Arrkkhhh sakit! Tuan tolong lepaskan aku, aku mohon. Delisa Jenifer
Diam! Kau sekarang adalah istriku, dan aku berhak melakukan apapun terhadap dirimu. Bahkan sampai melenyapkan mu pun aku sanggup. Albert Halston Xanders
Delisa gadis cantik yang tiba-tiba di culik dan dipaksa menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal sama sekali.
Menjalani pernikahan dengan Tuan Muda yang kejam, membuat hari-hari Delisa seperti di neraka.
Mampukah Delisa bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampukah Delisa mengubah sosok Tuan Muda yang kejam menjadi pria yang baik?
Yang penasaran dengan ceritanya, langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Delisa
Hai Readers semuanya ....
Author hanya ingin memberitahu pada kalian semua bahwa cover novel "Menikahi Tuan Muda Yang Kejam" telah di ganti dari pihak sistem. Semoga kalian tidak seperti Albert ya, dan masih mengenali karya othor ini 😂.
🌷Mansion Albert🌷
Pagi pun tiba, saat ini Delisa sudah berada di dapur membantu Bi Mimi menyiapkan makanan untuk manusia iblis.
"Non Delisa, sepertinya Non ceria sekali pagi ini?" tanya Bi Mimi yang melihat wajah Delisa tampak bahagia.
"Iya Bi," jawab Delisa sambil tersenyum.
"Semoga Tuan Albert tidak pernah menyiksa Non lagi," kata Bi Mimi penuh harap.
"Apaan sih Bi, itu sangat tidak mungkin! Manusia iblis itu tidak akan berubah jadi baik, selagi aku berada di mansion ini, pasti dia terus menyiksaku," ucap Delisa sambil menyusun makanan di atas nampan.
"Maka dari itu berdoalah Non agar Tuan Albert cepat sadar dan berubah jadi baik," timpal Bi Mimi membuat Delisa tersenyum mendengarnya.
"Oh iya Non, itu makanan nya mau di bawa kemana?" tanya Bi Mimi penasaran.
Delisa kembali tersenyum menatap sekilas ke arah Bi Mimi. "Ini untuk manusia iblis Bi. Aku akan mengantarnya ke dalam kamarnya," ucap Delisa sambil berlalu meninggalkan Bi Mimi.
Bi Mimi masih bergeming di tempatnya, menatap kepergian Delisa hingga punggungnya tak terlihat lagi. Bahkan Bi Mimi seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Ucapan Delisa masih terngiang di kepalanya, bagaimana bisa sosok Delisa yang setiap hari di siksa oleh Albert tiba-tiba berubah jadi perhatian dan peduli pada Albert pria kejam dan terkenal bengis.
Apakah kepala Delisa terkena benturan hingga membuatnya amnesia dengan perlakuan kasar Albert terhadapnya atau kah Delisa sudah memaafkan Albert yang selama ini telah menyiksanya? Sungguh perubahan yang sangat drastis terjadi pada Delisa seolah bukan dirinya yang sesungguhnya. Dan hanya Delisa lah yang tahu akan jawaban dari perubahan dirinya tersebut.
Seketika jantung Delisa berdenyut begitu cepat kala berada di depan pintu kamar Albert.
Sebelum masuk Delisa membuang nafas panjangnya. "Delisa, kamu pasti bisa. Semangat!" ucap Delisa menyemangati diri sendiri.
Ceklek ....
Delisa memberanikan diri membuka pintu kamar Albert.
'Syukurlah pintunya tidak di kunci.' Delisa
Dengan hati-hati Delisa melangkahkan kakinya masuk ke dalam, dan meletakkan nampan nya di atas nakas tak jauh dari ranjang yang di tempati Albert. Lalu Delisa berjalan ke arah jendela yang begitu besar, membuka lebar gorden kamar, sehingga sinar mentari pagi menembus dan menyilaukan mata Albert.
Sontak Albert menggeliat dalam tidurnya dan membuat Delisa melangkah mendekat ke arah Albert. Delisa berdiri tepat di sisi ranjang menghalangi sinar mentari dengan punggungnya.
Delisa memandangi wajah tampan Albert yang kembali tertidur pulas.
'Kita begitu dekat, tapi tidak bisa saling menggapai karena ada jurang pemisah di antara kita. Dan aku berjanji Aston akan mengurus mu sebaik mungkin, selagi aku berada disini.' Delisa
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Albert saat membuka mata dan melihat Delisa yang ada di hadapannya.
Suara bariton itu menyadarkan Delisa dari lamunannya. "Maaf Tuan, saya hanya membawa sarapan ini untuk Tuan," ucap Delisa sambil tersenyum menatap Albert yang menyorotnya tajam.
'Kenapa senyumnya begitu manis.' Albert
"Saya permisi dulu Tuan," pamit Delisa yang melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar. Sedangkan Albert tersadar kala Delisa menutup pintu.
"Kenapa wanita itu tiba-tiba baik kepadaku? Dan tersenyum manis pagi ini? " Albert mengerutkan keningnya melihat sikap Delisa yang tampak perhatian, membawakan sarapan untuk dirinya.
Mengingat hal itu Albert menatap sarapannya di atas meja, lalu mengembangkan senyumnya. Namun, seketika Albert menggelengkan kepalanya.
"Tidak Albert, kau harus sadar bahwa wanita itu sedang merayu mu."
🌷PT. XANDERS CORPERATION🌷
Pagi hari di sebuah ruangan yang tampak mewah, tepatnya di ruangan CEO. Albert duduk di kursi kebesarannya bergelut dengan beberapa berkas yang ada di meja. Namun, hati dan pikirannya masih memikirkan Delisa yang dengan berani wanita itu masuk ke dalam kamarnya dan membawa sarapan untuk dirinya sambil tersenyum manis di hadapannya.
Tak berselang lama terdengar pintu ruangan nya terbuka, membuat Albert tersadar dari lamunannya kala melihat sosok gadis yang berjalan mendekat ke arahnya. Bahkan tanpa malu gadis itu langsung duduk di atas pangkuan Albert. Dan mengalungkan kedua tangan nya ke leher Albert.
"Laura, apa yang kau lakukan?" tanya Albert merasa heran dengan sikap Laura yang sangat agresif padanya. Mengingat Albert yang sedari dulu memang tipe pria yang tidak mudah di sentuh oleh sembarang wanita dan tidak suka menyentuh wanita yang bukan tipe nya. Dan hanya satu wanita yang berhasil Albert sentuh yaitu Delisa.
"Apa kau tidak suka jika aku berada disini?" tanya Laura sambil mengelus pipi Albert dengan jari telunjuknya.
"Tidak, bukan seperti itu. Hanya saja ...." ucapan Albert terpotong kala Laura mencium sekilas bibir Albert.
Cup ...
Bibir Laura mendarat sempurna di bibir tipis Albert, dan membuat Albert terdiam untuk sesaat.
"Makasih Albert, Sayang. Aku suka dengan hadiah tas yang kau berikan kemarin," ucap Laura dengan nada manja setelah melepaskan ciuman nya.
"Kau suka?" tanya Albert menatap wajah Laura yang masih setia duduk di pangkuan Albert.
"Ya, aku sangat menyukainya," jawab Laura sambil tersenyum.
"Syukurlah ... oh iya bagaimana kalau kita makan siang bersama," ajak Albert pada Laura yang pasalnya sekarang sudah hampir waktu makan siang tiba.
"Hmmm ... iya Sayang. Tapi aku mau kita makan disini," ucap Laura dengan nada manjanya.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menyuruh Charly untuk memesannya." Albert dengan senang hati mengiyakan permintaan Laura, tanpa ada sedikitpun penolakan karena Albert sudah berjanji akan menuruti segala sesuatu permintaan Laura yang dia anggap sebagai gadis kecilnya.
Beberapa menit kemudian pesanan Albert sudah datang. Albert dan Laura saat ini sedang duduk saking berhadapan, Laura dengan semangat menyantap menu makanan siang yang berada di hadapannya. Namun, berbeda dengan Albert, dia tidak bersemangat karena saat ini Albert tengah sibuk menatap layar pintarnya.
Kedua netra Albert melihat ke cctv dari rumahnya yang terpasang di ponselnya.
'Cantik.' batin Albert kala melihat Delisa tersenyum.
Tanpa Albert sadari, sedari tadi Laura tampak memperhatikan Albert yang sibuk dengan ponselnya hingga akhirnya dia menegur Albert.
"Sayang, kenapa kau tidak makan?" tanya Laura dengan penuh kelembutan.
"Oh iya maaf." Albert terlonjak kaget mendengar suara Laura, sontak Albert segera menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jas nya. Kemudian mulai menyantap menu makan siang bersama Laura.
Di sela Albert menikmati makanannya, tiba-tiba Albert mendengar rengekan dari bibir Laura yang pastinya Albert dengan senang hati mengabulkan keinginan Laura.
"Sayang, tolong dong suapin aku yang itu," tunjuk Laura pada gurami asam manis.
"Ini?" tunjuk Albert memastikan kembali lalu mengambilnya.
"Iya, Sayang." Laura tersenyum menatap Albert yang begitu telaten dalam menghadapi dirinya yang sangat manja.
"Buka mulutmu, aaaaahhhh ...." ucap Albert menyuapi Laura dengan senang hati.
"Makasih, Sayang." Laura menatap takjub pada pria yang ada di hadapannya, dia tidak menyangka bahwa Albert akan sebucin itu pada dirinya. Mengingat dirinya yang saat ini tengah mengaku sebagai gadis kecil Albert.
'Beruntung sekali gadis itu bisa memiliki Albert yang sangat mencintainya. Tapi, sekarang Albert hanyalah milikku seorang, tidak ada yang berhak mengambil Albert dariku.' Laura
🌷Mansion Albert 🌷
Setelah selesai dengan segala urusan di kantornya, tepat pukul 16.00 Albert sudah pulang dan saat ini dia baru saja tiba di mansion nya. Albert melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Saat sudah berada di lantai dua, mata elangnya melirik ke sebuah kamar yakni kamar Delisa.
"Apa yang wanita bodoh itu lakukan?" gumam Albert yang masih setia menatap ke arah kamar Delisa.
Albert begitu penasaran dengan apa yang di lakukan Delisa sekarang, pasalnya Albert belum melihat cctv yang tersambung di ponselnya. Seketika terdengar suara yang begitu familiar di indra pendengar Albert.
"Tuan, sudah pulang?" tanya Delisa dari arah belakang Albert.
"Kau ...." Albert menoleh dan terlonjak kaget mendapati Delisa yang sudah ada di belakangnya.
"Sini Tuan biar aku bantu," ucap Delisa mengambil alih tas kerja dari tangan kekar Albert.
"Menjauh lah dariku! Jauhkan tangan kotor mu itu, aku tidak Sudi di bantu dari wanita sepertimu. Kau anak dari seorang pembunuh yang tidak layak untuk membantuku."
.
.
.
🌷Bersambung🌷
Selalu kesel setiap baca ceritanya, karena kekejaman yang dilakukan Tuan muda Albert kepada Delisa.
Namun meski begitu, aku juga suka karakter Delisa nggak yang pasrah aja diperlakukan kejam, dan balik membalas/CoolGuy/
Berharap kelak Albert dapet balasannya karena menyia-nyiakan Delisa.
Nggak berharap mereka bersatu karena saking keselnya😭😭😭
Tapi kalau pun bersatu, perjuangan Albert bener-bener harus menemui banyak kesulitan seperti dia yang selalu menyulitkan Delisa🤭✌️❤️
Semangat terus untuk Kakak. Semangat nulisnya💪💪💪🥰🥰❤️❤️
Berharap bahwa Delisa dan Albert nggak bersatu.
Pun kalau bersatu, Albert harus berjuang sampai titik darah penghabisan untuk mendapatkan Delisa kembali🤭🤭
Tapi sebelum itu, balik lagi Albert harus bener-bener menyesal dan sampai nagis darah👍😁😂