NovelToon NovelToon
Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fafafe 3

"Menikahlah denganku, maka akan kutanggung semua kebutuhanmu!"

Karina Anastasya harus terjebak dengan keputusan pengacara keluarganya, gadis sebatang kara itu adalah pewaris tunggal aset keluarga yang sudah diamanatkan untuknya.
Karina harus menikah terlebih dahulu sebagai syarat agar semua warisannya jatuh kepadanya. Hingga pada suatu malam ia bertemu dengan Raditya Pandu, seorang Bartender sebuah club yang akan mengubah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafafe 3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Titik balik

Hari dimulai seperti biasanya, atau setidaknya Pandu berpikir begitu. Namun, setelah turun ke ruang tamu, ia langsung mendapati Karin berdiri dengan ekspresi gelisah di depan meja makan, memandangi sesuatu yang tidak biasa. Ada tumpukan tisu bekas, gelas-gelas yang terbalik dengan hati-hati, dan pandangan mata Karin yang seolah terpaku pada sebuah titik kecil di lantai. Pandu menghela napas panjang, mencoba meredam rasa frustasinya. Kali ini, OCD Karin kumat lagi, dan ini berarti hari yang penuh tantangan.

"Karin!" panggil Pandu sambil mendekat. "Kamu kenapa sih, kok dari tadi bolak-balik gitu?"

Karin tidak menoleh, matanya tetap fokus pada cangkir di meja yang sepertinya miring setengah derajat. "Gelasnya nggak rata, Pandu. Kalau nggak aku betulkan, semuanya akan berantakan. Rasanya kayak... ada yang salah."

Pandu, yang sudah terbiasa dengan kebiasaan obsesif Karin, menggaruk kepalanya sambil tersenyum kecil. "Karin, itu cuma gelas. Hidup kita nggak akan runtuh hanya karena posisi gelas sedikit miring."

Karin menoleh ke arahnya, menatap Pandu dengan wajah penuh kebingungan, "Kamu nggak ngerti, Pandu! Kalau gelas itu miring, aku jadi nggak tenang sepanjang hari!"

Pandu mendekat, mengambil gelas yang menjadi sumber masalah itu dan menaruhnya kembali dengan hati-hati, memastikan posisinya sempurna. "Nah, sekarang sudah betul, kan?" tanyanya sambil tersenyum, berharap bisa mengurangi kegelisahan Karin.

Namun, Karin hanya menggelengkan kepala, menghela napas panjang. "Nggak segampang itu, Pandu. Kadang aku merasa hidupku ini kayak tumpukan gelas yang bisa jatuh kapan saja kalau ada satu saja yang miring. Aku benci perasaan ini."

Pandu, yang merasa kasihan dan gemas sekaligus, berusaha menahan tawanya. "Karin, kamu tahu nggak, kalau kamu terlalu fokus sama hal-hal kecil kayak gini, nanti kamu malah nggak bisa lihat betapa indahnya hidup ini. Lagian... aku ada di sini. Kalau ada gelas yang jatuh, aku yang akan beresin."

Karin melirik Pandu, akhirnya tersenyum kecil meskipun matanya masih penuh kekhawatiran. "Tapi aku nggak bisa bergantung sama kamu terus. Suatu hari nanti, kamu mungkin bakal bosan dengan semua ini."

Pandu tertawa ringan dan merangkul Karin dari belakang, membisikkan sesuatu di telinganya. "Kalau aku bisa menghadapi gelas-gelas miring ini selama bertahun-tahun ke depan, aku rasa aku bisa menghadapi apa saja, termasuk kamu."

Karin tertawa kecil, meskipun ada kekhawatiran yang masih tersisa di benaknya. Pandu sudah terlalu banyak berkorban, dan dia khawatir bahwa semua ini hanya sementara. Tapi untuk saat ini, dia menikmati momen kecil itu bersama Pand

Sore harinya, Pandu membuat keputusan yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Dengan dorongan kuat dari perasaannya terhadap Karin, Pandu memutuskan untuk menghentikan semua proyek besar yang membuatnya jauh dari rumah dan dari Karin. Dia tidak ingin ada ruang lagi bagi siapa pun untuk meragukan kesetiaannya, terutama istrinya.

Pandu menghubungi beberapa rekan bisnisnya untuk mengumumkan bahwa dia akan mundur dari beberapa proyek besar yang sedang dijalankannya. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama keluarganya yang berharap Pandu bisa terus memimpin bisnis keluarga ke arah yang lebih besar.

Saat Pandu selesai dengan panggilan terakhirnya, Karin datang menghampirinya di ruang kerjanya. "Pandu, kamu nggak harus berhenti dari semua proyek itu. Aku nggak mau jadi beban buat kamu," ujar Karin, terlihat khawatir.

Pandu tersenyum lembut dan menatapnya dengan penuh kasih. "Kamu bukan beban, Karin. Kamu prioritas aku. Kalau aku harus memilih antara bisnis dan kamu, aku akan selalu memilih kamu."

Karin terdiam sejenak, merasa terharu tapi juga skeptis. "Tapi... apa ini nggak hanya akan bertahan sementara? Setelah semua ini selesai, kamu pasti akan kembali sibuk, dan kita akan kembali ke situasi yang sama."

Pandu menghela napas panjang. "Karin, aku serius. Aku tidak akan membiarkan kita terjebak dalam lingkaran ini lagi. Aku mau kita memulai semuanya dari awal, kali ini dengan komitmen yang nyata.

Pandu mengajak Karin makan malam di sebuah restoran yang biasa mereka kunjungi saat pertama kali menikah. Karin tidak terlalu memikirkan ajakan itu, menganggapnya hanya sebagai upaya Pandu untuk memperbaiki suasana hati mereka yang sempat tegang belakangan ini. Namun, sepanjang makan malam, Pandu terlihat gelisah, seolah sedang menunggu saat yang tepat untuk mengatakan sesuatu.

Setelah mereka selesai makan, Pandu tiba-tiba mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jasnya dan meletakkannya di meja. Karin menatap kotak itu dengan bingung, lalu menatap Pandu. "Apa ini?"

Pandu tersenyum canggung. "Karin, aku tahu pernikahan kita dimulai dengan kontrak dan segala hal yang tidak biasa. Tapi sekarang, aku ingin melakukan sesuatu yang lebih nyata, lebih tulus." Dia membuka kotak itu, memperlihatkan cincin berlian yang sederhana namun elegan. "Karin, maukah kamu menikah denganku... kali ini dengan sungguh-sungguh, bukan sekadar kontrak?"

Karin terkejut, matanya membesar melihat cincin di hadapannya. Dia tidak menyangka Pandu akan melakukan ini, terutama setelah semua masalah yang mereka hadapi. Air mata mulai menggenang di sudut matanya, tapi dia tetap terdiam, terlalu terharu untuk bisa segera menjawab.

Pandu, yang sudah mulai merasa gugup karena diamnya Karin, melanjutkan dengan suara yang sedikit bergetar. "Aku tahu ini tidak mudah, dan aku tidak sempurna. Tapi aku mau kita memulai semuanya dari awal, kali ini tanpa ada rahasia atau kontrak yang mengikat kita selain cinta dan komitmen yang tulus."

Karin akhirnya tersenyum, meski air matanya mulai mengalir. Dia mengangguk pelan, merasa hatinya melunak dengan kesungguhan Pandu. "Ya, aku mau menikah denganmu, Pandu. Kali ini dengan sepenuh hati."

Pandu merasa lega, lalu memasangkan cincin itu di jari Karin. Malam itu, meski sederhana, menjadi momen yang sangat berarti bagi mereka berdua. Mereka memutuskan untuk memulai segalanya dari awal tanpa rahasia, tanpa tekanan, hanya dengan cinta yang mereka rasakan untuk satu sama lain.

Setelah momen penting itu, mereka berdua sepakat untuk benar-benar menjalani kehidupan pernikahan mereka dengan komitmen yang lebih tulus dan nyata. Meskipun mereka tahu bahwa masih banyak tantangan yang menunggu di depan, Pandu dan Karin kini memiliki fondasi yang lebih kuat untuk menghadapi semuanya bersama-sama.

Dengan keyakinan baru dalam hati mereka, Pandu dan Karin memutuskan untuk memulai kembali pernikahan mereka, kali ini tanpa ada kontrak yang membatasi, hanya cinta dan komitmen yang mengikat mereka dalam perjalanan panjang yang sesungguhnya.

"Tapi apa kamu mau membina rumah tangga dengan perempuan OCD sepertiku!"

1
Gus Surani26
seru nih
Gus Surani26
wahhh, kira2 gmn ya cara mereka melakukan nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!