NovelToon NovelToon
Dinikahi Pria Beristri

Dinikahi Pria Beristri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Itsaku

"Apa dia putrimu yang akan kau berikan padaku, Gan...?!!" ujar pria itu dengan senyuman yang enggan untuk usai.

Deg...!!

Sontak saja otak Liana berkelana mengartikan maksud dari penuturan pria tua berkelas yang berada di hadapannya tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teman

Haris mengikuti instruksi yang diberikan oleh Liana. Dia mendekati lubang kecil pada pintu, kemudian mengamati kondisi di luar. Beberapa saat kemudian dua orang muncul di depan kamar mereka, keduanya celingukan seperti mencari nomor kamar. Salah satunya adalah pria yang Haris lihat di lobi, ketika dia baru saja kembali setelah menghabiskan waktu di luar lantaran berdebat dengan Vanya. Dan seorang lagi adalah ibu-ibu yang bertukar tempat duduk dengannya di pesawat, yaitu orang yang sama yang diceritakan oleh Liana.

Haris menjauh dari pintu setelah keduanya tak terlihat lagi. Dia tampak sedang memikirkan banyak hal setelah melihat dua sosok asing itu.

"Apa yang akan mas Haris lakukan sekarang?" tanya Liana. "Secara ibu itu juga pasti sudah mengantongi banyak informasi, karena dia bersama kita sejak di pesawat." kata Liana.

"Seingatku, aku tidak ngobrol hal pribadi dengan Vanya waktu di pesawat. Jadi kemungkinan dia hanya mengira aku mengabaikan kamu, dan memilih bersama perempuan lain." begitu balas Haris.

Haris kembali duduk di sofa, dan Liana mengekor di belakangnya.

"Ikuti saja permainan mereka, kita lihat apa yang mereka hasilkan setelah memata-matai kita." kata Haris kemudian.

"Oke. Gimana baiknya menurut mas Haris saja. Karena mas Haris jelas lebih berpengalaman menghadapi hal seperti ini." balas Liana.

Liana berjalan menuju meja yang lain untuk menuangkan teh. Lalu dia menyuguhkan teh itu untuk Haris.

"Minum tehnya, mas. Biar lebih rileks." katanya.

Haris sedikit heran dengan sikap Liana. Bisa secepat itu perangainya berubah. Padahal belum lama mereka kompak menciptakan perdebatan yang cukup sengit. Bahkan hendak pergi dari kamar.

___

Hening. Itulah suasana di kamar yang ditempati Haris dan Liana. Haris tertidur, sedangkan Liana asyik nonton televisi. Tiba-tiba Liana melirik ke arah Haris.

"Kadang aku tuh kasihan sama kamu, mas. Kok aku ngerasa kamu itu cuma dimanfaatin ya, sama mbak Vanya..." batin Liana.

"Setahun lebih..., kenapa mas Haris tidak menaruh curiga sama sekali. Aku yang baru mengetahui fakta hubungan mereka saja curiga banget sama mbak Vanya. Mungkin ini yang disebut cinta buta. Sampai mas Haris terbuai dan tidak peka."

Jam menunjukkan pukul 22:45, ketika Haris terbangun dari tidurnya. Perutnya yang keroncongan memaksanya beranjak dari tempat tidur. Liana yang menyadari hal itu, pura-pura tidak tahu saja. Dia tetap fokus pada TV di hadapannya.

"Kenapa tidak membangunkan aku?" tanya Haris sambil melihat ke arah Liana berada.

"Ah, aku pikir mas Haris sangat lelah dan butuh istirahat. Jadi aku biarkan saja." jawab Liana yang memang begitu adanya.

"Kau sudah makan malam?" tanya Haris lagi.

"Aku makan ini." Liana menunjukkan beberapa camilan dan roti yang memang dia siapkan dari rumah.

"Ikut aku keluar sebentar!" kata Haris kemudian. "Aku siap-siap dulu."

Liana keluar lebih dulu dari kamar. Tak disangka dia bertemu dengan pria aneh itu lagi.

"Ya ampun..., itu orang ngapain juga keluar malam-malam begini..." keluh Liana.

"Mas, cepetan...! Keburu kemalaman...!" ujar Liana sambil menoleh ke arah pintu yang masih terbuka.

Saat Haris sudah terlihat, dia mengedipkan sebelah matanya untuk memberi kode pada Haris. Haris masih belum mengerti. Setelah dia menutup pintu, dia baru paham maksud Liana.

"Sudah siap?" tanya Haris sambil merangkul pinggang Liana.

"Em." Liana mengangguk saja.

Jujur saja, Liana sempat kaget dengan perlakuan Haris. Dia paham semua hanya akting. Tapi tidak harus seperti itu juga. Begitu menurut Liana.

Tanpa mereka sadari, ada orang lain lagi selain pria itu, yang tengah melihat kedekatan mereka.

"Katanya nggak tertarik. Tapi nyatanya..."

Orang itu adalah Vanya. Yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Apa malam ini mereka akan..."

Dengan gerakan cepat, Vanya kembali ke dalam kamarnya. Dia merasa kesal melihat kedekatan Haris dengan Liana. Semakin ke sini dia semakin merasa sakit hati jika Haris dekat dengan Liana.

___

Dengan mobil rental yang disewa oleh Haris, mereka menuju keluar dari hotel.

"Maaf, aku sudah lancang tadi." begitu kata Haris sambil fokus mengemudi.

"Em, iya." balas Liana. "Ngomong-ngomong, kita mau kemana?" tanya Liana kemudian.

"Cari makan." jawabnya singkat.

"Kenapa tidak makan di hotel saja?" lagi, Liana bertanya.

"Aku ingin makan di luar, sambil melihat laut." katanya.

"Ya ampun...!!" gumam Liana. "Jangan-jangan mbak Vanya lagi hamil, dan mas Haris yang ngidam nih..." celoteh Liana tanpa sungkan.

Haris jadi salah tingkah. Pasalnya setelah setahun lebih, Vanya belum ada tanda-tanda kehamilan. Padahal dia sendiri berharap Vanya segera hamil. Mungkin dengan begitu Vanya akan bersedia meresmikan ikatan mereka.

"Bisa diam tidak?!" sahut Haris.

"Maaf..." Liana mengacungkan dua jarinya membentuk huruf V, tak lupa juga dia bumbui dengan senyuman yang manis.

Setelah membelah jalanan di malam hari, mobil itu berhenti di sebuah rumah makan yang masih sangat ramai meski hari sudah terbilang larut. Viewnya sangat memanjakan mata karena berada di tepi pantai. Kedatangan mereka disambut ramah oleh pegawai yang berada di pintu masuk. Lalu Haris menunjukkan ponselnya pada pegawai itu.

"Iya, mari ikut dengan saya, pak Haris!" pegawai itu pun langsung mengantar mereka ke kursi yang sudah dipesan.

Liana melihat beberapa pengunjung menatap mereka tidak suka. Mungkin mereka pikir Haris dan Liana menyalahi aturan. Atau mungkin punya backingan orang dalam. Sehingga tidak perlu mengantri. Satu sisi Liana merasa beruntung tudak perlu mengantri kursi. Di sisi lain dia juga kasihan pada para pengunjung itu.

"Memang harus antri begitu ya, mas?" tanya Liana saat mereka sudah duduk santai menunggu makanan yang dipesan.

"Em." jawabnya. "Kecuali yang sudah booking tempat lebih awal." imbuhnya.

"Bagaimana kalau sudah capek ngantri, tahunya kehabisan menu?" celetuk Liana dengan asal.

Haris tampak menghela nafas.

"Apa itu urusanmu?" balas Haris.

"Ya kan aku cuma ingin tahu, mas..." gumam Liana.

Setelah itu Liana memilih untuk diam sambil menikmati pantai malam yang indah. Sedangkan Haris mulai berkutat dengan ponselnya, karena membalas chat dari Vanya.

Vanya : mas dimana?

Haris : di luar cari makan

Vanya : sama Ana?!!

Haris : ya. Tadinya mau ajak kamu. Tapi orang yang memata-mataiku muncul

Vanya : sungguh?!!

Haris : tentu. Dia tinggal di dekat kamar kita

Haris sengaja tidak mengatakan yang sebenarnya. Karena dia sedang malas berdebat dengan Vanya. Baginya, beradu mulut saat perut kosong itu sangat berbahaya.

Beberapa saat kemudian makanan yang mereka pesan datang. Aroma seafood yang diolah dengan segala macam bumbu, membuat keduanya tak sabar untuk menyantapnya.

Haris memperhatikan cara Liana makan, fokus dan tampak sangat menikmati setiap gigitannya. Dan hal itu tentu saja membuat selera makan Haris meningkat. Karena dia sangat senang jika makan dengan orang-orang seperti Liana. Bukan dengan yang menye-menye dan pilih-pilih makanan. Haris pun menyunggingkan senyuman tipis yang nyaris tak terlihat.

"Setelah ini mau langsung pulang?" tanya Haris setelah mengusap mulutnya dengan tisu.

"Aku terserah mas Haris saja." jawab Liana.

Bukannya membalas, Haris justru terdiam.

Setelah menghabiskan menu makan tengah malam, mereka segera keluar dari rumah makan yang masih ramai pengunjung itu. Lalu melanjutkan perjalanan.

"Mas sadar nggak sih...? Kalau sejak dari hotel, mobil itu selalu mengikuti kita. Aku juga tadi melihatnya di sekitar tempat kita makan."

Mendengar ucapan Liana, Haris pun melihat keadaan di belakang dari kaca mobil.

"Banyak mobil yang sama." balas Haris sekenanya.

"Jangan mobilnya diperhatikan, nopolnya dong. Mas Haris ini gimana sih?!!" sahut Liana.

"Pintar juga ini orang..." gumam Haris dalam hati.

"Siapapun itu, dan apapun tujuannya. Abaikan saja. Anggap saja tidak ada yang mengikuti kita." kata Haris kemudian.

Setelah tiba di hotel, mereka membersihkan diri lalu beristirahat.

"Tidurlah di kasur, biar aku di sofa." kata Haris.

"Nggak usah, mas. Biar aku yang di sofa." balas Liana.

"Kalau begitu akan tidur di sofa juga." sahut Haris.

Liana jadi teringat momen malam pertama mereka yang mengabaikan kasur di hotel. Dia pun sontak menahan tawanya.

"Apa yang kau tertawakan?!" tanya Haris.

"Nggak ada, mas. Aku hanya teringat kasur di hotel waktu itu." jawab Liana tanpa ada yang ditutupi.

"Mas, boleh aku mengatakan sesuatu?" Liana menatap Haris.

"Katakan!" titah Haris.

"Pernikahan ini memang bukan keinginan kita. Tapi apakah kita tidak bisa berhubungan baik. Anggap saja sebagai teman misalnya? Karena aku merasa berdosa, kalau terus bersikap ketus sama mas Haris." akunya.

"Terserah kamu saja enaknya bagaimana." ujar Haris.

Meski terkesan ambigu, tapi perkataan Haris cukup membuat Liana lega.

"Mas Haris tenang saja. Aku tidak akan berusaha masuk ke hati mas. Karena aku tahu pemiliknya cuma mbak Vanya. Iya kan...??" Liana mengerlingkan sebelah matanya.

"Tidurlah. Jangan bicara lagi!" balas Haris.

"Siap, boooss...!!" Liana mengacungkan jempolnya.

......................

1
Delita bae
👍👍👌💪🙏
Delita bae
💪💪💪💪👍👍🙏
Delita bae
salam kenal jika berkenan mampir juga👋👍👍🙏
Delita bae: 💪💪💪💪💪👍🙏
Delita bae: 💪💪💪💪💪👍🙏
total 3 replies
Eka Kaban
selamat pagi
Itsaku: pagi juga. terimakasih sudah mampir😊🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!