NovelToon NovelToon
ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

ISTRIKU DUA TAPI AKU MASIH PERJAKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Pernikahan Kilat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mega Biru

Orang bilang punya istri dua itu enak, tapi tidak untuk Kelana Alsaki Bragha.
Istrinya ada dua tapi dia tetap perjaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mega Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 8

TOK! TOK! TOK!

DOK! DOK! DOK!

BRAK! BRAK! BRAK!

“KELANA!” teriak Agustina setelah sekian lama mengetuk, menggedor, bahkan menggebrak pintu kamar putranya.

“Duh, Kelana tidur apa pingsan, sih? Udah jam 6 belum siap-siap? Bisa telat ke acara resepsi kalau gini,” cemas Agustina.

“Kelana?” panggil Agustina lagi, tapi tetap tak ada sahutan dari kamar itu.

“Ada apa panggil Mas Kelana, Bu? Apa Mas Kelana nodai Bening lagi?” tanya Ajeng yang masih trauma.

“Ya nggak papa kalau Kelana mau menodai Bening lagi, Bu. Bening kan sudah jadi istrinya Kelana.”

Jawaban Agustina membuat Ajeng tersadar bahwa putri semata wayangnya sudah menjadi istri orang.

“KELANA! BANGUN! INI HARI PERNIKAHAN KAMU!” teriak Agustina, namun tak ada sahutan lagi di dalam sana.

“Bening, bangun, Nak!” panggil Ajeng, namun masih tak ada yang menyahut. “Apa kamar Mas Kelana punya kunci serep, Bu Agus?”

“Ada, sebentar saya cari dulu kalau nggak lupa taruh di mana.” Agustina menghampiri lemari hias yang ada di dekat pintu kamar Kelana, dan ketemu, ibu kandung Kelana itu pun mengambil kunci cadangan kamar.

CETREK! CETREK!

KRIUIEEET!

Akhirnya pintu itu berhasil terbuka, namun bibir ke dua ibu itu menganga saat melihat isi kamar putra dan putrinya.

“Astaghfirullah Kelanaaaaa ... Jam segini belum bangun?” gumam Agustina.

Ternyata Kelana dan Bening masih tidur dengan posisi tubuh masih tengkurap, laptop di depan mereka masih menyala, kabel charger laptop melilit leher mereka, ditambah pentol headset yang menyelip di satu telinga masing-masing, kepala mereka pun tumbang di atas bantal dengan posisi wajah berhadapan-hadapan, belum lagi sudut bibir mereka yang keluar lava ileran.

POK! POK! POK!

“Kelana, bangun ganteng, bangun.” Agustina menepuk-nepuk fantat Kelana berusaha tak teriak-teriak lagi.

“Nanti dulu ... Masih ngantuk,” lenguh Kelana tanpa bergerak dan tanpa membuka mata.

PUK! PUK! PUK!

“Bening, bangun nak, udah siang.” Ajeng membangunkan putrinya sambil menepuk-nepuk fantat juga.

“Waeeeee? Jamkamannyo, ppalli gaaaa ...,” lenguh Bening yang sedang bermimpi jadi artis Korea.

“Bening, bangun. Ini ibu,” sahut Ajeng.

“Nanti dulu, Buuuu ... Aku jadi artis duluuuuu,” sahut Bening yang berat membuka mata.

U’uUuuUuuuOoooook ...!

“Dudung!” Bening membuka matanya lebar-lebar saat mendengar suara ayam jantannya.

“Dari kemarin Dudung belum kukasih makan.” Lekas Bening bangkit dari baringnya, namun kabel charger laptop yang melilit leher Bening malah menarik leher Kelana yang terlilit kabel juga.

“Ngkhek, ngkhek! Jangan bunuh aku, Dara.” Kelana belum sadar sepenuhnya, namun tak bisa bernapas karena lehernya ditarik kabel.

“Ya Allah, anak ibu!” Agustina membantu melepas kabel di leher Kelana.

“Bening! Suami kamu kecekek!” Ajeng melepaskan kabel di leher Bening.

“Hais, apa-apaan ini?” Kelana baru sadar setelah kabel terlepas. Ia meraba-raba lehernya yang sakit karena kecekek .

“Ibu, Bu Ajeng, kenapa kalian bisa masuk sini?” Kelana terkejut melihat ibunya yang sudah berdandan cantik dengan kebaya lengkap, ditambah sanggul jumbo yang sudah terpasang di kepala.

“Nggak usah banyak tanya, Kelana. Cepetan kamu mandi. Kita bisa telat di resepsi pernikahan kamu dan Dara,” ujar Agustina.

Kelana baru ingat hari pernikahannya dengan Kadara, namun ia tak merasa panik jika pun datang terlambat.

“Kok malah bengong, cepetan mandi,” titah Agustina.

“Bening, ayo kita mandi. Gara-gara Drakor kamu, saya jadi kesiangan.” Kelana berbicara pada Bening yang nyawanya belum kumpul 100 persen.

“Om sendiri yang pingin nonton. Om mandi duluan gih, saya mau kasih makan Dudung dulu.”

“Jangan lama-lama, Bening. Kita kan mau ke pernikahannya suami kamu,” sahut Agustina.

“Maaf, Bu. Tapi kayaknya saya nggak bisa ikut. Saya kan harus sekolah, Bu.”

“Benar, Bening nggak bisa bolos sekolah, Bu.” Ajeng membenarkan putrinya.

“Kalau Bening nggak mau jangan dipaksa.” Kelana pun turun dari ranjang, mengambil handuk, lantas keluar dari kamar.

“DUDUNG!” Bening lari-lari meninggalkan kamar juga, diikuti Agustina yang harus bersiap-siap ke pernikahan Kelana yang ke dua.

Kini tinggal lah Ajeng di kamar menantu sekaligus anak majikannya itu. Batinnya sangat sakit melihat kamar yang sangat berantakan, sampai mengira Kelana menyentuh putrinya lagi semalaman. Ia masih belum siap melepas putrinya masuk ke dalam rumah tangga, apalagi disentuh pria, mengingat putrinya masih polos dan belia.

“Mas, putri kita sudah jadi istri anak majikanku sendiri.” Ajeng membereskan kamar Kelana sambil menangis lagi.

Tak butuh waktu lama untuk bersiap-siap, Kelana sudah tampil gagah menggunakan jas pengantin yang sempat dipakai untuk menikahi Bening. Pria itu sangat bahagia hingga tampak senyuman lebar di bibirnya. Bukan bahagia karena akan menikahi Kadara, melainkan bahagia akan melihat Kadara kecewa karena sudah memiliki istri pertama.

Kelana sudah siap juga di dalam mobilnya, ia tinggal menunggu Agustina keluar dari rumahnya. Tak lama kemudian manager keuangan itu pun melihat ibu bersanggul keluar dari rumah, bersama Ajeng dan Bening yang sudah siap menggunakan seragam putih birunya.

“Bu Ajeng beneran nggak mau ikut?” tanya Agustina, sebelum masuk ke dalam mobil.

Ajeng menggeleng. Walau ia bukan istri pertama, tapi seorang ibu dari istri pertama itu tak mungkin sanggup melihat menantunya menikah lagi.

“Apa Mas Kelana tidak bisa membatalkan pernikahannya dengan Mbak Dara, Bu? Saya nggak ingin putri saya sakit hati melihat suaminya menikah lagi,” ujar Ajeng.

“Aku nggak sakit hati kok, Bu,” sahut Bening dengan senyuman cerianya.

“Maaf ya Bu, bukan saya mendukung putra saya untuk punya istri dua. Tapi keadaan lah yang memaksa saya untuk punya menantu dua. Saya nggak bisa menolak Bening untuk jadi menantu saya, begitu pun nggak bisa membatalkan pernikahan Kelana dengan Dara yang sudah dirancang sejauh-jauh hari. Posisi saya serba salah, Bu. Saya juga sedang pusing memikirkan alasan masuk akal untuk dijelaskan pada calon besan saya jika sewaktu-waktu mereka tahu putrinya dijadikan istri ke dua oleh Kelana,” jelas Agustina.

“Iya, Bu. Aku nggak papa kok kalau om Kelana mau menikahi pacarnya,” sahut Bening.

“Bening ikut sekalian,” ujar Kelana.

“Saya nggak mau ikut, om. Saya nggak bisa bolos,” sahut Bening.

“Bukan ikut ke pernikahan. Ikut mobil saya, nanti turun di sekolah.”

“Oh, oke.” Bening pun masuk ke mobil bagian depan.

“Saya pamit ya, Bu Ajeng. Tolong jaga rumah sebentar,” ucap Agustina.

“Baik, Bu.”

“Dadah ibuuuu ....” Bening dadah-dadah dengan mimik cerianya.

“Yang pinter sekolahnya ya, Nak.” Ajeng pun dadah-dadah seiring mobil Kelana melaju.

Namun karena sekolah Bening yang sangat dekat dari rumah, alhasil baru saja Bening masuk ke dalam mobil, ia sudah harus di turunkan dari mobil lagi.

“Saya sekolah dulu ya, Om, Bu.” Bening mencium punggung tangan Agustina dan Kelana.

“Semangat sekolahnya, kalau ada apa-apa telepon atau chat saya,” ujar Kelana.

“Siap, om. Om juga yang semangat nikahnya.” Bening mengepalkan tangan di udara, menyemangati suaminya yang akan menikah lagi.

**

**

**

DRRUNG! GENDRUNG! GENDRUNG!

Genderang musik kencang sudah ditabuh di depan rumah Kadara yang dijadikan resepsi pernikahan itu. Sound speaker horeg yang digunakan itu sampai menggetarkan kaca rumah di sekitar, bahkan kaca mobil Kelana pun ikut bergetar.

“Aduh, ini mau menikah apa mau kiamat?” Agustina sampai menutup telinganya karena jantungnya ikut bergetar juga.

“Ini Dara yang mau pake musik horeg, Bu. Padahal aku udah ngelarang dia,” sahut Kelana yang menutup telinganya juga.

TOK! TOK! TOK!

Kaca mobil Kelana diketuk oleh Harum yang juga menutup telinga di luar sana. Suara Harum yang menyuruh Kelana dan ibunya keluar pun, sampai tak terdengar karena diredam suara horeg.

(Horeg \= sound system modifikasi ektrem agar bisa mengeluarkan suara keras sampai bisa membuat kaca pecah dan genteng berjatuhan)

Ini Horeg

Kelana dan Agustina keluar dari mobil untuk menghampiri Harum yang datang bersama Kiblat, beserta Dokter Unggul – suaminya Harum. Kelima keluarga itu pun berhadapan-hadapan sambil menutup telinga.

“Mbak kapan datang?” tanya Kelana, namun tak terdengar suaranya.

“Hah, matang?” Harum tak mendengar dan hanya melihat bibir Kelana yang bergerak saja.

“Ayo kita masuk,” ajak Agustina yang suaranya dikalahkan musik horeg juga.

“Apa, Bu? Batuk?” Dokter Unggul mendadak budeg juga.

“Kapuk, ayah!” koreksi Kiblat yang salah dengar juga.

“MEMPELAI PRIA DATAAAANG!” teriak seseorang menggunakan pengeras suara.

BLEDUG! BLEDUG! BLETAK!

TAK! TAK! TAK! JEDOR!

Petasan selamat datang untuk pengantin itu mulai dihidupkan, hingga membuat seluruh keluarga Kelana jantungan.

“Marhaban ya marhaban ... Marhaban ya Marhaban ... Marhaban ya Marhaban ...” Speaker horeg itu mendadak ganti lagu menjadi lalu 9 Bulan.

“Sembilan bulaaaan ... Ibu mengandung ... Dan melahirkan ... Kita ke dunia ... Siang dan malam, ibu menyusui ....”

“Woy! Salah lagu!” seru pembawa acara itu.

“Judii ... Teeet ... Meracuni kehidupan ... JUDI!” Speaker malah menyetel lagu Roma Irama.

“Salah woy, salah!” teriak pembawa acara di tengah tamu yang menutup telinga, beserta pengantin wanita yang mulai menampakkan batang hidungnya.

Kelana semakin emosi saat melihat wajah calon istri yang tak pernah mau mendengar nasihatnya untuk tak memanggil horeg di acara pernikahannya. Pria itu pun berlari sambil menutup telinga, lantas merebut mic dari pembawa acara.

“MATIAKAN MUSIKNYA!” titah Kelana menggunakan pengeras suara.

Seketika suaranya yang tadinya bising sampai bergetar-getar itu pun menjadi sunyi saat musik horeg berhenti.

Hening.

Semua orang menurunkan tangan dari telinga, setelah suara musik yang dapat menggetarkan satu desa itu tak lagi bersuara.

“Jangan hidupkan musik lagi. Acara pernikahan ini hanya ijab qobul, nggak ada pesta-pesta!” ucap Kelana.

“Nggak ada pesta bagaimana, Kelana? Bapak sudah siapkan pesta ini untuk kalian,” ucap Rusli.

“Maaf, Pak. Boleh saya bicara dengan Kadara sebentar?” tanya Kelana.

“Oke, silahkan.”

Kelana melawati banyak tamu undangan untuk sampai ke hadapan Kadara, lantas menggenggam tangan Kadara untuk masuk ke rumahnya, di tengah Agustus dan keluarga kecil Harum yang sedang bersalam-salaman dengan keluarga Besan.

“Mau bicara apa, Mas?” tanya Kadara yang ditarik tangannya.

“Bicara penting.”

Namun langkah kaki Kelana terhenti saat masuk ke rumah Kadara. Berniat ingin bicara berdua, namun keluarga Kadara yang sudah datang dari Cianjur sedang berkumpul di ruang tamu itu.

“Apa ini calon cucu Nenek, Dara?” tanya Nenek-nenek yang sudah keriput itu.

“Iya, Nek. Ini Mas Kelana. Bi, Wa, Mang, Teh, A’, ini calon suami Kadara.” Kadara malah memperkenalkan Kelana pada seluruh keluarganya.

“Salam kenal semuanya, kami permisi dulu mau bicara sebentar.” Kelana menarik tangan Kadara ke dalam kamar yang ada di hadapan.

“Mau bicara apa sih, Mas? Kan bisa bicara di luar?” tanya Kadara, setelah Kelana mengunci pintu kamarnya.

“Kamu memang perempuan yang membangkang, sebelum jadi istri saja kamu udah membangkang, gimana kalau sudah jadi istri nanti?” ucap Kelana, namun matanya sedikit mengedar karena baru kali pertama masuk ke dalam kamar Kadara.

“Membangkang apa sih, Mas?” tanya wanita yang sudah memakai gaun pengantin itu.

“Itu di depan, kenapa masih panggil musik horeg? Padahal aku udah larang kamu, kan? Kamu mau banyak yang celaka?”

“Nggak akan ada yang celaka, Mas. Aku cuma ingin pernikahan kita viral karena banyak yang memvidiokan horeg.”

“Aku nggak butuh kita viral, sekarang kamu tinggal pilih, mau tetap menikah, atau batal?”

“Pertanyaan apa itu, Mas? Tentu aku pilih menikah. Ngapain juga pernikahan kita harus batal?”

“Meskipun aku sudah punya istri?” Pertanyaan Kelana membuat Kadara membola.

“Istri? Calon istri kamu itu aku kan, Mas? Atau kamu mau buat akal-akalan lagi biar pernikahan kita batal?”

“Aku nggak lagi buat akal-akalan, aku memang sudah menikah semalam. Istriku itu Bening.”

“Bening?” Kadara tertegun karena seperti pernah mendengar nama itu. “Bening anak asisten rumah tangga kamu?”

“Ya, Bening sudah jadi istriku. Sekarang pilihan ada di tangan kamu. Mau lanjut sebagai istri ke duaku, atau batalkan pernikahan ini?”

Kadara tertawa karena tak percaya pada ucapan Kelana. “Sebegitu inginnya kah kamu putus dari aku, Mas? Sampai ngarang cerita begitu?”

“Aku serius! Aku nggak ngarang!”

TING!

Ponsel di genggaman Kelana mendapat notif pesan. Saat Kelana mengeceknya, pucuk dicinta pesan chat pun tiba. Yang mengirim pesan itu ternyata Bening si istri pertamanya.

“Bening?” Kadara membaca nama kontak pengirim chat itu. “Kamu chatan sama anak SMP itu, Mas?” rautnya langsung berubah.

“Tadi kamu nggak percaya kan, kalau aku udah menikah sama Bening. Aku itu nggak bohong apalagi ngarang cerita. Aku dan Bening memang sudah menikah.”

“BOHONG!” Kadara berkaca-kaca, lantas merebut ponsel Kelana. Ia ingin memastikannya sendiri kalau Kelana sedang berdusta.

“Terserah kalau kamu nggak percaya. Bening itu istri yang sangat perhatian sampai setiap menit mengirim pesan. Aku cuma kasih pilihan, mau batal, atau dimadu?”

Kadara tetap tak percaya pada ucapan calon suaminya itu. Ia pun membuka ponsel Kelana dengan tangan gemetaran, lantas membuka pesan dari Bening.

[Ciyeeeeee ... Yang mau nikah,] isi pesan chat dari bening, dengan emot ngakak guling-guling.

Ini visual Kadara Maheswara

1
NT.Fa
Cerita yang sangat menarik, cerita ini bikin penasaran, baca awal jd ketagihan Goodluck
NT.Fa
aku baru tau loh...
NT.Fa
iya nih gimana sih si Kelan. td katanya Terima sekarang gk gitu. /Facepalm//Facepalm/
NT.Fa
wah ini toh yang jadi masalah nya ?
NT.Fa
wih MasyaAllah ni calon suami idaman.
NT.Fa
hahaha bener ni otak mu 🤭
NT.Fa
wih jarang bgt ya jaman sekarang ni😭
Mưa buồn
Sampai begadang buat baca ini, terbayang-bayang sampe pagi.😍
Nami/Namiko
Gak nyesel baca cerita ini, recommended banget!
Tani
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!