Kisah Seorang gadis yang bernama Rere yang berkali kali harus mengalami kegagalan dalam percintaan. Namun takdir berkata lain. Secaratak sengaja ia bertemu cowok yang akhirnya akan menjadi kekasihnya walaupun harus mengalami banyak rintangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Ahza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 19
Perkara restoran saja membuat Mika berdebat dengan Ata. Maklum, Mika orang yang bertipe cermat dalam mengelola keuangan. Jadi ya agak sayang kalau harus makan di restoran yang mahal, pikirnya. Karena sejak kecil, kedua orang tuanya sudah memberi pengertian, kalau nggak perlu perlu amat, nggak usah keluarin uang buat hal hal yang nggak penting. Berbeda dengan Ata, ia ingin sekali mengajak Mika makan berdua di restoran favoritnya dari dulu, dan hari ini kesampaian. Itu saja karena ada satu tragedi, kalau nggak, mana mungkin si Mika mau. Antara kasian dan juga senang sih sebenarnya. Namun dalam hati Ata, sebenarnya seneng banget. Terdengar jahat sih, tapi kalau ini jalanya ya, mau gimana lagi.
Mika terkagum ketika kakinya memasuki restoran tersebut. Sangat mewah. Itu kata pertama yang muncul di dalam pikiranya. Masih dengan pandangan mata yang terkagum, ia melempar pandangan di sekitarnya. Ia tak sadar, kalau ia jadi pusat perhatian. Setiap mata pengunjung yang ia jumpai pasti menatapnya lalu tersenyum sambil menutup bibirnya.
"Aduh, Ata aku lupa kalau aku nggak pake alas kaki..." seru Mika dengan pelan lalu mundur ke belakang Ata. Ia nggak mau orang orang yang tengah makan terganggu karena melihatnya. Mika merasa kalau setiap mata yang menatapnya seolah olah menelanjangi dirinya. Rasa malu, itulah yang di rasakannya saat ini.
"Sini..."
Dengan lembut, tangan kanan Ata menarik tangan kiri Mika untuk berada di sampingnya. Setenang ini seorang Ata berjalan menggandeng tangan Mika.
Benar juga apa yang di katakan Ata. Sekelas Ata saja yang tampanya seperti artis korea tidak malu berjalan di sampingnya, menggandengnya pula, bahkani a sampai mengejar cintanya Mika. Mika tersenyum menatap Ata, lalu mulai berjalan mengikuti langkah Ata yang menggandengnya menuju sebuah meja yang khusus untuk dua orang saja. Ata menggeserkan kursi untuk Mika. Sungguh sangat gentle sekali memperlakukan seorang wanita. Dalam sekejap Mika sudah duduk dengan manis. Kini keduanya duduk berhadapan. Mika masih tak percaya. Kemaren ia sempat membenci Ata, sekarang malah ia sedang duduk berdua denganya. Apa benar, kalau benci sama seseorang nggak boleh berlebihan...?
Seorang pelayan pria dengan pakaian rapi dan memakai dasi kupu kupu menghampiri meja Ata. Ditangan kirinya, sebuah buku menu sedang dipegangnya.
"Permisi tuan dan nona, silahkan mau pesen apa....?" ucap sang pelayan dengan sopanya. Ia meletakan buku menu itu sambil sedikit membungkukan badanya. Memang sudah aturan, seorang pelayan restoran harus memberikan pelayanan yang memuaskan untuk pengunjungnya.
"Terima kasih..." jawab Ata lalu mulai melihat daftar menunya. Mika menunggu Ata yang milih milih menu. Karena ia tak tahu menu apa yang paling enak di situ.
"Mau makan apa...?"
"Terserah kamu aja mau milihin apa..." jawabnya dengan polos. Karena Mika juga ngak tau menu apa yang enak di situ.
"Saya pesen dua canape, dua sirloin steak, dua fruity yoghurt dan es teler durian dua..."
"Udah itu saja...?" tanya mas pelayan sesudah mencatat semuanya.
"Iya.."
"Baik, permisi..."
Mas pelayan segera berlalu dari hadapan Ata dan Mika. Mika menoleh ke arah masnya, memastikan ia sudah menjauh dari tempat duduk mereka.
"Kenapa pesenya banyak sekali...?" ucap Mika kemudian.
"Kenapa? kan di makan juga..." jawab Ata yang memandang Mika dengan sorot mata yang sangat teduh.
"Kan sayang, kalau nggak habis jadinya mubazir..." jawab Mika seperti anak kecil yang polos.
Mendengar jawaban Mika, Ata tersenyum tipis.
"Enggak akan mubazir kok, tenangsaja..." jawab Ata, lalu meraih ponselnya yang ada sakunya.
Anjai, sebenarnya gua nggak tahan kalau harus bersikap gini. Bawaanya pengen ngegodain dia, tapi demi cinta gua, gapapa lah ngikutin saran kak Albert, kalau untuk kebaikan kehidupan percintaan gua ke depanya. Hihihi. Sekarang gua harus bersikap agak dingin saja supaya dia penasaran, selamat menikmati Mika sayang. Hehe, gapapa dong panggil sayang, kan cuma dalam hati, apaan sih gua.
Mika yang melihat Ata bersikap cool, jadi canggung. Buru buru ia juga mengeluarkan ponselnya. Ada dua pesan dari Rere. Menanyakan kabarnya. Lalu segera ia membalas. Kembali ia melihat Ata yang masih asik dan fokus dengan ponselnya.
Nyebelin banget sih, disini kan ada orang, apa dia masih marah sama aku? Apa dia benci, ah nggak enak banget di diemin kaya gini.
Wajah Mika terlihat jelas sangat gelisah. Ata yang meliriknya, hatinya semakin senang. Misinya berhasil. Yang tadinya bersikap manis, sekarang bersikap dingin lagi.
"Ata...." ujar Mika memberanikan diri membuka pembicaraan.
"Ya..." jawab Ata tanpa menatap Mika sedikit saja. Ponselnya masih menyita perhatiannya.
"Kamu...." Mika berhenti, tidak meneruskan kata katanya.
"Kenapa...?" tanya Ata yang meletakkan ponselnya dan kini beradu pandang dengan Mika.
"Kamu masih marah ya sana aku...?" tanya Mika agak ragu.
"Marah? Marah kenapa?" jawab Ata pura pura nggak tau.
"Ya soal perlakuan aku ke kamu kemarin..."
"Yang mana, aku sudah lupa..." masih dengan mode coolnya Ata memberikan jawaban.
"Ya sudahlah, nggak usah di bahas..." jawab Mika sedikit kecewa.
Tak berapa lama makanan sudah datang. Kembali pelayan yang tadi mengantarkan pesanan mereka. Dengan hati hati sang pelayan meletakan semua hidangan di meja makan dan mempersilahkan keduanya untuk menikmatinya sebelum sang pelayan beranjak pergi dari tempat itu.
"Ayo di makan..." ucap Ata mempersilahkan.
Mika mengangguk. Lalu dengan perlahan menikmati satu persatu hidangan yang tersaji di hadapanya. Begitu juga dengan Ata. Dengan tenang ia mulai makan. Menikmati suapan demi suapan hidangan yang masuk ke dalam mulutnya tanpa ada satu percakapan sama sekali. Hening dan tenang. Hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan piring. Sebenarnya Mika sangat canggung sekali. Tapi mau gimana lagi. Ia hanya bisa diam. Hal itu membuat Mika semakin penasaran.
Ini orang kenapa sih, kok sikapnya jadi gini ke aku. Padahal tadi saja bisa bersikap seperti seorang pangeran, ternyata tebakan aku salah. Aku kira dia akan manis terus, huh!!
Gumam Mika sambil bengong.
"Mika...." panggil Ata membuyarkan bengongnya.
Mika kaget dan tersadar dari khayalannya.
"Eh iya, kenapa Ta...?"
"Makananya cepet di habisin, terus aku anterin kamu pulang..." Ucap Ata dengan ekspresi wajah datarnya.
"Iya, baiklah..." jawab Mika dengan nurutnya. Mika segera menyelesaikan makannya. Dengan pelan tapi pasti, semua makanan di hadapanya sudah habis. Hampir tak tersisa. Ata yang sejak tadi sesekali melirik Mika, tersenyum dalam hati. Melihat Mika yang menurutnya sangat imut jika nurut.
Gemes banget gua sama lu Mik. Tapi gua harus sabar, demi cinta gua sama lu. Hingga tiba waktunya nanti.
Ata tersenyum tipis tanpa ia sadari.
"Ata, aku udah selesai, ayo kita pulang..." ujar Mika. Ata pun segera memanggil pelayan dan membayar bilnya.
"Ta, besok kalau aku udah gajian, aku ganti uangnya..." ujar Mika dengan polosnya. Ata menaikan sebelah alisnya. Menatap gadis di hadapanya. Ia tau apa yang sedang ada di pikiran Mika.
Dasar gadis aneh, tapi bikin gemes.
Sebenarnya Ata akan menjawab ucapan Mika, namun ia urungkan.
"Ayo pulang..." ajak Ata dan mengulurkan tangan kirinya menggandeng Mika dengan kaki telanjangnya, tanpa sepatu. Keduanya berjalan keluar meninggalkan restoran tersebut.
Bersambung