidak apa. Tetapi, jika kamu mau berbicara mari berkenalan dengan seorang yang mungkin sangat ingin kamu temui.”

Lirikan mata terlihat dari lelaki yang duduk dilantai marmer dingin sembari mendengarkan wanita dewasa berbicara omong kosong. Tanpa teriakan sekarang dia dengar. Seolah penyesalan disetiap kata-katanya.

Coin melihat sebuah foto yang diselipkan di bawah pintu. Setelah mendengar suara langkah kaki menuruni tangga, Coin mengambil foto itu. Ada seorang lelaki yang mirip dengannya.

Mungkinkah jika itu ayahnya?

Ada sepucuk surat yang menyertai serta dua foto lainnya. Foto itu adalah Coin sewaktu dilahirkan dan foto pernikahan ibundanya dengan lelaki itu.

Matanya terkejut sempurna. Ibundanya menikah?

Kelahirannya diharapkan? Bukan. Lebih tepatnya kelahiran Coin secara resmi adalah miliknya.

Tetapi, mengapa namanya menggunakan nama ibundanya.

Coin membalikkan foto pernikahan. Ada dua nama tertera di sana.

Belladona Carello menikah dengan Riel Carello.

Coin menutup mulutnya sendiri. Rasa tidak percaya menghampirinya. Meneteskan segala deras air mata tanpa dia sadari.

S Coin menutup mulutnya sendiri. Rasa tidak percaya menghampirinya. Meneteskan segala deras air mata tanpa dia sadari. Sedangkan foto bayi diberikan nama Coin Carello. Ada alasan mengapa ibundanya memberi nama Coin, hal itu karena dia sangat menyukai pahatan koin dari seorang lelaki. Coin pernah tahu jika ibundanya selalu memakai kalung dengan liontin pahatan koin.

Lalu mengapa keduanya tidak bersama?

Suara jendela diketuk dari luar. Coin buru-buru membual dan melihat Phoen membawa makanan kesukaannya. Sekarang burung manusia itu sangat menyukai roti dan  selai kacang.

Coin mengusap air matanya kasar. “Darimana kamu mendapatkan semua ini?”

Phoen menunjuk kebun belakang Tuan Idris. Ada sedikitnya riuhnya hewan yang keluar dari persembunyiannya laboratorium.

Coin terperangah. Dia segera menaiki Phoen lalu  meminta burung itu menuju lokasi.

Ada setidaknya beberapa kepolisian yang berjaga. Walau Coin tahu jika Tuan Idris akan menghancurkan lokasi penelitian. Dia hanya tidak menyangka jika semua kekacauan itu lebih kacau dari apa yang dia lihat.

Hewan yang berlarian keluar dari pintu yang dijebol kini ditangkap oleh beberapa penakluk heran. Yang lebih mengherankan hewan itu selama menuruti penakluk dan masuk ke dalam kandang dengan rapi.

“Tuan Idris,” sapa Coin ketika melihat lelaki itu menyembulkan kepalanya.

“Kami berhasil. Walau Tuan Poppin meninggal setidaknya dua lelaki di sana akan menunjukkan kesaksian.” Idris berdiri. Begitu juga Tuan Mallory mengikuti langkah Idris membersihkan diri.

“Apa yang akan dilakukan kepolisian?”

“Mereka akan menghancurkan laboratorium.”

“Berita ini terdengar Pangeran Noir. Kerajaan akan turun tangan.”

Rasa kekhawatiran memuncak. Coin tertunduk. Begitu tahu, Idris mengusap kepala anak itu. “Perubahan harus tetap dilakukan.”

Senyuman itu nampak asli.

Beberapa kekacauan telah menemukan titik terang. Coin masih terus merapat pada pembatas yang dipasang disebelah gudang. Setelah diberikannya tanda kepolisian, tidak akan menjawab pertanyaan anak-anak yang penasaran.

Seminggu telah berlalu namun, belum ada tindakan cepat dari Kerajaan. Banyak hal dipertimbangkan seperti pertanggungjawaban atau sebagainya. Tuan Bond masih dalam pencarian.

Seperti apa riwayat akan mempertanyakannya.

Kerajaan memiliki opininya dalam sidang. Sedangkan, Idris masih dalam proses penghukuman dan perhitungan.

Penentuan bagi lelaki dewasa itu sudah dimulai.

Coin merapatkan jaketnya. Semenjak Coin keluar dari kamarnya, Airis sama sekali tidak kembali ke dalam mansion besar dan hanya tidur bersama dengan anak panti. Dengan alasan tidak ingin mengganggu kenyamanan Coin. Coin juga tidak pernah kembali ke panti. Setelah cukup nyaman dengan Phoen di kamar.

Berjalan menuju kandang kuda sudah lama tidak dia sentuh. Surai memiliki regenerasi yang sangat lambat. Timbulnya Surai perak yang sangat indah perlahan dari pangkal sampai ke ujung.

“Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan?”

Surai dengan nyaman terduduk. Sedang, Coin mulai duduk di samping Surai. “Aku ingin mencari mereka yang mungkin bisa disebut dengan keluarga.”

“Apakah kita akan mencari mereka?” tanya Coin pada Surai yang mulai menunjukkan giginya.

“Sepertinya kamu setuju ya,” lirih Coin.

Menenteng kekang kuda Surai. Menungganginya cepat. Coin hanya akan berjalan-jalan lalu kembali dengan harapan kosong.

“Coin,” panggil seseorang yang dia kenal.

Coin menoleh. “Ada apa?”

Sangat lega hatinya mendengar putranya menanggapi panggilannya. “Apakah kamu ingin tahu mengenai ayahmu?”

Mendekap tubuhnya sendiri. “Aku tahu jika itu tidak akan pernah menebus kesalahanku. Tetapi, aku berkirim pesan dengan lelaki itu dan dia bersedia menemui jika kamu mau.”

“Aku hanya jalan-jalan.”

“Dia adalah bangsawan.”

Coin terlihat sangat tidak peduli. Dituntunnya Surai meninggalkan wanita itu.

“Kami berpisah karena kesalahpahaman.”

“Hentikan,” sedikit nada meninggi. “Dia juga sudah bahagia dengan wanita lainnya. Mengapa kamu merepotkan hal itu.”

“Dia sudah meninggal,” jawab ibundanya.

“Siapa?” tanya Coin cepat.

“Istrinya,” jawab Airis. “Wanita itu meninggal ketika melahirkan. Kamu memiliki adik. Saat ini usianya masih 5 tahunan. Jika kamu ingin bertemu dengannya, aku bisa mengantarkan.”

Adalah sebuah tawaran yang sangat ingin Coin lakukan. Namun, pergi dengan ibundanya akan menambah luka yang dalam.

“Aku akan menemuinya sendiri.”

“Dia adalah Bangsawan Penjaga Timur. Pemilik ternak sapi dan juga kuda milik kerajaan.” 

Mengendarai Surai bertujuan paling Timur memerlukan waktu setidaknya setengah hari atau 12 jam. Coin harus mempersiapkan perjalanan jauh semacam itu.

Namun, apakah itu yang dia inginkan?

Pada akhirnya, siapa yang mengepak barangnya lalu melaju dalam sepinya pagi. Mengusap kepala Phoen ketika akan meninggalkan burung itu.

“Ingat apa yang sudah aku katakan. Kamu tidak boleh kencing di kasur. Tidak boleh pup di lantai. Kamu harus dikamar mandi.”

Phoen hanya mengangguk. Lalu mendekap Coin. Seakan tidak mau terpisah. “Kamu tidak boleh ikut ya.”

Seulas senyum sudah dia nampakkan. Phoen antusias melambaikan tangan mengiringi perjalanan Coin. Subuh ketika tidak banyaknya aktivitas manusia, lelaki ini menembus kabut.

Seorang wanita berdiri dalam gelapnya lorong. Hendak membantu dia wanita yang sudah siap dengan peralatan dapurnya.

“Apakah Nyonya Airis sudah siap?”

Airis terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar. “Ya,” jawabnya.

Nona Zeta mengusap punggung wanita itu. Masih cantik parasnya juga kulitannya putih. Semua terawat sudah dengan dana yang dia dapatkan. Semua juga berkat Tuan Idris yang masih berjuang selama pengadilan.

“Bagaimana anak itu selama di panti?” kepedulian akan wanita itu juga masih dirasa.

“Dia cukup aktif bermain dengan anak-anak. Mungkin merasa memiliki teman sebaya.”

Ah, mungkin saja penyesalannya bangkit lagi. Coin memiliki masa kanak-kanak yang telah dia renggut.

“Apakah dia pernah menceritakan mengenai keluarganya?”

“Tidak,” jawab Nona Zeta. “Dia orang yang sangat tertutup mengenai itu, tahu jika menceritakannya mungkin masih menyakitkan.”

“Kamu benar.”

Nona Paula membawa sayuran yang dia petik. “Tetapi, Coin juga sering menggunakan alat musik. Mungkin dia tidak selamanya merasa terpenjara.”

Sedikit kelegaan dia dapatkan. Memeluk wanita itu. “Terima kasih Nona Paula.”

...*...

Awan tipis terlihat. Pegunungan yang dia raih sudah ditaklukkan. Surai berhenti pada ujung tertinggi pegunungan. Perbatasan Eudoria ditandai dengan pegunungan yang melingkar lalu bendera dipuncaknya.

Dilihatnya ada sebuah garis ladang besar dari balik pegunungan. Menatap kembali pada lereng pegunungan. Ada rumah yang besarnya tiada dia kira. Mungkin ada jika selebar lapangan sepak bola.

Coin menuruni Surai. Membawa kuda itu mendekat. Penduduk berjumlah ratusan menghuni bagian Timur Eudoria dengan mata pencarian yang sama. Tempatnya mengelola senjata, kuda juga kendaraan kerajaan ada di sini.

Bangsawan yang bertanggungjawab adalah ayahnya.

Riel Carello.

Coin memasuki kota sederhana. Melihat sekeliling menjajakan makanan yang paling banyak dia sukai. Kuda yang dikembangkan juga dilatih dengan cara khusus. Ada arena tempat adu lari. Semua atas nama kerajaan.

Rumah yang dia tuju tepat di depan matanya. Melihat ada banyaknya bunga mawar yang ditanam membuat Coin mengernyit.

Ibundanya sangat menyukai bunga mawar. Apakah iya jika lelaki itu masih mencintai ibundanya? Lalu bagaimana bunga layu yang sudah dalam tanah?

“Selamat siang Tuan,” sapa seorang penjaga yang kemungkinan besar adalah penjaga rumah ayahandanya.

“Ah iya,” jawab Coin kikuk.

“Apakah ada yang bisa dibantu?”

Coin baru menyadari jika dia berada dalam wilayah halaman luar Mansion besar itu.

“Tidak, aku hanya melihat kuda itu sangat bagus.” Tunjuk asal Coin pada kuda yang berasal di halaman.

“Oh, itu milik Tuan Besar Carello.”

Coin mengangguk. Lalu melangkahkan kaki menjauhi rumah besar. Apa yang akan dia ketahui sudah selesai, bukan? Hanya melihatnya saja sudah melega.

Pintu besar dibuka, menampilkan seorang lelaki yang menggendong putri berusia 5 tahun seperti yang dikatakan oleh ibundanya. Lelaki itu tampak sangat bahagia. Menimang putrinya sampai tertawa lebar lalu menurunkannya. Berpamitan hendak pergi keluar rumah.

Coin hanya menatap bagaimana lelaki itu bergerak.

Mengamati sepenuhnya tubuhnya. Memiliki tinggi sekitar 180 cm. Dengan bahu lebar juga dagu lancip. Memiliki mata yang sama dengan Coin. Berwarna abu-abu dengan semburat biru. Memiliki warna rambut yang sama persis. Hanya saja putri yang dia miliki sedikit berbeda. Putri itu memiliki rambut hitam keabu-abuan.

Bagaimana ayahnya menaiki kuda lalu bekeliling sebentar mengitari putrinya yang melompat kegirangan.

Semua itu sudah cukup untuk Coin. Ayahnya telah memiliki kehidupan yang nyata. Bahagia dan sempurna. Setidaknya dia tidak akan kesepian.

Coin menarik Surai perlahan menjauh. Dirasakan ada tangan yang menepuk pundaknya. “Jika boleh tahu siapa nama Tuan?” penjaga yang berbincang dengan Coin seakan memiliki harapan setitik.

“Tidak penting,” jawab Coin sembari menyingkirkan tangan lelaki itu dipundaknya.

Tuan Besar Carello melewati pagar. Melewati tubuh Coin. Melenggang pergi menuju tugasnya.

...*...

Ada yang istimewa dari kota yang didatangi oleh Coin. Danau dengan pancaran matahari sempurna. Menciptakan kerlipan air yang tiada kira banyaknya. Selanjutnya, ketika sore tiba akan ada sorot orange dari ufuk barat dengan bayangan pohon Cemara. Seakan membentuk lukisan alami.

Disinilah Coin menghabiskan waktu setengah harinya untuk merenung.

“Putri yang cantik.”

Hanya dapat memuji dalam hatinya saja. Coin menunggangi Surai. Untuk segera kembali ke rumah nyaman dengan segala kesenduan yang sudah berada di zona nyaman.

Melajukan Surai dan melewati pagar pembatas menuju ke hutan tidak terhingga.

Di depan halaman rumah ada seorang lelaki yang senantiasa menanti kehadiran lelaki yang memikat matanya. Ada yang istimewa dari mata lelaki yang dipanggil Tuan Besar Carello, lelaki yang mampu melihat serangga dalam jarak yang jauh sekalipun.

Mana mungkin akan berpaling dari putra yang telah lahir dari seorang bintang ternodai.

Penjaga gerbang menunduk hormat. “Tuan Besar Carello,” panggilnya lirih.

Seakan tahu apa yang akan disampaikan oleh penjaga gerbang, Tuan Besar Carello menoleh. “Jangan sampai anak itu menginjakkan kaki dihalamanku lagi.”

Seraut wajah sedih sudah dinamakan penjaga gerbang. Seorang anak yang hanya bisa melihat kebahagiaan bapaknya. Kini juga ditolak secara halus.

“Benarkah itu putra Anda yang selama ini Anda cari?”

“Hubunganku dengannya sudah berakhir sejak saat itu.”

Penjaga gerbang menelusur pandang jauh ke depan. “Tuan, di dunia ini tidak ada yang namanya mantan anak. Setidaknya Tuan juga tahu peribahasa itu.”

Tuan Besar Carello hanya memejamkan mata sebentar lalu beranjak meninggalkan ruang pembicaraan.

Akhir dari sebuah keluarga Cemara yang diinginkan banyak orang juga seseorang yang paling merindui. Begitulah hubungan mereka akan terus menuai perpisahan.

Mari berpisah, Coin. Sehingga kita tidak pernah saling mencintai dan tahu rasanya kehilangan.

...***...

...Bersambung......

1
Galaxy_k1910
ilustrasi karakternya keren
@shithan03_12: Wuahh makasih ya
total 1 replies
༆𝑃𝑖𝑘𝑎𝑐ℎ𝑢 𝐺𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
dia cewek apa cowok thor?
@shithan03_12: kalau Tian cowok..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!