NovelToon NovelToon
Rockmantic Of Love

Rockmantic Of Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Wanita Karir
Popularitas:343
Nilai: 5
Nama Author: @Hartzelnut

Seorang laki laki yang bekerja produser musik yang memutuskan untuk berhenti dari dunia musik dan memilih untuk menjalani sisa hidupnya di negara asalnya. dalam perjalanan hidupnya, dia tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan seorang penyanyi. wanita tersebut berjuang untuk menjadi seorang diva namun tanpa skandal apapun. namun dalam perjalanannya dimendapatkan banyak masalah yang mengakibatkan dia harus bekerjasama dengan produser tersebut. diawal pertemuan mereka sesuatu fakta mengejutkan terjadi, serta kesalahpahaman yang terjadi dalam kebersamaan mereka. namun lambat laun, kebersamaan mereka menumbuhkan benih cinta dari dalam hati mereka. saat mereka mulai bersama, satu persatu fakta dari mereka terbongkar. apakah mereka akan bersama atau mereka akan berpisah??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Hartzelnut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep. 19

*****

Brian dan Jack berdiri di pinggir jalan, udara malam yang dingin menyapu wajah mereka. Sstt... Suara langkah kaki samar terdengar di antara suasana sepi. Jack menyilangkan tangannya di dada, menggigil sedikit meskipun dia mencoba menyembunyikannya. "malam yang indah," katanya sambil menoleh ke arah Brian, yang hanya berdiri diam, melihat lurus ke depan. Sstt... Suara angin yang pelan membuat jaket Jack sedikit berdesir.

"malam yang cukup menyenangkan," lanjutnya, senyumnya lebar, meski bibirnya sedikit bergetar karena angin dingin. "pertunjukan ini seperti nostalgia....... ngomong-ngomong mana taksinya ya?"

Brian, yang berdiri tegak dengan ekspresi dingin, melirik sekilas ke arah Jack. Sstt... Angin dingin menerpa wajahnya, tetapi dia tetap tidak bereaksi. Dalam hatinya, perasaan puas bermain musik kembali sejenak muncul, tapi dia tidak membiarkan itu terlihat di wajahnya. "sangat berat sekali untuk lepas dari dunia ini," pikir Brian, mencoba menahan perasaan yang sebenarnya tak sepenuhnya ingin dia akui.

Namun ketika Jack menambahkan, "sepertinya aku akan menang taruhan itu.....," Brian langsung menatapnya dengan sorot mata tajam. Ssstt... Alis Brian sedikit mengerut, menunjukkan ketidaksukaannya terhadap ucapan Jack.

"Pollyana....." jawab Brian dengan suara rendah, dingin, dan datar. Matanya kembali memandang lurus ke depan, mengisyaratkan bahwa dia tak ingin topik itu dibahas lebih lanjut.

Jack, yang menyadari reaksi Brian, hanya bisa tersenyum canggung. "Hehe... dia nggak pernah berubah," pikir Jack, meskipun perasaannya tetap senang bisa bermain musik bersama lagi.

Mereka menunggu taksi yang lewat, tetapi jalanan malam itu sepi. Sstt... Tidak ada suara kendaraan yang mendekat. Jack menggeser kakinya, merasa sedikit tidak nyaman karena dinginnya malam. "Lama sekali ini...... Mana nih taksi?" gumamnya sambil mendesah panjang. Hff...

Tiba-tiba, sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan mereka. Sstt... Suara rem mobil itu terdengar jelas di tengah keheningan. Jack dan Brian sama-sama menoleh, terkejut melihat kedatangan mobil itu. Klik... Kaca mobil perlahan turun, memperlihatkan wajah Julia yang tersenyum cerah di balik kemudi. Di sampingnya, Natalia duduk dengan tenang, memandang keluar dengan tatapan datar namun penuh perhatian.

Julia melambaikan tangan ke arah mereka, suaranya riang. "Hei! Kalian masih menunggu taksi? Kalau mau, ikut aja sama kami. Kita kan searah!" tawarnya sambil tersenyum lebar.

Jack tersenyum, meskipun sedikit canggung. "Wah, terima kasih, tapi kita naik taksi aja," jawabnya dengan sopan, sementara dia sesekali melirik ke arah Brian, berharap temannya setuju dengan penolakannya.

Sementara itu, Natalia yang duduk di sebelah Julia, melirik ke arah Brian melalui kaca samping mobil. Sstt... Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Deg... deg... "Kenapa aku terus memikirkan dia?" pikir Natalia sambil berusaha tetap tenang dan menjaga wajahnya tetap netral. Tapi dalam hatinya, ada kekacauan yang sulit ia pahami. "Aku harus berhenti memikirkannya. Fokus, Natalia..."

Tak disangka, Brian tiba-tiba melirik ke arah Natalia dengan ekspresi datar namun tajam. "dia membuatku tak nyaman.... ," pikir Brian. Tanpa sepatah kata pun, dia berjalan mendekati mobil, Sstt... sstt... langkah kakinya terdengar tenang namun pasti. Tangan Brian menyentuh gagang pintu mobil dan langsung membuka pintu belakang. Klik... Dengan gerakan cepat, dia masuk ke dalam mobil, tanpa menunggu izin dari siapa pun.

Jack, Julia, dan Natalia tertegun, terkejut dengan tindakan mendadak Brian. Julia melirik ke kaca spion, wajahnya penuh kebingungan. "Brian?" pikirnya, meski ia tak bisa menahan senyum kecil karena situasinya yang tak terduga. Natalia hanya bisa menundukkan kepalanya sejenak, merasa semakin bingung. "Apa yang sedang dia lakukan?" gumamnya dalam hati, menahan gejolak perasaannya.

Jack, merasa tidak enak, segera meminta izin dengan nada kikuk. "Ohh.... baiklah aku ikut kalian juga" katanya sambil menggaruk-garuk kepala, canggung dan malu dengan tindakan Brian yang mendahuluinya.

Julia tersenyum kaku, "masuklah." Suaranya ramah, tetapi matanya masih memandang Brian dengan heran.

Jack hendak membuka pintu belakang di sebelah Brian, namun Klik... Brian dengan cepat mengunci pintu itu dari dalam, membuat Jack tersentak kaget. "Haah.... ?" pikir Jack dengan wajah bingung, menatap pintu yang kini terkunci. Dia mendesah lagi, Hff... merasa dibuat main-main oleh temannya.

Dengan ekspresi sedikit kesal, Jack akhirnya berjalan mengitari mobil untuk masuk dari sisi lain. Klik... Pintu terbuka, dan dia segera duduk di kursi belakang, di samping Brian yang tetap diam, tak menunjukkan reaksi apapun.

Di dalam mobil, suasana canggung terasa semakin kental. Brian duduk tegak, menatap ke luar jendela dengan ekspresi kosong. Sstt... Suara napasnya terdengar pelan tapi teratur, memberikan kesan ketenangan yang misterius.

Natalia, yang duduk di kursi depan, sekali lagi mencuri pandang melalui kaca spion, memperhatikan bayangan Brian. tatapannya tertuju pada kalung yang tersembunyi di balik kaos Brian. Deg... deg... deg... Jantungnya semakin berdebar, tetapi dia tetap mencoba menjaga sikap profesional.

*****

Di dalam mobil, suasana terasa sangat hening. Ssstt... hanya suara lembut mesin mobil dan getaran halus dari jalanan yang terdengar. Brian duduk di kursi belakang, memandang keluar jendela. Pandangannya kosong, memperhatikan lampu jalan yang berkedip-kedip lewat di tepi jalan. Sstt... tangannya perlahan menyentuh lututnya, mengetuk-ngetuk tanpa sadar, sebuah kebiasaan lama yang muncul ketika pikirannya jauh melayang. "apakah dia akan terus memperhatikanku?" pikirnya, Hff... napasnya keluar dengan pelan namun terasa berat.

Di kursi depan, Natalia mencuri pandang ke arah Brian melalui spion tengah. Deg... deg... jantungnya berdetak sedikit lebih cepat setiap kali matanya menatap wajah dingin itu. pandangannya beralih cepat ketika ia sadar Brian mungkin melihatnya. Sstt... Ia menggigit bibirnya, merasa jantungnya berdegup tak menentu.

Brian, meskipun pura-pura tidak peduli, tahu betul bahwa Natalia terus memperhatikannya. Tatapannya tetap fokus ke luar jendela, tapi di balik ketenangannya, dia merasakan setiap kali pandangan Natalia jatuh ke arahnya. "Sangat mencurigakan....." pikir Brian, meski ia memilih tidak merespons dan tetap memasang wajah datar. Sstt...

Merasa canggung dengan keheningan itu, Julia yang duduk di kemudi akhirnya mencoba mencairkan suasana. Dengan senyum kecil, dia melirik ke kaca spion, melihat Jack dan Brian di belakang. "Eeeeh..... Jadi... apa rencana kalian selama di China?" tanyanya, mencoba memecah kesunyian. Klik... tangannya memegang setir erat, tapi ia ingin suasana terasa lebih nyaman.

Jack, yang selalu ceria, segera menanggapi. "Sebenarnya, aku masih belum tau, karena aku kesini cuma ikut Brian. dari pada aku kesepian di Amerika, lebih baik aku ikut aja," jawab Jack sambil mengangkat bahu, tawanya ringan, heh..., meski dia tahu Brian tak akan suka dia dibicarakan.

Natalia dan Julia langsung saling memandang, Sstt... mata mereka bertemu sejenak. Wajah mereka sama-sama terkejut mendengar jawaban Jack. "Ikut Brian?" pikir Natalia, alisnya sedikit terangkat. Julia sedikit tersentak, bibirnya setengah terbuka sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Serius, cuma karena Brian?" batin Julia, meskipun ia berusaha menyembunyikan rasa herannya.

Jack, menyadari keterkejutan mereka, segera menjelaskan sambil tertawa kecil. "hahaha..... ok ok.... jadi aku dan brian rencana mau membuat label rekaman kecil-kecilan" ucapnya, bahunya terangkat sedikit sambil melirik Brian dengan ekspresi menggoda.

Namun, saat itu juga, wajah Brian berubah. Klik... suara kecil dari jari-jarinya yang kini mengepal menandakan kekesalan. Tatapan tajamnya langsung mengarah ke Jack, matanya menyipit sedikit. Sstt... napasnya terdengar lebih berat, menahan amarah. "kenapa dia mengajakku?" pikir Brian dengan geram. Tangannya yang tadi mengetuk lutut kini berhenti, jari-jari tangannya mengencang.

Julia, yang tak sadar ketegangan itu, bertanya lebih jauh dengan nada polos. "Label rekaman?" Ia melirik ke arah spion lagi, menahan tawa kecilnya.

Jack tertawa, bahunya bergoyang saat dia tertawa. "hahaha..... mungkin," ucapnya santai, meski tangannya tanpa sadar memainkan sabuk pengamannya. Klik... klik... Suara gesekan kecil terdengar saat dia terus menarik sabuk itu berulang kali.

Natalia dan Julia terkejut mendengar rencana Jack. Deg! Keduanya menoleh bersamaan, mata mereka membesar. "Mereka serius?!" batin Natalia, hatinya mendadak tertarik dengan topik itu. Julia, yang tak bisa menyembunyikan antusiasmenya, tersenyum lebar.

"Wah, itu ide yang bagus banget! Aku bisa bantu kalian kalau mau.," seru Julia penuh semangat, menoleh sejenak ke arah Jack, sambil tetap mengendalikan setir.

Jack tertegun, mulutnya sedikit terbuka, dia tampak tak percaya. "Serius?" tanyanya, wajahnya menunjukkan rasa terima kasih yang tulus. Sstt... Suara napasnya terdengar lebih lega.

Julia mengangguk mantap. "Tentu! Aku punya banyak kenalan band-band kecil di China. Mereka pasti butuh label," tambahnya dengan bangga.

Jack semakin antusias, matanya berbinar. "Wah, menarik juga. berarti disini masih banyak dong band yang belum memiliki label?" tanyanya lagi, kini lebih serius. "Ini bisa jadi awal yang bagus," pikirnya dalam hati, membayangkan berbagai kemungkinan.

Julia tersenyum. "Banyak banget! Bahkan band aku, Scarlet Waves, nggak pakai label sama sekali sampai sekarang. Kami ngelola semuanya sendiri," jawab Julia dengan bangga, memiringkan bahunya sedikit seolah merasa lebih percaya diri.

Jack tampak sangat terkejut. "Serius? kalian ga pake label?" tanyanya lagi, matanya terbuka lebih lebar. Klik... klik... Tangan Jack kini berhenti memainkan sabuknya, seolah fokus pada apa yang ia dengar.

Julia tersenyum, merasa senang bisa berbagi cerita. "Iya. Emang ribet, tapi kami lebih suka kayak gitu," tambahnya sambil terkekeh pelan.

Natalia, yang sejak tadi mendengarkan dengan seksama, ikut tersenyum kecil, tapi senyum itu perlahan memudar saat Julia melemparkan godaan kepadanya. "Dan tau ngga, penyanyi terkenal kita ini, Natalia, juga belum menentukan label mana yang bakal dia pilih!" kata Julia, matanya melirik Natalia dengan senyum nakal.

Natalia langsung menoleh ke arah Julia, wajahnya sedikit memerah karena malu. Sstt... "Julia!" serunya dengan nada kesal, sebelum akhirnya ia mencubit lengan Julia dengan pelan. Sstt... terdengar sedikit tawa dari Natalia, meski ia berusaha menahan malu.

Sementara itu, Brian tetap tak terpengaruh oleh percakapan mereka. Sstt... pandangannya tak lepas dari jendela, memperhatikan bayangan-bayangan lampu jalan yang lewat dengan cepat. "aku mulai bosan dengan pembahasan ini....." pikir Brian, merasa jenuh dengan topik yang tak pernah jauh dari kehidupan lamanya.

Namun, Natalia diam-diam terus memperhatikan Brian dari spion tengah, jari-jarinya kini bermain dengan ujung rambutnya, mencoba menenangkan perasaannya. hatinya semakin penuh dengan keraguan.

Tapi kali ini, Brian merasakannya dan memutuskan untuk bertindak. Klik..., dengan pelan namun penuh kesadaran, dia mendekatkan wajahnya ke belakang kursi Natalia, berbicara pelan namun jelas ke telinganya. "Setelah turun dari mobil ini, kau harus membayar ku... karena sudah melihatku diam-diam," ucapnya dengan suara rendah tapi tajam.

Natalia langsung terdiam, deg... deg... wajahnya memerah seketika. Julia dan Jack yang berada di dalam mobil juga terkejut mendengar ucapan Brian. "Eh?!" Julia menoleh cepat, matanya membesar melihat ekspresi Natalia yang kini penuh dengan rasa malu. Jack juga terkejut, tapi dia mencoba menahan tawanya, bibirnya bergetar menahan senyum.

Natalia, masih gugup, segera membela diri, "Aku... aku..... aku nggak pernah melihatmu!" katanya cepat, mencoba menutupi kegugupannya. Tangannya tanpa sadar memegang ujung rambutnya, meremasnya dengan canggung.

Brian, yang kini sudah kembali menyandarkan tubuhnya ke kursi, hanya mengangkat bahu kecil. kemudian Natalia kembali berkata dengan nada dingin, "Hmm... Jangan menuduhku sembarangan," ucapnya, suaranya tetap tenang.

Natalia, yang masih merasa malu, hanya bisa menundukkan kepalanya, menggigit bibirnya dengan geram. "Sialan... dia menyadarinya," batinnya kesal, meskipun dia tahu Brian mengatakan itu dengan nada main-main. Klik... jari-jarinya mengetuk-ngetuk kakinya dengan gelisah.

Julia dan Jack hanya bisa tersenyum melihat interaksi itu. Julia menoleh ke Jack, matanya berbinar-binar, tampak geli melihat cara Natalia merespons ucapan Brian.

Natalia kemudian menghela napas panjang, Hff..., dia menatap keluar jendela, mencoba menenangkan dirinya. Namun, rasa kesal dan malu masih terasa dalam dirinya. "Kenapa dia harus ngomong kayak gitu?!" pikirnya dalam hati, memalingkan pandangan dari Brian dengan tatapan kesal. Tapi jauh di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang tidak bisa dia jelaskan.

Mobil terus melaju dengan tenang, ssstt... roda berputar pelan di atas aspal, membawa mereka melewati malam yang dingin. Namun, suasana hati masing-masing masih dipenuhi misteri dan emosi yang belum terungkap.

*****, 

1
Jennifer Impas
Bikin ketawa ngakak. 🤣
hartzelnut: Terima kasih telah membaca novelku. jangan lupa episode selanjutnya ya /Smile//Smile/
total 1 replies
Kei Kurono
Thor, aku butuh fix dari obat ketagihan ceritamu! 🤤
hartzelnut: terima kasih telah menyukai novel saya. /Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!